VERONICA COLONDAM: Demi Masa Depan Anak Bangsa

Fimela diperbarui 10 Agu 2012, 12:00 WIB

“Bagaimana saya diingat jika saya sudah tiada?” Pertanyaan ini menjadi cikal bakal berdirinya YCAB, seperti diceritakan Veronica pada Fiona Yasmina.

Anak-anak merupakan aset penting untuk bangsa Indonesia. Mereka adalah generasi penerus bangsa, “Saya percaya bahwa setiap anak berhak mendapatkan kesempatan mengoptimalkan segala potensi yang mereka miliki. We believe that every child has an equal right to live a life to the fullest,” tutur Pendiri dan CEO Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) yang akrab disapa Vera ini.

Namun, memberi anak-anak kesempatan tersebut bukanlah hal yang sederhana. Nyatanya banyak yang harus dipenuhi, antara lain kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan mereka. “Ambil saja contoh, masih banyak anak Indonesia yang belum mendapatkan pendidikan. Faktanya, angka putus sekolah di Indonesia masih tinggi. Setiap menit, terdapat empat hingga enam anak yang tidak melanjutkan sekolah di Indonesia. Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak, tidak hanya menjadi ‘Pekerjaan Rumah’ Pemerintah saja, namun menjadi PR kita semua,” ujar ibu tiga anak ini.

Apa pelajaran paling menarik yang Anda dapatkan dari YCAB?

Sebenarnya tidak ada pelajaran terakhir karena manusia selalu belajar sepanjang hidupnya. Namun, yang jelas, pertanyaan tentang cara saya ingin dikenang setelah saya tiada menjadi motivasi terbesar saya membangun Yayasan Cinta Anak Bangsa saat usia 26 tahun. Keinginan itu yang kemudian menjadi semangat saya melakukan sesuatu bagi sekitar, memberikan arti bagi kehidupan di sekitar saya melalui kegiatan-kegiatan yang yayasan lakukan sejak tahun 1999 hingga saat ini. Saya ingin mendorong kemandirian remaja di Indonesia. Pada saat itu, saya melihat fakta meningkatnya kasus penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja, saya tergerak melakukan tindakan pencegahan preventif primer. Jadilah saat itu YCAB aktif melakukan gerakan kampanye antinarkoba ke sekolah-sekolah di Indonesia, yang hingga kini masih tetap kami jalankan, dan sudah menjangkau lebih dari 1,7 juta anak se-Indonesia. Salah satu pilar YCAB bertajuk Healthy Lifestyle Promotion (HeLP) ingin membuat remaja Indonesia memiliki gaya hidup sehat, dan jauh dari perilaku berisiko.

Apa yang menjadi motivasi Anda dalam memandirikan remaja Indonesia melalui tiga pilar program YCAB berasal dari motivasi internal untuk memberikan arti dalam kehidupan saya, to give me a purpose in life. Serta motivasi eksternal untuk meningkatkan Human Development Index (HDI) Indonesia agar bangsa ini lebih kompetitif di antara bangsa-bangsa lain di dunia.

Bagi saya dengan membangun kemandirian remaja Indonesia, sama saja dengan turut serta membangun bangsa. Sebab pembangunan kemandirian mereka melalui capacity building, pendampingan pendidikan, dan pengembangan keterampilan kewirausahaan, dalam jangka panjang juga akan memberikan dampak yang signifikan bagi Indonesia.

Saat ini YCAB sudah bergerak ke arah pendidikan dan juga kewirausahaan, bisa diceritakan latar belakang pergerakan ke arah sana?

Masuknya YCAB ke arah pendidikan dan pengembangan kewirausahaan dilatarbelakangi keprihatinan kami akan rendahnya HDI Indonesia yang masih tertinggal jauh, jika dibandingkan dengan negara lain.

HDI yang terdiri dari komponen kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan, kemudian mendorong kami untuk melakukan program untuk memandirikan remaja Indonesia, melalui tiga pilar program yang juga fokus pada ketiga komponen tersebut. Ketiga pilar program kami yaitu Healthy Lifestyle Promotion (HeLP) yang fokus pada promosi gaya hidup sehat, House of Learning and Development (HoLD) yang fokus pada pendidikan bagi remaja putus sekolah dan prasejahtera, serta Handson Operation for Entrepreneurship (HopE) yang fokus meningkatkan kesejahteraan ibu dan remaja pra sejahtera melalui pembekalan keterampilan dan modal wirausaha. Kami lalu memutuskan memberikan pembekalan pendidikan dan pengembangan kewirausahaan, guna memandirikan remaja Indonesia secara ekonomi.

