Fimela.com, Jakarta Anak-anak muda harus didorong untuk melihat kegagalan sebagai bagian dari proses kesuksesan, hal tersebut dipercaya penuh oleh Lance King. Lance King, seorang konsultan pendidikan yang akan memimpin workshop di ACG School Jakarta pada 26 November, mengatakan bahwa siswa yang menerima kegagalan dengan baik akan menjadi lebih tangguh dan berprestasi di masa depan, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Ia percaya bahwa kemampuan menerima kegagalan juga membantu mereka dalam menangani bullying yang terjadi di sekolah dan menghindari anak dari perasaan “tidak berguna”. Dampak dari bullying bila dibiarkan akan berujung pada tindakan bunuh diri.
Lance telah memiliki pengalaman mengajar pengembangan keterampilan pada remaja selama lebih dari 20 tahun di 32 negara. Kini, ia akan bergabung untuk melatih ketahanan mental siswa di ACG School Jakarta, bagian dari grup internasional ACG Education. ACG percaya bahwa permasalahan bunuh diri dan bullying mengancam kebahagiaan banyak remaja, sehingga menjadi salah satu kunci pengajaran dalam program pengembangan.
Lance mengatakan bahwa anak-anak muda seharusnya tidak terlalu terobsesi dengan istilah “kegagalan”. “Kita perlu membantu anak-anak remaja ini untuk memahami bahwa kegagalan hanya merupakan bagian dari proses, bukan berarti langkah kita dalam mencapai tujuan sepenuhnya terhenti,” ungkap Lance seperti rilis yang diterima Fimela.com.
“Ketika kita gagal, kita belajar bahwa ternyata ada sesuatu yang belum kita lakukan dengan benar,” kata Lance. “Anak muda yang menerima kegagalan dengan baik, mereka bisa menerima kesalahan mereka, bertanggung jawab, mencari tahu kesalahan apa yang mereka lakukan, memperbaiki, dan mencoba kembali. Saya rasa kemampuan untuk menerima kegagalan merupakan langkah pertama agar anak muda dapat belajar menjadi pribadi yang lebih tangguh," tambahnya.
Angka bunuh diri remaja merupakan sebuah tragedi dan fenomena yang memalukan; isu ini juga kompleks dan melibatkan banyak faktor lain.
“Jika saja seorang anak tidak memiliki faktor perlindungan yang bisa menumbuhkan ketahanan mental, misalnya keluarga yang peduli, setidaknya satu orang dewasa yang suportif dan hubungan positif dengan teman-teman sebaya, maka anak ini akan lebih cenderung merasa tidak berguna, perasaan inilah yang menjadi faktor utama penyebab bunuh diri oleh remaja.” jelas Lance.
Strategi menghadapi bullying
Lance melanjutkan bahwa adanya bullying di sekolah merupakan konsekuensi dari adanya tekanan oleh teman-teman sebaya. Bullying mungkin akan selalu terjadi di sekolah. Untuk menghadapinya, anak-anak perlu mempelajari strategi sederhana tentang ketahanan mental, sehingga mereka bisa menghadapi bullying dan menumbuhkan kekuatan dari situ.
“Jika sejak muda para remaja telah mempelajari pentingnya ketahanan mental dan cara menerima kegagalan dengan baik, maka di masa depan mereka akan siap menghadapi permasalahan yang lebih pelik dalam kehidupan mereka," paparnya.
Lance menambahkan bahwa banyak anak remaja yang tidak bisa menerima kegagalan diri sendiri. Reaksi mereka biasanya adalah menyalahkan orang lain, berpura-pura bahwa mereka tidak peduli terhadap hasil akhir, atau membuat drama sehingga mereka tidak perlu menghadapi dan terlibat dalam kegiatan yang bisa berujung pada sebuah kegagalan.
“Dari semua pengalaman saya selama ini, saya menemukan dua pelajaran penting,” katanya. “Pertama, anak yang bisa menerima kegagalan akan lebih berprestasi. Kedua, siapapun bisa belajar dan berlatih untuk menerima kegagalan dengan baik," paparnya,
Baik guru maupun orang tua harus membantu anak-anak untuk menyadari bahwa kegagalan adalah bagian yang penting dalam proses pertumbuhan dan pembelajaran. Tantangan terbesar di sekolah adalah bagaimana kita mendefinisikan kembali istilah ‘gagal’ dan menciptakan suasana kelas yang membuat anak merasa aman ketika mereka gagal.
“Dengan begitu, mereka bisa mempelajari reaksi kegagalan mereka sendiri dan berlatih agar bisa menerima kegagalan dengan baik di masa depan," ucapnya.
Shawn Hutchinson, kepala sekolah ACG School Jakarta, mengatakan bahwa ketahanan mental merupakan bagian dari program pelatihan di sekolah. Kemampuan ini sangat penting untuk dimiliki oleh siswa berusia tujuh dan sepuluh tahun, fase dimana mereka banyak menghadapi perubahan dan ketidakpastian dalam kehidupan.
“Pelatihan ini adalah salah satu hal yang paling krusial untuk dilakukan. Selama ini, sekolah menekankan pentingnya teknologi dan kurikulum pembelajaran. Namun, pada akhirnya, kita harus membekali anak-anak muda dengan kemampuan yang dapat mereka andalkan dalam kehidupan nyata. Jika tidak, maka selamanya mereka akan terus bergantung pada orang lain," tutupnya.