Vemale.com- Sempurna itu memang hanya milik Tuhan, tidak ada manusia yang mampu mencapai kesempurnaan semasa ia hidup. Namun apabila manusia terus berlomba mencapai kesempurnaan, maka ia akan wafat dalam keadaan Khusnul Khotimah.
Inilah proses kehidupan seorang anak manusia menuju jalan Tuhannya. Adalah Lutfiah I.S, seorang wanita yang dalam hidupnya diberi Tuhan rezeki yang cukup, lahir dari keluarga berada, memiliki ayah seorang tokoh pengusaha yang juga terjun dalam dunia politik.
Tumbuh dengan didikan agama yang kuat, Luthy kecil lebih banyak menghabiskan waktunya bersama keluarga om dan tantenya. Selain karena kesibukan orangtuanya, anak bungsu ini memang memiliki jarak umur yang cukup jauh dengan sang kakak, sehingga membuatnya tidak begitu dekat dengan sang kakak. Dalam bimbingan keluarga om dan tantenya, sholat bersama, mengaji bersama, menghafal ayat Al Quran bersama, merupakan aktivitas rutin keluarga yang sering dilakukan semasa ia kecil. Dengan didikan orang tua serta teladan om dan tantenya, Luthy tumbuh menjadi pribadi wanita mandiri dengan fondasi keimanan yang kuat.
Belajar dari pengalaman hidup saya
Beranjak dewasa, ia mencoba merantau ke Jakarta dengan mengambil kuliah di Institut Teknologi Indonesia (ITI). Jelang setahun masa kuliah, iseng–iseng ia memasukkan foto dirinya ke sebuah kompetisi di majalah Femina yang akhirnya membuat dirinya masuk sebagai finalis Wajah femina tahun 87, bersama finalis lain seperti Ira Duati dan Memes. Walaupun tidak menjadi juara, Luthy menjadi salah finalis favorit Wajah Femina saat itu.
Melangkah ke kehidupan pernikahannya, bergelimang harta tidak juga cukup menghadirkan ketenangan baginya, menikah di usia 22 tahun dengan duda yang memiliki keyakinan yang berbeda. Tantangan dari keluarga suami juga datang karena tidak rela sang suami menjadi Mualaf. Luthy juga harus berjuang merebut hati dua anak tirinya yang juga sedang beranjak dewasa, persepsi 'Ibu tiri itu jahat' harus pelan–pelan ia pupuskan dari kepala kedua anak tirinya.
Kehidupan pernikahan juga tidak seindah bayangannya, berbagai pergumulan hati, tanpa perhatian lebih dari suami yang saat itu cukup sibuk dengan jabatan penting yang dipegangnya. Sendiri, Luthy menghadapi kekacauan hatinya, hal ini memicu penyakit insomnia. Hampir 7 tahun lamanya ia mengalami kesulitan tidur, dan selama itu pula ia mengalami ketergantungan obat tidur. Sampai pada suatu saat ia sedang melakukan travelling ke Bangkok, di sebuah temple, Luthy merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhnya, badannya menggigil kedinginan walau pada saat itu udara sangat panas. Sesampainya di hotel ia berpikir, apakah ini teguran baginya, menggantungkan obat pada setiap kegalauannya, tidak bergantung pada Tuhan yang banyak memberinya berkah dalam hidupnya.
"Malam itu saya menaruh jatah obat tidur saya hari itu di samping meja tempat tidur, saya terpikir terus apa yang terjadi hari itu di temple, dan akhirnya entah keberanian darimana saya membuang tidak hanya pil yang ada di meja saya, tapi saya juga buang semua pil yang saya bawa sebagai persediaan saya selama di Bangkok. Padahal saya masih 7 hari di Bangkok, saya nggak peduli, saya buang semuanya," kenang Luthy.
Kepada Vemale, Luthy mengungkapkan, sejak saat itu ia tidak tidur selama 3 minggu lamanya, tapi ia berjuang dalam khusuk doa dan sholatnya pun semakin rajin hingga akhirnya sampai dengan detik ini ia bisa lepas dari ketergantungan obat tidur hingga hari ini.
Nazarku Pada Allah
"Saya bersumpah pada hari itu (saat ia di Bangkok), jika saya berhasil lepas dari ketergantungan obat tidur, saya ingin benar–benar memperbaiki ibadah saya, saya akan mendirikan suatu pengajian yang benar, dengan orang–orang dan lingkungan yang benar, akhirnya berdirilah pengajian yang bernama Al-Hafiizh," tutur Luthy.
Pengajian yang namanya diambil dari nama anak bungsunya ini, ia lakukan di salah satu rumah miliknya di Jl. KH Ahmad Dahlan No.45 Kebayoran Baru. Sejak pertama kali buka dengan hanya beranggotakan 15 orang, kini pengajian Al-Hafiizh menampung hingga 300 sampai dengan 400 orang yang berlangsung setiap hari Jumat. Anggotanya pun beragam, mulai dari para sosialita, wanita pengusaha, atau bahkan kalangan biasa saja. Yang jelas menurut Luthy pengajian ini terbuka untuk berbagai kalangan.
Meski rumah pengajian kini telah menjadi House of Lussense, yaitu sebuah destinasi para wanita untuk melengkapi kebutuhan kecantikan serta penampilan dengan menghadirkan salon, beauty clinic, butik, florist dan café juga pastry corner, pengajian tetap berlangsung di setiap hari Jumat.
