Cut Nyak Dhien Pahlawan yang Berjuang Tanpa Berkoar Tentang Emansipasi

Ayu Puji Lestari diperbarui 09 Nov 2018, 14:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Jauh sebelum emansipasi dikoarkan oleh perempuan, Cut Nyak Dien telah mengaplikasikannya sejak dulu. Pahlawan perempuan yang lahir di Tanah Rencong ini menunjukkan apa itu hak perempuan, persamaan hak dan emansipasi dalam tindakan.

Perempuan yang lahir pada tahun 1848 dari keluarga bangsawan ini berjuang langsung melawan Belanda. Bersama dengan ayah dan suaminya, Ibrahim Lamnga. Meskipun Ibrahim Lamnga meninggal ia tidak gentar untuk tetap melawan penjajah. Bahkan saat pilihan terbaik untuk Cut Nyak Dien adalah menikah lagi dan bersembunyi, ia tidak memilihnya.

Bahkan saat dilamar oleh Teuku Umar, Ia menolak. Namun ketika Teuku Umar mempersilakan Cut Nyak Dhien untuk ikut serta di medan perang, maka keduanya menikah pada tahun 1880. Keduanya dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Cut Gambang. Bersama Teuku Umar, sepasang suami istri pejuang ini kembali melanjutkan perjuangan mereka.

Cut Nyak Dien (Sumber: Wikipedia)

Pada tahun 1899, untuk kedua kalinya Cut Nyak Dhien ditinggal oleh suaminya. Kepergian Teuku Umar bukan alasan untuk Cut Nyak Dhien untuk menyerah. Bahkan semangat perempuan ini semakin meningkat. Pada tahun 1906, Cut Nyak Dhien dibuang ke Sumedang. Di sini, jati dirinya tidak ada yang mengetahui.

Kesehatan yang memburuk tidak membuatnya menjadi lemah. Dalam pengasingannya, ia tetap memiliki keteguhan hati dengan taat beragama dan menolak semua pemberian Belanda. Hal ini menimbulkan banyak simpati dan masyarakat menaruh hormat padanya. Orang-orang berdatangan mengunjungi sambil membawakan pakaian dan makanan.

Hingga akhir hayatnya tidak ada yang mengetahui siapa perempuan yang dalam pengasingan tersebut. Identitas Cut Nyak Dhien baru terkuak ketika dilakukan penelitian berdasarkan pemerintah Belanda atas permintaan Gubernur Aceh, Ali Hasan.

Dari hasil penelitian inilah diketahui makam perempuan di Sumedang tersebut adalah milik Cut Nyak Dhien. Berjuang dengan kesungguhan hai dan tanpa pamrih demi satu tujuan yaitu kemerdekaan, membuat perjuangan Cut Nyak Dhien patut dikenang.

Cut Nyak Dhien tidak sibuk menyuarakan golongannya saja. Ia berjuang dengan tindakan. Berani betaruh nyawa meskipun ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Sosok Cut Nyak Dhien memiliki idealisme yang tinggi, tentu hal ini baik untuk diaplikasikan dalam kehidupan perempuan masa kini.

Saat ruang gerak perempuan tidak terbatas, sehasrusnya perempuan harus memiliki idealisme agar dapat mengisi kesempatan yang terbuka. Selamat hari ini.