Sore 17 Februari 2012 kemarin di Four Season Hotel Jakarta mungkin hari yang bersejarah bagi dua kakak beradik ini, Lina dan Lim H, dua perancang muda yang menggelar pagelaran busana perdana bertajuk Adhikarya Dewangga.
Ditemui sebelum memulai shownya, Lim mengaku karyanya memang tidak purebermain hanya di batik saja. Ini merupakan tahun ketiga kiprahnya di dunia fashion, namun ia merasa cocok dengan playground batik. Menurut Lim, batik itu warisan budaya yang ia dan Lina ingin eksplore lebih dalam dan meluncurkan koleksi batik membuatnya bisa lebih kreatif lagi.
Usaha ini sebenarnya dimulai oleh Lina yang memang memiliki background sekolah mode di Raffles Design Institute, Singapura, dan kembali ke Jakarta untuk mulai merancang busana dengan menerima baju pesanan. Melihat kinerja sang adik, Lim kemudian memperkuat brand mereka dengan merancang baju pria. Di mata Lim, busana pria masih memiliki kesempatan untuk dieksplor lebih jauh lagi menjadi rancangan yang menarik.
Batik yang diambil beberapa coraknya berasal dari Jawa Tengah, seperti Solo, Yogya, Lim mengaku masih terus mengeksplor beberapa batik Pesisir seperti batik Cirebon, dan beberapa lainnya.
Tema Adhikarya Dewanggadiambil dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti mahakarya kain yang indah. Lewat koleksi ini juga mereka ingin menunjukkan karakter rancangan yang khas, yaitu garapan batik dalam permainan kombinasi.
"Kita coba angkat batik dan kita coba padukan dengan lurik, tenun, sarung. Ada 23 koleksi dalam warna – warna coklat, beberapa warna soft dengan bahan katun, satin, yang dipadu chiffon. Kami juga membuat wedding gowndengan warna kontras dari warna gaun pengantin pada umumnya, yang biasa menggunakan warna putih", ucap Lim.
Koleksi pria hadir kasual dalam sekuel kedua, dalam sentuhan batik bergaya resort yang memadukan atasan dan celana pendek. Kekuatan detail, aplikasi dan ornamen batik digabung dengan kain nusantara lainnya seperti sarung, tenun, dan lurik. Pada sekuel selanjutnya, batik menghiasi tema koleksi pria hitam putih. Aksen batik dibuat begitu apik sebagai pelengkap busana, mulai dari dasi, ikat pinggang, bros dan tas santai bergaya traveler.
Busana wanita terdiri dari gaun cocktail dan gaun malam batik dengan gaya strapless beraksen draperi dan kain panjang pengganti selendang yang menjuntai dari bahu. Detail renda dan manik juga hadir, semakin mempercantik gaun. Inspirasi rancangan ini berasal dari busana perempuan Jawa yang mengenakan kain kemben dan selendang. Gaun pengantin satin berwarna hitam dipadu bahan brokat merah tipis bermanik menjadi penutup show tersebut, sementara bagian pinggang belakang dipermanis dengan aksen pita yang juga masih menggunakan corak batik.
(vem/ana/miw)