Fimela.com, Jakarta Perjalanan menuju puncak gunung Kelimutu memang penuh perjuangan dan melelahkan. Apalagi kalau yang diburu saat-saat mentari terbit dari ufuk timur. Melihat sang surya terbit dari puncak gunung ini ternyata sudah tersohor ke elokannya ke berbagai pelosok bumi.
Setelah mendaki sekitar 30 menit rombongan DBS Live More Society Daily Kindness Trip tiba dipuncak tertinggi gunung Kelimutu. Sebuah tugu dengan bentuk berundak-undak sengaja dibuat agar wisatawan dapat menikmati panorama di sekitar puncak gunung.
Semburat sinar kuning keemasan sudah terlihat di ufuk timur. Itu adalah pertada kalau tak lama lagi sang surya akan terbit. Kamera fotografer amatir dan fotogafer profesional sudah disiagakan untuk menyambut dan mengabadikan terbitnya sang surya.
Sementara wisatawan lain sibuk selfie dan berfoto bersama teman dan kolega. Semua riang saat berada di puncak. Suasana makin gembira ketika mentari benar-benar terbit. “Wow indah sekali,” seru salah seorang wisatawan yang datang dari Mataram, NTB.
Sinar putih keemasan terpancar membuat lukisan alam yang begitu indah. Awan tipis yang melintas di cakrawala menambah keindahan panorama mentari terbit di punk gunung Kelimutu.
Meski sinar sang surya belum setinggi tombak, permukaan danau di puncak gunung Kelimutu sudah mulai terlihat dengan jelas. Kali ini Danau Tiwu Ata Polo dan danau Tiwu Nuwa Muri Koo Fai memiliki warna yang nyaris serupa, sama-sama berwarna hijau toska. Sedangkan saudaranya yang lain; Tiwu Ata Mbupu berwarna gelap, biru kehitaman. Itulah uniknya danau-danau di puncak gunung Kelimutu ini, selalu berubah warna dari waktu ke waktu.
Keunikan puncak gunung Kelimutu dengan tiga danau berbeda berbeda ini sempat diabadikan dalam uang kertas pecahan Rp 5.000. Ayo siapa yang masih ingat dengan uang pecahan bergambar puncak gunung Kilimutu?
Hangat
Sinar mentari yang makin terik membuat suhu udara di puncak gunung Kelimutu yang semula dingin pelan-pelan mulai terasa hangat. Satu persatu wisatawan yang sengaja datang untuk menyaksikan mentari terbit mulai turun dari puncak gunung.
Perjalalan menuruni puncak gunung kini makin terlihat jelas. Hutan dan belukar yang ditumbuhi vegetasi pinus dan tanaman perdu lainnya makin menambah indah puncak gunung yang masih aktif ini. Kicauan burung yang tak kenal letih menambah indah suasana.
Hati-hati
Awas hati-hati dengan satwa liar yang mulai muncul setelah hari terang benderang. Monyet mulai menghampiri wisatawan dan berharap diberi makanan. Aktivitas memberi makanan pada monyet ini sebenarnya tidak disarankan oleh pengelolah Taman Nasional Kelimutu. Soalnya monyet yang terlihat lucu bisa berubah beringas dan menyerang ketika ia berinteraksi dengan wisatawan.
Perjalanan menuruni puncak gunung Kelimutu terasa begitu cepat daripada pendakian. Tak teras kami sudah tiba di lokasi pemberhentian terakhir saat tadi gulita masih menyelimuti area ini. Sebuah panorama indah baru saha terpampang dan sulit dicari tandingannya di belahan bumi mana pun.