Memiliki geng pengajian dengan beranggotakan ibu-ibu mapan, sosialita yang memiliki keuangan stabil, jadi bagian support terbesar bagi Luthy untuk banyak melakukan misi–misi mulia. Setiap kali ada musibah yang terjadi, mereka bersama memberikan support, tidak cuma itu. mereka juga membantu masyarakat dalam hal seperti sunatan masal, dan baru–baru ini mereka juga menyumbangkan 200 jilbab untuk ibu–ibu kurang mampu yang ingin berjilbab di daerah Tanjung Lesung.
"Program saya ke depan adalah saya sedang mempunyai 10 anak didik untuk hafal Al-Quran atau hafizh Al-Quran, dan ini baru saja kami mulai. Dari 30 juz hafal baru sekitar 15 juzz, saya support setiap kebutuhan mereka, tempatnya ada di Bintaro, dan berharap sebelum akhir tahun ini 10 anak tersebut bisa hafizh (hapal) Al-Quran dan bisa kembali ke daerah masing-masing untuk mengembangkan, membuat kelompok baru untuk beberapa kelas lagi anak-anak yang bisa hafal Al-Quran," ucap Luthy penuh semangat.
Melalui seorang bapak, anak yatim dan anak–anak yang tidak mampu dikumpulkan dari berbagai daerah, ada dari Bangka Belitung, Jambi, dan lain-lain. Dipilih satu-satu tiap daerah untuk digembleng lebih memahami dan menghafal Al-Quran. Program terbaru dari pengajiannya ini juga merupakan khaul/janjinya sepulang umroh untuk mensupport mereka sampai hafal Al-Quran
Merecharge kembali Iman Di Majelis Taklim
Sebagai bagian dari kaum sosialita, pergaulannya yang luas memang tidak ia pungkiri dekat dengan aktivitas bergosip. Ia sendiri tahu benar bahwa bergosip itu punya nilai dosa yang cukup berat, namun manusia memang tidak luput dari salah, begitupun ia menurutnya.
"Saya berharap setiap Jumat, saya diingetin sama Allah, dengan mendatangkan ustad untuk ceramah, dan melalui ceramahnya saya terus mengintropeksi diri, meski kemudian balik lagi menjalani kehidupan dan sadar atau tidak sadar kembali melakukan kesalahan. Lingkungan pergaulan saya kadang banyak melakukan gosip, ngomongin orang, padahal ngomongin orang itu qhibah, dosa besar," ucap Luthy.
"Jadi saya berpikir waduh saya kemarin bergosip nech, ingat lagi kata kata ustad ngerecharge lagi dengan nasehat–nasehat beliau," tambahnya, yang berharap bisa menjadi manusia sempurna di mata Allah, dan seiring perjalanan waktu ia mencoba mencapai ke arah itu.
Keinginannya untuk berjilbab
Dengan backgroundnya sebagai model, Luthy memang tahu betul cara memantaskan dirinya. Ia sangat mencintai dunia fashion, ia bahkan mengaku sering merasa bagian hobby yang sering menghamburkan uang untuk membeli pakaian–pakaian bermerk-nya itu harus ia perbaiki.
"Saya dari dulu berpakaian cukup santun, nggak suka aja sesuatu yang menampilkan bagian aurat saya, saya punya perancang Ronald V Gaghana, atau saya sering titip baju ke temen yang sering ke Hong Kong, saya mix and match aja, jeleknya saya jarang memakai baju yang sama berdekatan jarak pakainya. Setelah saya pakai biasanya saya simpen sampai 6 bulan atau 1 tahun, baru saya pake lagi, jadi lumayan boros untuk beli baju," ucap Luthy yang menyukai gaya klasik tapi edgy ini dalam busana kesehariannya.
Tiga kali umroh telah ia jalani, umrohnya terakhir menyisakan dilema, satu sisi ia ingin menggunakan jilbab, namun sisi lain menurutnya ada banyak pembenahan dalam dirinya yang harus ia bereskan terlebih dahulu sebelum mantap berjilbab.
"Saya berterima kasih sama teman saya Marini Zumarnis yang memberi saya semangat untuk mantab berjilbab, bayangkan orang masih muda dan cantik seperti dia sudah merasa siap untuk berjilbab, apalagi saya yang seharusnya jadi panutan dia," tambah Luthy yang mengaku sejak umroh kemarin Ia tidak lepas dengan profil picture di BBM-nya yang tidak lepas dengan jilbab.
Melalui umrohnya kemarin Luthy mengaku memiliki banyak berkah, saat usaha House of Lussense-nya belum terlalu menghasilkan, ia mendapat pesanan dari seorang saudagar dari Kudus, yang memesan hasil belanjaannya saat umroh kemarin yang iseng–iseng ia jual ke group pengajiannya. "Allah itu memang Pemurah, saat satu pintu rezeki belum lancar, pintu lainnya dia buka, dan dalam waktu dekat saya akan segera umroh, kali ini bukan cuma untuk ibadah, tapi untuk sekalian bekerja. Beli banyak pesanan klien saya," ucap Luthy.
"Yang pasti saya mohon doanya semua orang, agar saya bisa mantab berjilbab, dan InsyaAllah niat saya sebelum Haji saya di bulan Oktober nanti saya sudah berjilbab, doakan yah,” tutup Luthy.
(vem/bee/ana)