Fimela.com, Jakarta Menjaga keselamatan adalah perkara krusial yang terkadang diabaikan oleh banyak orang. Keselamatan bukan hanya tentang diri sendiri dari kejahatan dan kecelakaan, namun juga keselamatan anak, yang terkadang terlupakan oleh orang dewasa, terutama orangtua.
Padahal, sama halnya seperti orang dewasa, anak-anak juga memiliki hak yang sama untuk mendapat pengetahuan tentang keselamatan dirinya sendiri di mana pun mereka berada. Menginga musibah bisa datang kapan saja.
Untuk itu, Safe Kids Indo (SKI) hadir untuk menyadarkan orang dewasa akan pentingnya tanggap darurat di kalangan anak-anak, khususnya usia TK-SMP. Diinisasi oleh Wahyu Billy, SKI menjadi sebuah komunitas yang bergerak dalam hal pengasuhan anak dengan fokus pada topik-topik keselamatan keluarga dan anak.
Hal tersebut disampaikan oleh Antonio Mozzarella, salah satu anggota SKI yang ditemui saat memberi materi tanggap darurat gempa bumi di SDI Al-Anshar, Pekayon, Bekasi pada Senin (5/11). "Safe Kids Indonesia dibentuk sekitar 2015, inisiatornya adalah Paman Billie, praktisi keselamatan, beliau punya cita-cita keselamatan dibawa ke rumah, bukan cuma di industri atau tempat kerja," terang pria yang kerap disapa Mozza ini.
"Edukasi dan simulasi gempa meningkat sejak terjadi gempa belakangan ini, tapi pada dasarnya kami lebih mengedukasi bagaimana memperkecil risiko cedera pada anak-anak di mana pun mereka berada, itu yang penting," imbuh pria berkacamata ini.
What's On Fimela
powered by
Dalam kegiatannya, SKI mengedukasi masyarakat tentang pentingnya sadar bahaya dan mengurangi risiko yang terdapat di rumah, perjalanan, dan di tempat tujuan untuk menciptakan lingkungan yang bebas cidera, aman, ramah untuk anak-anak Indonesia dengan mengadakan kegiatan di sekolah, pesantren, dan tempat publik.
"Dari 2015 berdiri hingga saat ini, SKI melakukan edukasi ke sekolah, ke pesantren, ke komunitas, dan jadi narasumber di beberapa workshop, kami membangun kesadaran terhadap orangtua dan guru tentang bagaimana memperkecil risiko cedera dengan konsep dasar yang kami miliki," kata Ketua SKI Cabang Depok ini.
Menurut Mozza, siapa saja boleh bergabung dengan SKI, tidak ada batasan usia atau pekerjaan. "Siapa saja bisa bergabung dengan SKI, karena memang kami terbuka untuk siapa saja yang memiliki kepedulian terhadap keselamatan, saat ini kami sedang mengoptimalkan anggota remaja, karena mereka adalah agent of change, selama ini mungkin orangtua sudah akrab dengan kesalahan soal keselamatan, jadi kami ingin coba ubah dengan memulai dari anak-anak remaja," jelas bapak satu anak ini.
Lebih lanjut, anggota SKI terdiri dari ragam latar belakang profesi di bidang anak-anak, dan sebagian telah menjadi expert dalam komunitas ini, seperti keselamatan, dokter anak, dan psikolog anak. Dari mereka pula materi SKI didapat untuk kemudian disampaikan pada masyarakat.
"Apa yang kami berikan sudah melalui diskusi dan modul-modul sederhana sesuaikan dengan usia siswa yang dibuat oleh para expert," jelas pria kelahiran 24 November 1976 ini.
Jadikan Keselamatan Sebagai Bagian dari Pengasuhan
Kendati keselamatan anak meliputi mental dan fisik, sejauh ini, SKI sendiri lebih fokus pada keselamatan fisik saja. "Kalau di SKI sendiri, kami lebih fokus ke fisik anak, seperti penculikan dan sex abuse itu tidak menjadi ranah kami," jelas Mozza.
Namun, Mozza menambahkan bahwa SKI akan terus memantau perkembangan kasus di luar keselamatan fisik. "Kami akan melihat perkembangannya, apakah ada para expert yang bisa kami direct, tapi saat ini concern kami saat ini ke cedera fisik," tambahnya.
Bukan cuma untuk orangtua dan guru, Mozza mengaku jika penyuluhan materi keselamatan juga diberikan pada para asisten rumah tangga (ART) yang setiap harinya juga banyak berinteraksi dengan anak-anak majikannya. "Kami juga sering memberi materi pada ART, care giver, baby day care, tentang pencegahan cedera dan pertolongan pertama sehari-hari," aku Mozza.
SKI sendiri memiliki guideline dan konsep yang bisa diikuti oleh para orangtua untuk menekan risiko cedera pada anak. Menurut Mozza, jika konsep-konsep itu diikuti, maka semakin besar peluang untuk menyukseskan keselamatan pada anak. "Di SKI ini ada konsep ANAK, Amati bahaya, Nilai risikonya, Atur penanganannya, dan Komunikasikan, kalau semua digunakan di semua isu, termasuk simulasi, InsyaAllah cedera akan minim terjadi," katanya.
Sebagai komunitas non-profit, SKI tidak mendapat dukungan dana dari siapa pun untuk menjalani operasional sehari-hari. Pun, ketika menjadi pengisi materi, SKI tidak pernah mematok harga tertentu. "Saat ada yang meminta pricelist SKI, kami tidak pernah mematok harga, tapi paling tidak tergantikan transport kami itu sudah cukup, bahkan kami pernah menggratiskan beberapa sekolah negeri, memang kami benar-benar murni komunitas pergerakan," ujar pria yang merupakan seorang wiraswasta ini.
Di kesempatan yang sama, Ali Imron selaku Kepala Sekolah SDI Al-Anshar Bekasi juga mengatakan bahwa adanya SKI sangat membantu dalam mengedukasi siswa dalam tanggap bencana. "Kegiatan ini sangat seru, selain kita bisa mengedukasi siswa dalam tanggap bencana, mudah-mudahan simulasi bisa membekas hingga dewasa dan menularkan pengetahuan pada orang lain, tapi saya rasa simulasi tidak cukup dilakukan sekali, perlu pembiasaan agar selalu siaga," ujar Ali Imron.
Begitu juga dengan orangtua murid, Vira, yang melihat kegiatan SKI sebagai sesuatu yang positif. "Adanya SKI adalah hal yang positif, saya melihat sekolah cepat tanggap melihat banyak bencana, kegiatan ini juga jadi nilai plus juga, saya melihat anak saya akan aman sekolah di sini karena sekolah tanggap," jelas Vira, orangtua murid.
Di akhir perbincangan, Mozza memberi pesan pada orangtua mengenai keselamatan anak. "Ini ada tagline SKI yang bisa jadi pesan buat orangtua atau siapa pun di mana saja, jadikan keselamatan bagian dari pengasuhan," tandas mantan Koor Forum Relawan Nasional PMI 2013 - 2018 ini.
Punya concern yang sama dengan SKI? Atau ingin belajar lebih banyak soal keselamatan anak? Yuk, cari tahu soal SKI lebih jauh lewat akun Instagram mereka @safekidsindo.