Vemale.com-
CHATTY CHANT: Tika Panggabean
Chantal Della Concetta (Ch): Semua orang tahu Tika Panggabean adalah penyanyi dengan teman-teman Project Pop. Tapi mungkin belum banyak yang tahu bahwa Tika juga pengusaha restaurant. Apakah memiliki restaurant salah satu mimpi Tika?
Tika Panggabean (TP):"Mimpi saya awalnya malah cuma sampai di warteg. Karena pembantu/ asisten rumah tangga saya jago sekali masak makanan rumahan, saya malah bercita-cita pengen buka warteg sederhana aja. Warteg untuk supir-supir angkot, bus & kernetnya. Supaya mereka bisa makan enak, bergizi, tapi tetap dengan harga yang terjangkau. Tapi ketika abang saya menawarkan untuk bergabung dalam usaha restoran, saya jadi tertarik. Jadilah saya bergabung, hitung-hitung belajar dulu deh. Tapi mimpi saya untuk punya warteg nggak pernah hilang, suatu saat ingin saya wujudkan."
Ch: Ada rencana untuk membuka bisnis lain?
TP:"Hmm... Kalo yang dipikirin sih ada beberapa, tapi jujur aja belum direncanakan hehe. Salah satunya saya ingin coba menjajaki jualan sambal jambal dalam kemasan. Itu salah satu masakan andalan asisten/ pembantu rumah tangga saya. Tadinya cuma iseng bikin, saya kasih coba ke teman-teman ternyata respon mereka luar biasa, mereka suka dan sering minta dimasakin lagi. Jadi terpikir juga untuk dibikin bisnis. Tapi baru terpikir aja sih, semuanya masih harus dijajaki dan dipelajari."
Ch: Air putih. Kenapa penting untuk Tika?
TP:"Dulu saya bukan penggemar air putih, kalo minum, pasti harus manis. Faktor usia yang bertambah dan kesadaran akan pentingnya kesehatan (yang notabene adalah aset utama) maka kemudian saya banting setir untuk mencintai air putih, karena memang bagus untuk kesehatan, apalagi ayah saya punya penyakit jantung dan diabetes. Sekarang saya seperti addict gitu sama arput alias air putih, badan jadi lebih fit, Intinya khasiat 'bersahabat' dengan air putih ini buat saya luar biasa sekali."
Ch: Di Indonesia, maupun negara maju seperti Amerika, perempuan 'dipaksa' untuk tampil cantik, kurus, sempurna atas sampai bawah. Bagaimana Tika menghadapi ini?
TP:"Sebenernya saya gak terlalu terganggu dengan hal tersebut. Karena saya lebih memilih jadi diri saya sendiri, instead of menjadi seperti yang orang lain mau. Saya nyaman & happy menjadi diri sendiri. Tapi idealnya sih manusia itu gak dilihat secara partial ya. Tapi harus secara utuh. Ada raga, ada jiwa. Jadi itu prinsip yg selalu saya tanamkan dalam diri saya. Cantik dan sempurna itu kan relatif. Tapi kalo seorang perempuan punya isi kepala dan isi hati yang hebat, dia akan lebih dari sekedar cantik di mata orang lain. Tapiii... Kalo saya boleh tambahin dikit nih, perempuan jagalah kesehatan selalu. Perempuan yang peduli dengan kesehatannya otomatis akan terpancar kecantikannya. Belajar cara berpenampilan yg menarik juga gak salah. Karena perempuan mana sih yang gak happy kalo dibilang cantik dan menarik, tapi kan gak perlu terobsesi harus berbadan seperti peragawati atau kulit seputih artis-artis hollywood toh."
Ch: Selain soal fisik, perempuan Indonesia juga 'dibatasi' dengan norma-norma yang berbeda di setiap daerah, dan mungkin diskriminatif. Apakah Tika pernah merasa jengah dengan apa yang boleh dan apa yang tidak bagi perempuan, sementara laki-laki apa saja boleh?
TP:"Merasa jengah pernah. Menurut saya sih norma-norma itu harusnya berlaku untuk semua gender ya, apalagi kalo tujuannya untuk kebaikan. Tapi begini, kalopun ada norma-norma yang lebih ditujukan untuk wanita, saya ingin pelajari dulu norma itu kenapa ada, apa tujuannya dan apa keuntungannya buat perempuan. Kalo norma-norma itu dibuat untuk kebaikan perempuan, untuk menjaga kehormatan harkat dan martabat seorang perempuan, saya setuju. Tapi kalo norma-norma itu dibuat untuk membatasi kemajuan perempuan, untuk membodohi perempuan, mendiskriminasi perempuan, so itu jadi persoalan."
Ch: Lalu bagaimana perempuan Indonesia di mata Tika Panggabean?
TP:"Di mata saya perempuan Indonesia itu istimewa dan luar biasa. Sayangnya gak semua perempuan Indonesia punya kesempatan dan keberanian yang sama. Banyak perempuan Indonesia hebat, mandiri, pendidikan tinggi, kesempatan banyak, mendapat pengakuan dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Bangga sekali melihatnya. Tapi masih banyak juga perempuan Indonesia yang tidak mendapatkan haknya. Yang langkah dan mimpinya dibatasi dan kesempatannya ditutup. Belum lagi kekerasan yang masih kerap terjadi. Yang seperti ini bikin prihatin. Tapi saya yakin perempuan Indonesia gak akan pernah berhenti berjuang untuk kebaikan kaumnya sendiri."
Ch: Kapan titik balik bagi Tika untuk menjadi mandiri?
TP:"Sebenernya sejak kecil saya dan saudara-saudara saya sudah dididik menjadi mandiri di dalam keluarga. Itu sebabnya orang tua saya santai saja saat melepas saya kuliah di Bandung sendiri. Saat itu saya harus benar-benar mengurus semua keperluan sendiri, mengatur keuangan sendiri, supaya kiriman uang bulanan cukup. Tapi kalau bicara mandiri secara finansial, otomatis ketika saya sudah bisa mencari penghasilan sendiri."
Ch: Apa yang dirasakan saat sadar bahwa Tika sudah mandiri?
TP:"Happy! Saya punya kebebasan untuk mengambil keputusan dan menentukan langkah saya sendiri. Baik atau buruk langkah yang saya ambil, saya harus berani terima hasilnya. Bebas tapi bukan berarti tanpa tanggung jawab. Kalau dulu saya tergantung pada orang tua, karena mereka yang bertanggung jawab atas kebutuhan saya, sekarang saya bebas memenuhi kebutuhan saya sendiri, namun sekaligus sekarang saatnya saya bertanggung jawab atas kehidupan dan kebutuhan orang tua saya. It feels like when freedom and responsibility collide."
Ch: Jika suatu saat Tika menikah, apakah Tika akan melepaskan kemandirian Tika dan bergantung pada suami? mengapa?
TP:"Tentu saja tidak. Saya realistis aja deh, laki-laki itu manusia, mereka punya banyak kelemahan bahkan bisa jadi sangat tidak berdaya. Tidak saja kematian atau perceraian yang dikhawatirkan, tapi juga gimana kalau suami sakit, kalau suami di PHK, kalau suami punya hutang, kalau suami bangkrut. Semua harus diantisipasi sejak awal. Maka penting sekali untuk jadi istri yang mandiri. Selain itu saya juga pengen dong memanjakan diri sendiri, tanpa harus selalu tergantung pada uang dari suami."
Ch: 5 kata yang menggambarkan mandiri?
TP: "Security, comfort, freedom, responsibility, happiness alias aman, nyaman, bebas, tanggung jawab, dan kebahagiaan"
(vem/bee)