Oleh: Wenny Sri Widowati
Apakah Anda seorang ibu rumah tangga dan mulai merasa bosan dengan aktivitas rumah tangga yang itu-itu saja? Apakah ada sedikit perasaan menyesal karena beberapa impian Anda harus ditunda atau bahkan dikubur karena aktivitas rumah tangga yang tak ada habis-habisnya? Atau Anda sedikit rasa iri dengan rekan-rekan yang ber-titleibu yang bekerja atau wanita karir? Mari tarik napas sejenak dan nikmati artikel ini di hari yang istimewa ini.
Being a full-time mother is one of the highest salaried jobs in my field, since the payment is pure love. - Mildred B. Vermont
Sebuah kutipan yang terdengar sangat manis. Menjadi seorang ibu sekaligus ibu rumah tangga memang membuahkan penghasilan yang tak akan habis dihitung. Tetapi 'salary' yang tinggi memerlukan tanggung jawab yang juga tinggi, maka tak heran jika pilihan sebagai ibu rumah tangga yang tampaknya 'tak mengerjakan' apa-apa sebenarnya adalah anggapan yang tak tepat.
Di rumah, ada setumpuk pekerjaan dan tanggung jawab menanti setiap hari, baik mengenai kesehatan anak-anak, suami, juga diri sendiri. Belum lagi urusan mengatur keuangan, mengikuti perkembangan pendidikan hingga masalah kebersihan rumah, dan semua itu bukan pekerjaan yang mudah. "Pekerjaan yang tidak ada habisnya," demikian kata-kata yang populer di kalangan ibu rumah tangga.
[quote]
Di masa sekarang, tahun 2012, pilihan menjadi ibu rumah tangga mulai bergeser ke belakang. Tak banyak perempuan yang mau menghabiskan waktu 24 jam untuk mengurusi semua hal yang berkaitan dengan rumah tangga. Makin banyak perempuan yang ingin meraih sukses di bidang pendidikan dan karir. Ditambah lagi dengan adanya anggapan yang berkembang saat ini, "Jadi ibu rumah tangga? Sayang dong kalau sudah sekolah tinggi-tinggi tapi pada akhirnya hanyaberkutat di rumah melayani anak-anak dan suami."
Maka kesan yang makin timbul adalah.. para perempuan yang bekerja, sekaligus menjadi ibu, sekaligus menjadi istri adalah mereka yang tangguh, perempuan multitasking, penerus cita-cita R. A. Kartini yang sesungguhnya, dan sederet pujian lain. Sedangkan ibu rumah tangga.. makin banyak yang menganggap pilihan itu sebagai emansipasi yang 'gagal'.
Benarkah demikian? Jika Anda mencari artikel yang membangga-banggakan wanita 'multitasking' sebagai penerus cita-cita emansipasi, Anda akan dengan mudah menemukannya, tetepi agak sulit menemukan artikel yang membangga-banggakan kegigihan seorang ibu rumah tangga. Dan lihatlah berbagai tayangan televisi tepat di hari ini, mereka lebih banyak menyoroti wanita-wanita tangguh, yang dapat bekerja sama rata dengan pria, misalnya saja menjadi supir bus, tukang ojek, pemecah batu bahkan seorang koruptor.
Jika Anda yang sedang membaca artikel ini adalah seorang ibu rumah tangga, jangan dulu mengerutkan hati ketika membaca atau melihat fenomena ini. Karena sesungguhnya, Anda juga bagian dari emansipasi perempuan, Anda juga bagian dari apa yang diperjuangkan R. A. Kartini. Inilah sepenggal surat beliau yang dikirimkan pada Prof. Anton dan istrinya pada tanggal 4 Oktober 1902:
“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”
Hal yang ditekankan dalam surat tersebut adalah pentingnya pendidikan bagi para perempuan. Tentu saja boleh jika Anda memiliki pendidikan yang tinggi untuk mencapai cita-cita atau passion dalam hal apapun. Tetapi lebih dari itu, sebenarnya cita-cita besar dari seorang Kartini adalah bagaimana kesanggupan dan kecakapan seorang perempuan saat men-transfer pendidikan yang ia miliki kepada anak-anaknya kelak.
Maka abaikan saja kalimat, "Ngapain sekolah tinggi-tinggi kalau cuma jadi ibu rumah tangga?" karena tak ada yang salah dengan pilihan sebagai seorang ibu rumah tangga. Being a full-time mother is an adorable job, sama baiknya dan sama berharganya dengan pilihan untuk menjadi ibu sekaligus bekerja. Ibu rumah tangga yang memiliki pendidikan tinggi bukan berarti melakukan sesuatu yang sia-sia dengan pendidikannya. Tempaan ilmu dan pengalaman selama menjalani pendidikan dapat menjadi bekal yang sangat besar untuk menjadi pendidik di rumah.
Sebagai ibu rumah tangga, mungkin Anda terlihat tidak melakukan apapun di rumah, tetapi siapa yang tahu bahwa Anda sedang merancang dan mendidik seorang manusia untuk menjadi sosok yang memiliki ketangguhan, disiplin, budi pekerti dan kecerdasan yang sama seperti Anda. Maka siapkan diri Anda untuk tugas besar tersebut dan menjadi bagian dari emansipasi yang telah diperjuangkan oleh seorang Kartini.
Semoga artikel yang ini bisa kembali menghadirkan senyum dan semangat Anda sebagai salah satu pejuang emansipasi di Indonesia. Salam untuk keluarga tercinta dan selamat menikmati hari yang istimewa ini.
(vem/yel)