Fimela.com, Jakarta Beberapa waktu lalu, Fimela berkesempatan mengunjungi gerai parfum pertama dan terbaru Memo Paris di Plaza Senayan. Memo Paris pertama kali didirikan pada tahun 2007 oleh Clara Molloy yang menggeluti dunia sastra dan suaminya John.
Tidak hanya soal aroma, namun perjalanan Memo Paris cukup menarik untuk disimak. Ketika berbincang dengan tim Fimela, John mengatakan aroma setiap parfum yang diciptakannya berasal dari ingatan atau memori setiap kota yang dikunjunginya bersama sang istri.
"Setiap mengunjungi satu tempat, istriku akan menulis dan menggambar semua hal tentang tempat tersebut. Inilah yang kemudian menjadi panduan untukku menciptakan aroma setiap parfum," cerita John.
Ya, setiap parfum Memo Paris diciptakan berdasarkan setiap tempat yang pernah dikunjungi oleh pasangan suami istri, John dan Clara Molloy. Menariknya, setiap parfum juga diberi nama berdasarkan nama tempat tersebut, seperti Kedu, parfum yang inspirasinya berasal dari Indonesia.
Kedu adalah nama daerah Candi Borobudur berdiri. Sekilas, Kedu lebih beraroma rempah.
Jika dibiarkan, lama kelamaan, aromanya akan lebih seperti white musk. Rangkaian produk yang paling populer dari Memo Paris adalah seri parfum Leather.
What's On Fimela
powered by
Seri Leather Memo Parisa
Seri ini terdiri dari enam parfum, yaitu French Leather, Irish Leather, Russian Leather, Italian Leather, African Leather, dan Moon Fever.
Seri Leather terinspirasi dari masa di mana orang-orang menyemprotkan parfum di sarung tangan mereka.
"Dulu, orang-orang terbiasa menggunakan sarung tangan kulit dan inilah alasan mengapa mereka menyemprotkan parfum di sarung tangan mereka dan bukan langsung di kulit. Menariknya, aroma campuran antara kulit dan parfum tidak buruk," jelas John.
Hal yang sama juga menginspirasi John untuk membuat setiap gerainya didominasi oleh elemen kulit dan warna- warna bernuansa cokelat. Memo Paris bukan hanya tentang aroma parfum yang digunakan, namun juga memori atau kenangan di balik aroma tersebut.