Fimela.com, Jakarta Ketika dapat tawaran pekerjaan baru kita pasti rasanya bahagia. Apalagi kalau pekerjaan yang ditawarkan memang sesuai dengan kesukaan dan kecakapan kita. Namun, bila pada saat bersamaan kita disibukkan dengan banyak hal lain, tak apa kok menolak tawaran pekerjaan tersebut.
Selama dilakukan dengan baik tanpa menghancurkan hubungan baik dengan klien atau calon klien, kita boleh saja menolak tawaran pekerjaan yang ada. Tanpa bermaksud egois atau sok sibuk, menolak pekerjaan itu perlu dilakukan demi kebaikan kita sendiri.
Kondisi kesehatan tetap jadi prioritas utama
Kalau ada pekerjaan yang rasanya bakal menguras semua waktu sampai tak ada waktu untuk istirahat, memang sebaiknya menolaknya. Jangan sampai kondisi kesehatan kita dikorbankan begitu saja. Nggak mau kan setiap hari stres terus dan lupa cara untuk bahagia karena semua waktu tersita untuk bekerja?
Menjaga profesionalisme
Misal, ada pekerjaan yang ditawarkan dengan tenggat waktu (deadline) yang begitu ketat. Karena merasa tidak enak hati, kita memaksakan diri menerimanya. Tapi ternyata pada prosesnya, kita tak bisa menepati deadline yang ada. Kalau hal ini sampai terjadi, profesionalisme dan image kita bisa ikut hancur. Akibatnya dalam jangka panjang, hubungan kita dengan klien bisa ikut rusak dan tak ada lagi tawaran pekerjaan yang lebih baik.
Kita berhak bahagia saat bekerja
Sungguh sangat menyiksa bila kita bekerja tapi hati tidak dalam keadaan bahagia. Selama bekerja bisa jadi kita akan terus mengeluh. Bekerja pun tak lagi nyaman. Tak ada kepuasan pribadi yang bisa didapat juga. Adakalanya kita perlu menolak sebuah tawaran pekerjaan bila pekerjaan itu tak memberi kebahagiaan.
Jerih payah kita selalu ada harganya
Ada tawaran pekerjaan tapi bayaran yang diberikan sangat jauh dari standar. Tak apa kok menolak sebuah pekerjaan karena bayaran yang ditawarkan tak sesuai dengan jerih payah yang akan kita keluarkan. Tanpa bermaksud untuk egois atau jual mahal, tapi memang sudah selayaknya setiap usaha kita dihargai dengan layak.
Semua memang kembali pada pilihan kita masing-masing. Mau menerima atau menolak sebuah pekerjaan, kita yang membuat pilihannya. Dan setiap pilihan pun selalu ada konsekuensinya.