Fimela.com, Jakarta Ada banyak cara untuk menambah wawasan dan kreatifitas, diantaranya melalui seni tari dan film. Melalui kegiatan seni, secara tidak langsung dapat membentuk diri kita, terutama anak-anak, menjadi insan seimbang jasmani rohani. Menyaksikan film bisa menambah wawasan dan kreatifitas kita.
Tak selalu harus mengeluarkan banyak biaya untuk nonton di bioskop. Di bulan Oktober ini misalnya, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mengadakan pemutaran film setiap hari Rabu. Ada dua film yang diputar tiap hari Rabu, diantaranya 99 Cahaya di Langit Eropa, Ngenest, Mika da Manusia Setengah Salmon.
“Pendidikan seni bisa menjadi sarana kegiatan anak untuk bereksperimen melakukan kegiatan kreatif dalam bentuk ekspresi visual, ekspresi kinetik atau ekspresi lainnya,” ucap Direktur Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr. Restu Gunawan, M.Hum, kepada wartawan di Jakarta, Senin (01/10/2018).
Hal ini disampaikan, Restu Gunawan, terkait dengan kegiatan ‘Festival Seni Pertunjukan 2018’, yang diselenggarakan Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, di Jakarta. Program ini terdiri dari serangkaian kegiatan, mulai dari penelitian, seleksi; kurasi karya, lokakarya, hingga pelaksanaan Festival Seni Pertunjukan (Musik, Tari, Teater).
‘Festival Seni Pertunjukan 2018’ ini, dibagi ke dalam tiga acara besar. ‘Gelar Tari Anak Indonesia 2018,’ yang diikuti 27 komunitas seni dipilih mewakili masing masing provinsi di Indonesia. Kegiatan ini akan berlangsung di Istana Anak-anak Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, tanggal 2 - 6 Oktober 2018.
Selanjutnya ada kegiatan ‘Pekan Teater Nasional 2018’, yang diikuti 16 komunitas teater/kota berbasis penelitian. Dilaksanakan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, tanggal 6-15 Oktober 2018 mendatang.
Apresiasi Seni untuk Anak
Lalu ada ‘Konser Karawitan Anak Indonesia 2018’ yang menjadi pamungkas rangkaian acara ‘Festival Seni Pertunjukan 2018’ yang diikuti 31 komunitas karawitan/musik tradisional mewakili masing-masing provinsi. Acara ini akan digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, 25 - 27 Oktober 2018 mendatang.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana “Festival Seni Pertunjukan 2018”, Edi Irawan, menyampaikan, apresiasi seni untuk anak ini, melibatkan masyarakat luas berbasis komunitas. Didukung sistem data dengan sistem penyelenggaraan festival yang lebih baik. Untuk itu, Gelar Tari Anak Indonesia dan Konser Karawitan Anak Indonesia sudah memberlakukan sistem open call (walau masih terbatas).
“Sistem open call adalah sebuah sistem kurasi yang meminimalkan subyektivitas kedekatan pertemanan atau nepotisme. Sistem open call diharapkan lebih adil dan terbuka. Karena bisa diikuti semua stakeholder,” ungkap Edi Irawan.
“Ekspresi seni itu harus diinkulturasikan sejak dini, sejak masa anak-anak. Maka untuk itulah dua dari tiga Festival Seni Pertunjukan ini, yaitu Gelar Tari Anak Indonesia dan Konser Karawitan Anak Indonesia, dikhususkan sebagai usaha membangun jatidiri dan karakter bangsa sejak masa anak anak,” pungkas Edi Irawan.