Banyak orang tidak menghargai kehidupan. Seperti jika tengah dilanda masalah, mereka justru lari pada hal-hal negatif yang semakin membuatnya tak berdaya. Sebuah kisah mengharukan semoga bisa membuat kita tahu dan memahami arti kehidupan yang sebenarnya.
---
[quote]
Aku seorang dokter muda berumur 23 tahun. Menjadi seorang dokter muda sudah tentu harus rolling menjaga beberapa unit kerja yang berbeda. Kebetulan, September 2004 lalu aku mendapat jatah untuk menjaga unit pediatric bagian kanker anak.
Berhubung pada dasarnya aku menyukai anak-anak, jadilah dengan mudah aku mengambil hati mereka. Di sana, setiap harinya tak henti-hentinya aku menyemangati mereka agar tetap semangat meski sedang sakit. Sebagai orang sehat, aku tahu pasti bahwa kanker adalah penyakit yang menyakitkan. Belum lagi dengan resiko kematian yang menjadi pembunuh terbesar di dunia.
Saat itu, aku berkenalan dengan seorang gadis mungil berumur 8 tahun, namanya Putri. Seperti pasien anak lainnya, Putri adalah penderita penyakit kanker. Hanya saja, kanker yang diderita jenis leukimia. Berbeda dengan pasien kebanyakan, Putri adalah sosok yang atraktif, ceria, dan penuh semangat. Jika kebanyakan pasien anak seusianya menangis selepas menjalani kemoterapi, Putri tidak. Ia selalu berusaha untuk tetap tersenyum dan ceria di hadapan banyak orang. Padahal, terus terang saja, sebagai calon dokter aku tahu persis bagaimana efek yang diberikan setelah kemoterapi.
Semangat juang Putri dalam menjalani hidup membuatku tersengat jutaan aliran listrik untuk turut bersemangat dalam beraktivitas. Ketertarikanku padanya membuat aku dan Putri menjadi semakin dekat. Setiap hari, aku selalu membawakannya majalah anak-anak seusianya. Aku tahu persis bahwa ia gemar membaca. Bahkan, suatu saat ia sempat bercerita padaku bahwa ia ingin menjadi seorang dokter sepertiku. Aku terharu tentu saja.
"Aku nanti mau jadi dokter kayak Mbak dokter. Cantik dan pintar. Makanya, aku suka baca, biar pintar."
Kau tahu apa yang jauh membuatku lebih terharu? Siang itu, Putri memberikan semangat dengan celotehan pada teman yang ada di sampingnya. Teman yang ada di sisinya tersebut baru saja menjalani kemoterapi. Dan, dari wajah si teman, tampak sekali bahwa ia tengah menahan sakit. Putri, dengan entengnya berceloteh,
"Jangan nangis, Ribka, itu obat biar cepat sembuh."
---
Kisah selanjutnya di Putri Kecil Itu Mengajariku Arti Kehidupan II.
(vem/tik)