Seks Oral Picu Kanker Tenggorokan

Fimela diperbarui 28 Nov 2011, 07:00 WIB

Kabar mengenai efek seks oral yang lebih berbahaya daripada rokok telah berkembang setahun ini, terutama terkait dengan kanker mulut dan tenggorokan. Berita yang cukup menghebohkan beberapa waktu lalu akhirnya didukung oleh sebuah penelitian terbaru seperti dilansir nytimes. Penelitian ini dilakukan oleh tim kesehatan dari Amerika Serikat yang melihat kenaikan jumlah penderita kanker tenggorokan sejak tahun 1988 hingga 2004. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam The Journal of Clinical Oncology.

Penyebab dari kanker tenggorokan adalah human papillomavirus(HPV). Para peneliti memperkirakan bahwa kanker tenggorokan yang disebabkan virus tersebut telah meningkat dari 0,8 kasus per 100.000 orang di tahun 1988 menjadi 2,6 kasus per 100.000 pada tahun 2004. Jika kenaikan ini terus berlanjut, maka diperkirakan pada tahun 2020 virus yang menyebabkan kanker tenggorokan lebih merajalela dibandingkan kanker serviks.

Diduga Pengaruh Oral Seks

Sementara itu, Dr Kevin J. Cullen direktur Greenebaum Cancer Center di the University of Marylandmengatakan bahwa penelitian itu sudah dilakukan dengan baik, "Sudah sangat jelas bahwa hal ini (kanker tenggorokan) menjadi epidemi besar, tambahnya. Dia mengatakan bahwa peningkatan tren kanker tenggorokan bisa jadi disebabkan oleh peningkatan seks oral, terutama bagi kalangan muda yang menganggap seks oral lebih aman dibandingkan berhubungan seksual.

HPV sendiri sering ditemukan pada organ genital dan dapat ditularkan melalui kontak intim, baik secara hubungan badan ataupun oral seks. Biasanya kekebalan tubuh akan melawan virus ini dan tidak berkembang menjadi kanker, tetapi bagi sebagian orang, virus ini akan berkembang dan menyebabkan kanker, salah satunya kanker tenggorokan yang menyerang daerah langit-langit, dasar lidah hingga dinding samping dan belakang tenggorokan.

Sulit Dideteksi

Virus yang mengakibatkan kanker tenggorokan lebih sedikit yang menyerang pria dibandingkan wanita, penyebab perbedaan ini belum diketahui. Walaupun kanker tenggorokan yang disebabkan oleh virus lebih mudah disembuhkan dibandingkan yang tidak disebabkan oleh virus, gejala yang ditunjukkan kanker tenggorokan seringkali sulit dideteksi.

Menurut Dr Maura Gillison L ketua pusat penelitian kanker dari Ohio State University mengatakan bahwa tidak ada tes screening untuk mendeteksi kanker tenggorokan, tidak seperti tes pap yang sudah banyak dilakukan berbagai klinik kesehatan untuk mendeteksi kanker serviks. Umumnya tidak ditemukan gejala hingga muncul keluhan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, sakit tenggorokan dan sakit pada telinga.

(vem/wsw)