Kisah Cinta Luar Biasa Kakek dan Nenekku

Fimela diperbarui 13 Sep 2012, 11:00 WIB

Kadang, melihat pasangan kakek dan nenek yang saling menggenggam tangan lebih menyenangkan dibandingkan melihat film romantis. Ada skenario dalam sebuah film, yang terkadang hanya menjual mimpi. Tetapi saat melihat pasangan kakek dan nenek yang masih bersama hingga usia senja, masih saling mencintai, menggandeng tangan atau merangkul bahu.. itu adalah bukti bahwa cinta mereka abadi, dan membuat cucu mereka iri, termasuk aku.

Seperti kisah cinta para kakek dan nenek puluhan tahun yang lalu, pertemuan dan kisah cinta mereka terjadi dengan sederhana. Tanpa makan malam romantis, tanpa lagu-lagu cinta, tanpa BBM ucapan sayang, tanpa pernikahan ala negeri dongeng, tetapi mereka membuktikan sebuah komitmen cinta yang bertahan selamanya.

Kakek dan nenek sering bercerita bahwa pertemuan mereka terjadi begitu saja, saat kakek menjadi salah satu tentara di daerah Boyolali. Mereka bertemu di sebuah acara pidato kepala desa, dan sejak saat itu mereka saling menyadari bahwa ada yang aneh dengan perasaan mereka. Usia mereka saat itu 18 dan 17 tahun.

Saat itu, muda mudi yang saling jatuh cinta menunjukkan rasa suka mereka dengan malu-malu, tidak seperti sekarang. Mereka hanya bertemu jika ada acara kumpul muda mudi desa atau pidato kepala desa. Posisi kakek sebagai tentara membuatnya sedikit sulit bertemu dengan nenek, tetapi mereka seperti punya firasat bahwa mereka berjodoh dan akan saling melengkapi.

Pada masa itu, kondisi Indonesia sedang susah. Tidak ada rangkaian bunga atau makan malam romantis saat kakek menyatakan keseriusannya pada nenek. Sederhana saja, "Yang Maha Kuasa mempertemukan kita dengan cara yang sederhana. Tetapi aku percaya bahwa ini adalah jawaban atas doaku setiap malam. Aku percaya kamu akan menjadi istri yang mendampingiku dalam susah dan senang, menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kita kelak," ujar kakek saat itu.

Sederhana bukan?

Kalimat itu menjadi awal mula perjalanan cinta mereka, tak butuh waktu lama hingga mereka menikah dalam kesederhanaan. Mereka memulai perjalanan sebagai suami istri dalam kondisi yang susah, seringkali kakek meninggalkan nenek untuk menjadi tentara di daerah konflik atau sebagai pasukan relawan ke luar negeri. Dalam kondisi berjauhan, mereka saling setia dan menjaga dalam doa. Hingga usia pernikahan mencapai angka 10 tahun, 20 tahun.. 50 tahun.

Sebuah perjalanan yang sangat panjang. Lebih menantang daripada film 2 jam atau drama 20 episode yang sering aku saksikan. Aku ingin seperti mereka, saling mencintai dan menjaga hingga usia renta. Saat aku bertanya apakah rasa cinta mereka berkurang seiring dengan banyaknya keriput di wajah, mereka menggeleng. "Kami jatuh cinta dalam pandangan mata, tetapi saling belajar mengasah cinta dengan hati. Saat pandangan kami menua, hati kami yang bekerja."

Itulah kisah cinta milik kakek dan nenekku. Di usia pernikahan emas mereka, 50 tahun. Mereka berpesan bahwa tidak ada pernikahan yang sempurna, mereka juga beberapa kali mengalami pertengkaran atau masalah. Apakah masalah itu akan menodai cinta yang telah dibangun? Mereka membuktikannya dengan "Tidak" dan terus saling berpegangan tangan, saling percaya, saling menopang.

Semoga kisah cinta sederhana ini bisa menjadi milik kita semua.

Tidak ada yang sederhana dalam cinta, karena cinta itu sendiri.. luar biasa.

(vem/yel)
What's On Fimela