Fimela.com, Jakarta Usia pra-sekolah merupakan fase yang membutuhkan status gizi baik untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik, kecerdasan, dan emosional. Namun pada usia balita anak-anak memiliki kecenderungan untuk menjadi picky eater atau pilih-pilih makanan.
Menurut Jurnal Gizi lndonesia pada tahun 2018, picky eater merupakan kondisi ketika anak menunjukan preferensi yang kuat terhadap makanan tertentu, dengan kata Iain anak hanya mau mengkonsumsi makanan yang ia suka. Anak yang mengalami picky eater dapat mengalami kurang gizi, karena cenderung memiliki asupan energi, protein, karbohidrat, vitamin dan mineral Iebih rendah dibandingkan non-picky eater.
Kondisi ini menyebabkan anak dengan picky eater berisiko stunting, yang merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.
Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%). Penyebabnya, karena rendahnya kesadaran para ibu terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral.
Penelitian yang dilakukan Rahma Hardianti dan Fillah Fithra Dieny sebagaimana dikutip dalam Jurnal Gizi lndonesia pada tahun 2018 menyatakan, proporsi angka kejadian picky eating anak prasekolah di lndonesia mencapai 52,4%. Dalam penelitian ditemukan fakta 75% picky eater mulai menolak untuk makan pada tahun pertama kehidupan, berlanjut hingga usia dua tahun.
Minum susu
Beberapa anak umur 3 tahun yang mengalami picky eater memiliki kebiasaan minum susu dalam volume yang besar. Konsumsi susu sangat penting untuk kalsium, tetapi kelebihan minum susu dapat menyebabkan penurunan nafsu makan dan asupan makanan Iainnya.
Konsumsi susu dianjurkan tidak Iebih dari tiga gelas setiap hari. Pemberian susu pada anak sebagai pengganti makan dilakukan ibu karena takut kebutuhan gizi anak tidak tercukupi, sehingga lbu memberi susu Iebih banyak dari seharusnya . Hal ini membuat kurangnya variasi makanan yang mengakibatkan nutrisinya tidak seimbang.
Banyak orangtua yang salah kaprah menyiasati picky eater dengan memberikan susu sebagai solusi. Padahal, susu sebetulnya hanya sebagai pelengkap.
Menurut Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K), susu merupakan salah satu asupan makanan untuk anak pada masa bayi, terutama 6 bulan pertama ASl (Air Susu lbu) merupakan makanan utama bayi.
"Setelah 6 bulan, ditambahkan MPASI (Makanan Pendamping ASl) sebagai pelengkap karena kebutuhan anak meningkat. Setelah 1 tahun anak dapat diberikan makanan keluarga, berupa nasi lauk pauk, sayur dan buah plus susu sebagai pelengkap,’ tutumya.
Petlu diketahui bahwa susu memang kaya gizi, tapi kandungan zat besi di dalamnya biasanya kurang optimal. Dalam 1000 cc susu hanya mengandung 0.5-2 mg zat besi.
Sedangkan bayi 1 tahun saja butuh 6 g zat besi setiap hari. ltulah mengapa sebaiknya orang tua tidak hanya mengandalkan susu untuk memenuhi kecukupan gizi anak.
Berikan makanan seimbang yang kaya nutrisi, termasuk kecukupan zat besi di setiap usia. Prof. Rini melanjutkan, biasanya kondisi picky eater disebabkan kurangnya variasi makanan anak.
“Anak tidak boleh memilih makanan yang disukai, suasana di rumah tidak menyenangkan, kurang perhatian orangtua, atau contoh yang kurang baik dari orangtua,” tutupnya.