Fimela.com, Jakarta Film bergenre horor kembali mendapat panggung di industri perfilman tanah air. Namun, ditengah gencarnya fenomena film horor yang mengangkat hantu 'kearifan lokal', sebuah hal berbeda coba ditawarkan oleh Muhammad Yusuf yang sebelumnya sukses dengan film-film seperti Tebus, Kemasukan Setan, Angker, Misterius, dan terakhir The Curse.
Disebut berbeda, lantaran film berjudul 7 Bidadari akan mengangkat keseraman yang ada di Australia. Tak tanggung-tanggung, lokasi pembuatannya pun adalah salah satu tempat angker yang ada di Australia, yaitu Aradale Lunatic Asylum Centre. Aradale Lunatic Asylum Centre sendiri merupakan bangunan bekas rumah sakit jiwa yang telah berdiri lebih dari 100 tahun.
Tempat itu sendiri sudah berhenti beroperasi pada tahun 1998, yang artinya sudah kosong sekitar 20 tahun. Keangkeran lokasi syuting pun akhirnya menimbulkan banyak kejadian mistis saat proses produksi film 7 Bidadari berlangsung.
Dara Warganegara, Lia Waode, Gigi eks Cherrybelle”, Camelia Putri, Salini Rengganis, Gabriella Desta dan Ade Ayu Agustin, deretan pemain yang bermain di 7 Bidadari pun merasakan situasi yang mencekam selama melakukan proses syuting. Lia Waode, talent yang memang memiliki kepekaan lebih terhadap keberadaan makhluk halus mengaku sering mendapat gangguan selama syuting.
Hal serupa juga diamini oleh para pemainnya saat ditemui awak media pada Rabu (17/10/2018). "Kemarin nggak ada gangguan selain pintu yang tiba-tiba kebuka sendiri, ada satu yang selalu ngikutin kami di setiap syuting, remote AC pindah sendiri," ungkap Lia Waode di Capital Place, Jakarta Selatan.
Sementara itu Resika Tikoalu, sang produser optimis dengan kehadiran film 7 Bidadari ditengah maraknya film-film bergenre serupa. Menurutnya, kelebihan 7 Bidadari sendiri terletak pada kekuatan cerita dan sensasi horor di siang hari.
"Film ini bercerita 7 jam, dari jam 10 pagi sampai 5 sore, itu yang bikin filn ini beda dan itu yang bisa kita tawarkan. 7 Bidadari akan menampilkan adegan menyeramkan namun dalam balutan horor di siang hari," pungkas Resika Tikoalu.