Bagaimana cara Anda menyelamatkan anak-anak yang perlu pembekalan tersebut?

YCAB berupaya menjaring anak-anak putus sekolah dan menyediakan kelas belajar paket dan kursus Bahasa Inggris serta komputer yang tersertifikasi dan berkualitas dari BINUS University. Selain itu, melalui HopE, kami memberikan mereka keterampilan vokasional seperti pendidikan salon dan menjahit yang tersertifikasi. Kami juga berikan modal usaha.

Adakah kiat khusus mengajak anak jalanan dan anak putus sekolah untuk kembali ke bangku sekolah melalui Rumah Belajar YCAB?

Pada mulanya kami memang mengalami kendala. Mereka belum bisa melihat efek positif jangka panjang dari sebuah pendidikan. Sampai akhirnya kami mendapatkan sejumlah lulusan yang menjadi role model bagi generasi selanjutnya. Dengan adanya role model, mengajak anak jalanan kembali ke bangku sekolah atau belajar di Rumah Belajar di Tapanuli Tengah mampu menjaring 200 siswa dalam waktu tiga hari, dan siswa dalam daftar tunggu sebanyak 50-100 orang. Hal ini menunjukkan kesadaran akan dampak positif jangka panjang dari pendidikan yang bisa meningkatkan kualitas kehidupan mereka.

Sudah berapa banyak anak yang lulus dan berapa yang sudah bekerja atau memiliki usaha sendiri?

Sejak 2003 hingga Maret 2011, kami sudah mendidik 10.376 siswa dan 77% lulusan kami mendapatkan pekerjaan. Lulusan Rumah Belajar umumnya dapat dikatakan mandiri secara ekonomi, baik karena perannya sebagai pekerja maupun karena mereka bisa mendirikan usaha sendiri yang mendatangkan penghasilan. Banyak dampak positif yang kami lihat dalam diri mereka, salah satunya pada perubahan sikap. Yang semula tidak memiliki sikap untuk maju dan sukses, kini termotivasi menjadi orang sukses karena melihat kisah sukses lulusan Rumah Belajar sebelumnya. Sebagai contoh, salah satu lulusan kami yang bernama Kemal kini sudah menjadi pegawai di perusahaan asing Tokyo Marine dan mendapatkan beasiswa untuk kuliah.

Sebagai ibu, adakah kiat khusus menjaga anak-anak dari pengaruh negatif?

Saya selalu menyediakan quality time per harinya bersama anak-anak saya yang saat ini beranjak remaja. Quality time tersebut juga menjadi ruang untuk memonitor kegiatan mereka. Saya selalu arahkan mereka untuk mengikuti segala kegiatan yang positif, yang bisa mendorong dan mengoptimalkan potensi mereka, sehingga mereka bisa terjauh dari hal-hal negatif termasuk penyalahgunaan narkoba. Merujuk ke buku saya yang pertama “Raising Drug-Free Children”, orangtua dapat membangun sebuah hubungan atau mengenal anak sepenuhnya, terlibat aktif dalam hidup anak, berkomunikasi efektif, membuat peraturan atau batasan-batasan bagi anak, mengajarkan “life skill” pada anak, serta mewaspadai media sebagai “orangtua kedua”.

Di tengah kesibukan, bagaimana Anda mengatur waktu antara karier dan anak-anak Anda?

Bagi saya keluarga tetap menjadi prioritas dan ibadah utama. Sedangkan karier merupakan pelengkap saja. Menjalankan tugas seorang Ibu merupakan hal utama bagi saya, khususnya dalam mendidik anak-anak. Untuk apa dianggap baik di mata masyarakat kalau tidak dianggap baik oleh keluarga sendiri.

Source: Goodhousekeeping, edisi November 2011, halaman 75- www.goodhousekeeping.co.id

(vem/tik)