Banyak orang berpikiran bahwa menjalin hubungan jarak jauh atau yang kini banyak disebut dengan istilah Long Distance Relationship (LDR) adalah hubungan yang menyeramkan, karena membutuhkan banyak nyali. Namun, tak sedikit yang berpikiran bahwa LDR justru memberikan efek positif bagi masing-masing pasangan. Berikut ini sebuah petikan wawancara yang dilontarkan pada pelaku dan mantan pelaku LDR.
Q: Sudah berapa lama menjalani LDR dan jaraknya dimana saja?
A: Rhein Fathia:3 tahun, tapi itu nggak termasuk PDKT loh ya. Kalau jarak sih, pindah-pindah selama 3 tahun ini. Bogor-Semarang, Bogor-Palembang, Bogor-Manado, dan sekarang Bogor-Tarakan (Kalimantan Timur).
Bin:22 bulan, tapi sekarang udah enggak. Antara Surabaya-Lampung.
Ankha:Baru sebentar sih, 4 tahun. Kami antara Jakarta-Malang.
Bellaluna:3 tahun tapi sekarang udah enggak. Waktu itu kami antara Bandung-Jogja, Bandung-Makassar.
Putra:4 bulan aja. Kami Jogja-Padang, tapi dia asli Blitar. Sekarang udah enggak sih.
Fajarembun: 1 tahun, itu dari awal ta'aruf ala Ayat-ayat Cinta, istriku baru naik kelas 2 Aliyah. Antara Malang-Jogja.
Q: LDR biasanya terkesan dengan sebutan Long and Desperate Relationship. Benar demikian atau memang ada kendalanya?
A: Rhein Fathia:Alhamdulillah baik-baik saja, paling sering sih awal-awal dulu. Itupun karena Indra (pacar.red) hobinya jalan sama temen-temennya. Padahal aku kan pengennya telponan, apalagi kalau pms. Hahaha.
Bin:Ongkos, haha. Tapi, kalau dia sih, dobel kendalanya. Orangnya kelewatan cuek. Kalau kangen pengen ketemu, orangnya nggak mau ambil pusing jadi jatuhnya nggak bisa komunikasi deh...
Ankha:Komunikasi. Kami jarang komunikasi, jarang telpon, cemburu juga sih. Dia lebih mentingin temennya yang deket daripada ceweknya yang jauh.
Bellaluna:Kendalanya susah komunikasi. Lagian dia juga sibuk kerja, paling cuma bisa komunikasi malem aja. Selain itu, kalau ada masalah susah diselesaiin, kan nggak enak gitu kalau diomongin di telpon aja. Belum lagi masalah ongkos, hahaha.
Putra:Susah ketemunya karena beda pulau, berat di ongkos, hehehe. Selain itu, dia juga sempet nggak mau dihubungi, jadi aku deket sama temen kampus. Pas dia tahu, malah ngambek.
Fajarembun:Kadang bosan datang. Tetapi kesabaran yang besar untuk menantikan cinta menjadi tujuan utamanya.
Q:Kalau sudah begitu, apa solusinya?
A: Rhein Fathia:Solusinya, dia kalau ada rencana jalan sama temen-temennya harus bilang beberapa jam sebelumnya, jadi aku nggak minta ngobrol. Sama juga kalau aku pengen ngobrol musti bilang-bilang sebelumnya, jadi kalau ada yang ngajak dia jalan-jalan ya nggak bisa. Kan udah janji sama aku, gitu aja sih. Lagian juga bisa komunikasi. Komunikasi bagi kami itu yang terpenting kualitasnya.
Bin:Biasanya aku selesain sendiri. Aku imbangi dia. Dia diem aku juga diem. Padahal sebenernya aku diem itu nahan emosi, tapi dia mikirnya baik-baik aja.
Ankha:Tiap dia telpon, kita refresh mau jalan terus atau nggak. Dia jarang nelpon sih, paling gitu sebulan sekali. Tapi dari situ, yang semula renggang jadi mesra lagi, hehehe.
Bellaluna:Kalau masalah komunikasi, biasanya dimusyawarahin kapan waktu buat sama-sama walaupun cuma sekedar smsan. Tapi kalau dia capek, ya nggak usah dipaksain juga. Terus kalau masalah ketemuan, kudu dijadwalin, paling nggak ya 3 bulan sekali.
Putra:Nggak ada sih, habisnya kupikir sekian bulan dia menghilang dan nggak bisa diperbaiki. LDR itu perlu nyali dan modal gede, kalau nggak punya itu jangan coba-coba.
Fajarembun:Solusinya, ya sosmed buat menghilangkan jenuh.
Q: Kalau boleh tahu, menurut kalian apa keuntungan dari LDR itu sendiri?
A: Rhein Fathia:Banyak ya. Kita bisa mempunyai banyak waktu untuk keluarga dan teman. Nggak cuma itu, kalau orang pacaran kan pengennya deketan mulu, nah itu bisa nyebabin orang lain atau teman pengen gabung jadi segan. Terus, kami juga bisa belajar lebih dewasa. Dengan LDR kita bisa lebih percaya, mempercayai dan mejaga kepercayaan dia. Yang paling seneng sih pas ketemunya, hahaha.
