Memiliki tiga anak lelaki yang beranjak dewasa membuat Astri Ivo harus terus mendampingi setiap perkembangan. Baginya, tugas utamanya kini adalah sebagai pendidik. Kepada Vemale, Astri Ivo memberikan sedikit tips seputar pengalaman mendidik buah hatinya.
[quote]
Menurutnya, usaha paling mudah agar sukses membesarkan anak yakni dengan mencari role model bagi mereka. Ia menambahkan, bahwa mencontoh orang yang sukses membesarkan anak juga penting.
“Tinggal nyontek aja sama yang sudah berhasil. Di Al-quran juga ada kurikulum dalam mendidik anak. Jadikan itu kiblatnya, apa saja yang harus diajarkan kepada anak. Cara kedua, contoh rasul dalam mendidik buah hatinya. Kemudian ketiga, didik anakmu sesuai zamannya, “ ucap Astri memaparkan tips sukses membentuk anak dengan iman yang kuat.
Menurutnya, anak zaman sekarang justru jauh memiliki tantangan yang lebih besar. Jadi, orang tua harus memahami dan mendalami dunia anak–anak. Termasuk perkembangan teknologi hingga orang tua tahu dampaknya dan mengajarkan agar anak bisa bertanggungjawab menggunakannya.
Bagi Astri, perkembangan awal anak itu harus didampingi secara intensif. Salah satu dari orang tua harus ada untuk anak. Bukan meng-import tanggung jawab pada orang lain.
“Dari usia 0–7 tahun, ajak anak bermain. Didik mereka sambil bermain dan bercerita. Hingga di usia 7-14 tahun, ajarkan anak tahu tentang rasul. Kasih tau mana hal baik buruknya. Aurat yang harus dijaga, misalnya. Selain memberikan pendidikan seks tapi juga memberikan pendidikan seksual,” jelas Astri.
Lebih lanjut, Astri membedakan pemahaman antara pendidikan seks dan seksual. Menurutnya, pendidikan seks memberikan pengetahuan tentang organ seks. Sedangkan, pendidikan seksual mengajarkan moral dan harga diri anak. Cara memandang lawan jenis, misalnya.
Bagi Astri, anak hanyalah titipan. “Karena engkau bukan milikku, Nak. Engkau milik Allah, kami hanya orang tuamu,“ ucapnya menanamkan pada buah hati.
Penting bagi orang tua untuk terus mendampingi buah hatinya. Jangan hanya membuat anak bisa membaca Al-quran tapi ajak untuk mendalami maknanya.
Kini, perharinya, Astri mencoba untuk menerapkan sesi sholat berjamaah, seperti saat ia kecil. Tak jarang, ia meminta anaknya membacakan Al-quran untuknya. Dalam suasana santai, ia memberikan masukan dari dalil Al-quran kepada sang anak dan membahasnya bersama. Ramadan kali ini, aktivitas tarawih bersama memang agak sulit dilakukan. Karena, masing–masing memiliki jadwal cukup padat, termasuk dirinya yang mengisi ceramah keagamaan atau syuting kajian islam.
“Mendidik itu memberikan rasa. Memberikan mata juga pelukan hangat, bukan komando dan nasehat saja. Berikan mereka contoh yang baik,” tandasnya.
Astri berharap, orang tua dapat sabar mendidik buah hati. Harus tegas tetapi tidak boleh keras. Sama seperti orang tua mereka, anak merupakan manusia dengan fitrah memiliki potensi keburukan. Jadi, pendidikan harus berlangsung selama dia (anak) hidup.
“Si sulung pernah bertanya, Mah, sampai kapan seperti ini terus? Disuruh sholat jamaah. Kami kan bisa sholat masing–masing. Saya hanya menjawab sambil tersenyum, sampai kakimu menginjak surga, Nak."
Baginya, sebagai orang tua jangan hanya memberikan imunisasi tubuh. Tetapi beri anak imunisasi jiwa. Karena, mengenal penciptanya itu sudah menjadi harga mati, anak juga harus kenal nabinya. Menurut Astri, jika imunisasi jiwa anak telah terpenuhi, dia akan immune terhadap lingkungan buruk yang ada di sekitarnya.
Astri juga tidak pernah putus memanjatkan doa agar sang anak diberikan teman yang baik di sekelilingnya. Karena, teman yang baik dapat mengingatkan jika berbuat salah. Hal ini penting, karena pengaruh perkembangan anak bukan dari keluarga terdekat saja, tapi juga dari lingkungan mereka.
(vem/ana/tik)