Vemale.com - Oleh: EW Andayani
Kisah perjuangan Raden Ajeng Kartini sebagai pejuang emansipasi wanita telah begitu melekat di benak warga Indonesia. Sejak di bangku sekolah para pelajar telah paham benar bahwa para wanita Jawa bisa sekolah karena jasa ibu Kartini. Belakangan, tanggal 21 April yang ditetapkan sebagai hari untuk memeringati ibu Kartini juga tidak pernah lupa disemarakkan di berbagai tempat. Entah dengan melakukan aksi yang bertemakan wanita, atau sekedar kompak mengenakan sanggul dan kebaya ala ibu Kartini di hari yang dikhususkan itu.
Pejuang wanita lainnya
Begitu terkenalnya ibu Kartini, sampai kita hampir melupakan perjuangan emansipasi wanita di luar Jawa. Adalah ibu Maria Walanda Maramis yang lahir, berkarya dan menghabiskan sepanjang hidupnya di Sulawesi Utara. Maria Walanda Maramis adalah pahlawan nasional juga atas kiprahnya mengangkat kesetaraan derajat wanita di Minahasa. Berbeda dengan perjuangan Kartini yang 'dipatenkan' melalui kumpulan surat-suratnya, Maria berjuang secara nyata hingga akhir hayatnya di usia 51 tahun. [quote]
Di Minahasa, tanggal 1 Desember ditetapkan sebagai hari Ibu Maria Walanda Maramis atas jasa-jasanya bagi wanita di dunia politik dan pendidikan. Diasuh oleh pamannya yang seorang Hukum Besar, maria dan saudara-saudaranya berkesempatan mengenyam pendidikan resmi di Sekolah Melayu di Maumbi. Berbekal ilmu membaca, menulis, sekelumit ilmu pengetahuan dan sejarah, Maria menjadi wanita yang maju di zamannya. Bahkan karena kemampuannya menangkap, belajar dan mengembangkan ide-idenya, Maria menjadi lebih maju daripada kebanyakan kaum lelaki saat itu.
Sang pelopor
Menjadi pengisi kolom opini di sebuah surat kabar, Maria mulai menuangkan pikiran-pikirannya tentang pentingnya peranan ibu dalam keluarga. Maria menekankan peran ibu sebagai pemberi pendidikan awal kepada anak-anaknya. Tidak hanya berbagi opini, Maria pun memberi wadah bagi wanita Minahasa dengan mendirikan organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya). Organisasi ini berkembang pesat hingga memiliki cabang di banyak kota di Jawa.
Selain di bidang pendidikan, Maria juga memperjuangkan hak pilih untuk wanita di Minahasa. Pada saat itu, pemilihan wakil-wakil rakyat langsung dari rakyat diterapkan pada sebuah badan perwakilan di Minahasa, yaitu Minahasa Raad. Namun hanya laki-laki yang bisa ikut memilih. Maria tidak tinggal diam, dan dua tahun setelah terbentuknya organisasi itu, wanita diijinkan untuk ikut memilih wakil di Minahasa Raad. Hingga akhir hayatnya, Maria Walanda Maramis masih aktif di organisasi PIKAT dan terus memperjuangkan kesetaraan antara wanita dan pria utamanya dalam bidang politik dan pendidikan.
(vem/wiki/miw)