Fimela.com, Jakarta Minggu lalu berita tentang rencana pensiun Michael Buble membuat penggemarnya heboh. Pelantun Haven't Met You Yet tersebut ingin lepas dari kemeriahan dunia musik karena diagnosa anaknya, Noah (3) yang mengidap penyakit kanker hati pada 2016 lalu.
"Melewati ini dengan Noah, aku tidak mempertanyakan siapa aku, aku hanya mempertanyakan yang lain. Kenapa kita di sini?" kata Michael Buble dalam interviewnya bersama majalah Daily Mail's Weekend pada Sabtu lalu.
Semenjak diagnosa tersebut, Michael Buble mencoba berpikir betapa bodohnya dirinya selama ini. Sampai ia bisa mengingat bagaimana rasa sakit yang luar biasa ketika merawat Noah bersama istrinya, Luisana Lopilato.
"Diagnosis itu membuatku menyadari betapa bodohnya aku mengkhawatirkan hal-hal yang tidak penting ini. Aku dipermalukan oleh egoku, bahwa itu telah membiarkan rasa tidak aman ini." ucapnya.
Namun 14 Oktober kemarin pihak management Michael Buble memberi klarifikasi. Mereka menyangkal jika pelantun Haven't Met You Yet tersebut akan sepenuhnya berhenti berkarier di dunia musik.
Management menegaskan jika Michael Buble tidak akan kemana-mana. Ia hanya ingin mencurahkan waktu untuk sang anak, tanpa meninggalkan karier yang telah ia bangun selama ini. "Michael tidak benar-benar akan pensiun. Dia takkan kemana-mana," ujar perwakilan Buble kepada Us Weekly (14/10).
Pensiun atau tidak, keputuan Michael Buble sebagai ayah Noah sangat menyentuh. Tidak mudah bagi orangtua tentu untuk mengambil keputusan seperti itu. Karena setiap orangtua selalu ingin anak selalu sehat.
Pentingnya pendampingan orangtua
Menurut Psikolog Anak Saskhya Aulia Prima, M.Psi., setiap orangtua memberikan respon yang berbeda ketika anaknya divonis sakit. "Setiap orang ketika mendengar berita buruk beda-beda responnya, ada yang langsung stres, histeris, ada yang nyari second opinion, ada juga yang diam untuk menenangkan diri," ujarnya saat dihubungi Rabu (27/10/2018).
Idealnya, ketika orangtua mendengar anak divonis sakit berat atau sakit apa saja, kita diam dulu sejenak, terus kemudian ngobrol sama pasangan buat nyari second opinion, apa yang harus dilakukan, baru menentukan langkah ke depannya seperti apa. "Supaya tertangani dengan baik ketimbang menangis-nangis bersedih berkepanjangan," lanjut Saskhya.
Bahkan mungkin ada fase penolakan yang dirasakan orangtua ketika tahu anak sakit. "Ada rasa tak percaya ini benar atau enggak karena itu akan baik jika mencari second opinion. Ada yang merasa kasihan, kenapa nggak orangtua saja yang sakit. Ada yang merasa nggak berhasil sebagai orangtua, jadi fase-fase denial berbeda-beda," papar penulis buku Anti Panik Menjalani Kehamilan ini.
Bagaimanapun kondisi anak, yang jelas kehadiran orangtua sangat penting. Dalam kondisi normal, anak selalu membutuhkan kehadiran orangtua, apalagi saat sakit. "Anak yang lagi tumbuh saja badannya nggak enak dan butuh pendampingan orangtua. Apalagi kalau sakit ya, pasti ada rasa tidak nyaman dengan tubuhnya. Makanya butuh didampingi orangtua, meskipun tidak mengurangi rasa sakit tapi membuat anak jadi nyaman," jelas Saskhya.
Haruskah berhenti bekerja?
Secara psikologis, kepedulian orangtua akan membantu proses penyembuhan anak. Mental yang sehat akan membantu penyembuhan fisiknya. "Untuk penyakit yang berat, dukungan orangtua akan memberikan dukungan semangat hidup jadi daya tahan tubuh anak naik karena enggak stres," imbuh Founder TigaGenerasi. Tak heran jika Michael Buble merasa perlu istirahat sejenak dari karirnya untuk mendampingi Noah.
Tak cuma Michael Buble, setiap orangtua tentu harus menghadapi anak sakit. Tapi, perlukah Ayah Bunda berhenti bekerja jika anak sakit keras? Kondisi keuangan menjadi pertimbangan. Karena selain kebutuhan sehari-hari, biaya berobat anak menambah pengeluaran.
"Harus dipertimbangkan dana untuk penyembuhan anak. Siapa yang bekerja, apakah mencukupi kebutuhan keluarga. Berhenti atau enggak tergantung pilihan orangtua, juga anak butuh atensi seberapa banyak perlu dipertimbangkan," terang Saskhya.