Muara Bagdja, Pribadi Hangat Seorang Fashion Guru

Fimela diperbarui 03 Mei 2012, 10:32 WIB

Vemale.com-

Mendung menggelayut Jakarta sejak pagi sehari sebelum kepergiannya. Seolah menjadi sebuah pertanda, bahwa sosok yang sangat dicintai dan sangat disegani di dunia mode Indonesia akan meninggalkan banyak orang yang mencintai dan menyayanginya. Muara Bagdja, sosok ramah dan hangat dan salah satu tokoh penting di dunia mode Indonesia, wafat di 55 tahun usianya. Tepatnya, Senin 30  April 2012, pukul 20.35 WIB, kemarin (30/4) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Awal karir Muara Bagdja dimulai sebagai redaktur mode majalah perempuan di tahun 1984, kemudian ia menjadi juri di beberapa lomba busana. Ia lalu meneruskan karirnya sebagai penata gaya, pemerhati mode, pembicara, kini ia lebih dikenal sebagai penulis mode di beberapa majalah fashion terkemuka juga sebagai koordinator media untuk fashion show desainer–desainer Indonesia ternama.

Anak keempat dari tujuh bersaudara ini merupakan anak dari Alam Surawidjaya yang merupakan aktor dan sutradara di era tahun 1950-an hingga tahun 1980. Perjuangannya melawan Kanker Limfoma, hampir tidak banyak orang tahu, tepatnya 1 tahun lamanya ia terus melakukan pengobatan kemo sejak divonis kanker. Sahabatnya yang tidak sengaja tahupun disarankan untuk tidak memberitahukan kepada yang lain mengenai penyakit yang dideritanya. Satu hal yang dia tidak inginkan adalah menyusahkan banyak orang.

Sejak kabar duka mulai terdengar, puluhan tweet menyatakan belasungkawa untuk pria yang selalu hadir dengan senyum hangatnya, tim Vemale berhasil mewawancarai beberapa orang yang cukup dekat mengenalnya dan beberapa kali bekerjasama dengannya.

“Mas Muara adalah sosok yang cerdas dan expert di dunia fashion, dia orang yang paling bisa membuat istilah–istilah fashion dalam bahasa Indonesia yang baik. Saya sangat kehilangan sosoknya yang sangat humble dan rendah hati,” ucap Lenny Agustine melalui pesan singkat blackberry, dini hari tepat setelah informasi duka ini kami terima.

Sama seperti Lenny, Fitria Yusuf yang pernah bekerjasama dalam launching buku fashion perdananya bersama almarhum mengucapkan sosok muara yang hangat dan tidak pelit untuk berbagi masukan positif, baginya Muara adalah sosok panutan yang patut diteladani.

Ditemui di rumah duka, Chenny Han, desainer busana pengantin, mengungkapkan telah menyusun 3 bukunya yang terakhir bersama Muara. Kepada tim Vemale Chenny menjelaskan bahwa dengan penuh semangat di tengah sakitnya, Muara begitu optimis akan meneruskan project pembuatan bukunya ini kepada Chenny setelah ia sembuh. Namun takdir berkata lain, saat kanker mulai menjalar ke tulang belakang dan mulai melumpuhkan hampir seluruh anggota badan Muara, ketiga buku ini belum rampung.

Masih seputar project menulis, desainer kebaya Edward Hutabarat (Edo) yang kini lebih dikenal dengan koleksi Batik klasiknya, mengungkapkan kenangannya membuat buku “Busana Nasional Indonesia” bersama muara di tahun 1997 lalu. “Bundle sejarah kebaya yang tebal terus ia buka, riset yang panjang satu persatu kami jalani, Muara yang menyemangati saya untuk membuat buku yang salah satunya membahas dalam mengenai kebaya, semangatnya dia yang saya ingat begitu besar saat itu,” jelas Edo . “Kebaya yang ada sekarang semua inspirasinya ada di buku itu, Kebaya mulai 'meledak' berkat tulisan Muara, tapi nggak banyak orang tahu karena Muara bukan orang yang ingin sekali tampil,” lanjut Edo mengenang sahabat lamanya ini. Ia juga mengingat bagaimana Muara selalu hadir dengan ide cemerlangnya, salah satunya dengan mengadakan show pertama kalinya di Museum 14 tahun yang lalu. “Fashion tidak akan berkembang seperti sekarang ini tanpa Muara, tulisan–tulisan dia, yang tidak menyakiti dan tidak menggurui tapi memberikan pesan dan solusi,” Tandas Edo menutup perbincangan kami, sebelum melepas seorang Almarhum ke pemakaman.

Muara memang dicintai banyak orang, tidak terkecuali sahabat desainers, para fashion editor dan sahabat jurnalis pun merasa sangat kehilangan sosok Muara yang sangat humble ini dan tidak pelit berbagi ilmu untuk para penulis fashion baru. “Di belantara dunia fashion yang seringkali palsu, pribadi Muara yang tulus menyejukkan hati. Sepuluh tahun mengenalnya, saya menyaksikan sendiri satu per satu fashion editor newbie ia bukakan pintu lebar untuk masuk ke dunia ini, dan dengan sabar ia akan membagi ilmunya. Saya mengagumi wawasan fashionnya, dan menggemari karya jurnalistiknya yang sangat mencerminkan pribadinya. Cerdas tanpa menggurui dan selalu menempatkan humor fashion dengan elegan tanpa harus mengundang kontroversi atau mendiskreditkan yang lain demi sebuah tulisan yang bagus,“ ucap Jatu Anggraeni selaku Managing Editor Majalah Femina.

Ya, kita semua kehilangan fashion guru yang telah banyak berkontribusi di dunia fashion Indonesia, seorang senior dengan pribadi hangat dan selalu mengayomi. Selamat jalan sahabat… Kami berdoa semoga hanya tempat terbaik untukmu di sana.

(vem/bee/ana)