Fimela.com, Jakarta Ada sesuatu yang tak biasa pada pagelaran busana dar British Council di JFW 2019 hari kedua pada Minggu (21/10) malam. Di antara deretan model dengan postur tubuh yang umum kita lihat, ada orang-orang yang berbeda melenggak-lenggok di catwalk. Siapakah mereka?
Rupanya, pagelaran mode tadi malam merupakan puncak kolaborasi para desainer Inggris-Indonesia, Teatum Jones dan Sean Sheila. Sebelumnya, sejumlah kegiatan yang mengampanyekan inklusivitas dalam dunia telah dilakukan. Salah satunya yakni dengan melaksanakan lokakarya bersama fotografer mode Hilarius Jason Pranata.
Teatum Jones yang berasal dari Inggris ini memang memiliki perhatian khusus untuk menceritakan kisah manusia di balik karya-karyanya. Ia meyakini, kekuatan mode dapat menyampaian pesan pro-sosial tentang inklusivitas dan identitas positif.
What's On Fimela
powered by
Hal tersebut tercermin ketika Teatum Jones bekerja sama dengan model-model penyandang disabilitas untuk koleksinya di tahun 2017, dan ketika menghadirkan koleksi terakhirnya bersama 25 wanita istimewa yang dianggap mewakili semangat brand mereka. Semangat itu pula yang ia bawa ke Jakarta Fashion Week 2019.
Kolaborasi Inggris-Indonesia
Selaras dengan nilai-nilai yang dipegang Teatum Jones, Sean Sheila, juga ingin membuka kesempata bagi penyandang disabilitas di tanah air untuk bisa terlibat langsung dalam dunia mode. Saat ini, Sean Sheila bekerja sama dengan komunitas wanita tuli di Purbalingga untuk memproduksi karya-karyanya dengan membekali keterampilan menjahit dan menyulam.
Sean Sheila adalah salah satu seniman yang terlibat dalam program UK/ID-2016-18, sebuah program yang menjembatani seniman, kurator, dan organisasi seni dari kedua negara untuk saling terhubung melalui kegiatan residensi, jejaring, kunjungan budaya, serta proyek kolaborasi yang dilaksanakan sepanjang tahun.
"Peragaan mode inklusif yang dihadirkan oleh Teatum Jones dan Sean Sheila merupakan salah satu wujud berhasilnya kerja sama di mana perbedaan budaya, bahasam dan disabilitas justru menjadi perekat untuk menghasilkan karya-karya inspiratif dan inklusif," kata Direktur British Council Indonesia, Paul Smith.