Bin:LDR itu bisa ngelatih kesabaran dan dibutuhkan ekstra perjuangan.
Ankha:Apa ya, kalau menurutku sih, kita jadi punya waktu buat jadi lebih baik. Lagipula kan bisa jaga dari hal-hal yang enggak-enggak, hehehe.
Bellaluna:Bisa melatih kepercayaan dan kejujuran. Pengertian juga. Lagian kalau ketemuan indah banget, hahaha.
Putra:Bisa sering-sering travelling dan menjaga dari hal-hal yang enggak-enggak, hahaha.
Fajarembun:LDR memang bukan pilihan, tapi keadaan. Mau nggak mau, suka nggak suka, harus dijalani. Semuanya dijalani sebagai cobaan dan ujian demi memetik buah cinta.
Q: Kalau kelemahannya?
A: Rhein Fathia:Kekurangannya yaa, harga pesawat mahal. Nggak bisa nemenin kalau dia sakit juga. Lagipula, menjalani hubungan itu kan perlu positive thinking, kalau mikir kekurangannya terus yang ada malah rusak, hehehe.
Ankha:Jadi sensitif, nggak pernah ngelakuin hal-hal seru kayak orang normal, kudu ekstra sabar. Kadang kalau mau nanyain dia seharian ngapain aja, jadi ngerasa gimana gitu.
Bellaluna:Kekurangannya cuman masalah berat di ongkos dan pulsa. Kalau kangen juga susah, nggak cukup kalau cuma denger suara dia aja, hahaha.
Fajarembun:Kekurangannya insyaallah nggak ada, selalu tetap bersyukur aja.
Q: Kalau boleh tahu, prinsip kalian menjalani LDR apa?
A: Rhein Fathia:Prinsip yaaa, niat, jujur, kepercayaan, pengertian, dan doa.
Bin:Komitmen dan percaya. Kalau komunikasi sih nggak begitu ya, yang penting percaya aja.
Ankha:Prinsip sih saling percaya, terbuka, dan ngomomg aja kalau bosan, jangan percaya dengan apa kata orang.
Bellaluna:Intinya sih cuma komitmen, tapi pada akhirnya aku gagal, nggak bisa pegang komitmen untuk terus sampai nikah.
Putra:Saling percaya aja, itu pun pada kenyataannya nggak gitu.
Q: Secara umum, kalian lebih senang LDR atau biasa saja?
A: Rhein Fathia:Iya, seneng LDR.
Bin:Seneng biasa aja, LDR banyak kendalanya, nggak bisa kayak pacaran pada umumnya. Single tapi nggak available kesannya.
Ankha:Ya, nggak seneng gimana, udah 4 tahun begini, hahaha
Bellaluna:Kalau aku sih, lebih seneng LDR, aku menikmati itu. Walaupun pada akhirnya putus karena masalah internal dan eksternal ya.
Putra:Nggak, mencoba untuk tidak bermain-main, konsekuensinya berat.
Q: Bagaimana dengan pesan dan tips untuk pasangan yang LDR?
A: Rhein Fathia:Jangan lebay. Biasanya pasangan LDR itu lebay, apa-apa harus laporan dengan alasan LDR dan komunikasi, jadi harus telponan mulu. Padahal nggak usah gitu. Isi waktu luang dengan banyak gaul, ikut kursus menambah wawasan, sekaligus biar bisa 'tanding' sama pacar, siapa yang lebih banyak temen dan wawasan.
Bin:Jangan cuek, luangin waktu buat ketemuan, komitmen yang bener.
Ankha:Jaga komunikasi, jangan sok-sok jaim gak butuh padahal kangen, selalu terbuka dan apa adanya. Selain itu, jaga hati dan tetep optimis kalau pasti ada ujung yang baik buat bersama.
Bellaluna:Gimana ya, aku aja nggak langgeng. Tapi intinya, komitmen yang bener, hehehe.
Putra:Kalau nggak punya nyali dan cukup uang, jangan coba-coba LDR. Selain itu, install sabar dan komunikasi, saling percaya. Katanya sih, hubungan yang berkualitas itu bukan seberapa sering berjumpa, namun apakah setiap perjumpaan diisi dengan hal yang positif?
Fajarembun: Percaya dan bersabarlah dalam menjalin cinta. Buah sabar sangatlah indah dan waktu akan membuktikannya.
Jadi, bagaimana dengan Anda, Ladies? Ternyata, menjalani LDR itu tidak seburuk dengan apa yang Anda pikirkan sebelumnya, bukan? Intinya, jika Anda dan pasangan bisa saling percaya dan menjaga kepercayaan, maka LDR akan terasa sama dengan hubungan jarak pendek. Dan yang terpenting, atur jadwal komunikasi dengan isi pembicaraan yang berkualitas agar mendapatkan manfaat juga. Semoga bisa mengambil hikmah dari hubungan LDR ya, Ladies.
(vem/tik)