Fimela.com, Jakarta Kantuk saya harus sesekali terinterupsi guncangan karena mini bus yang dinaiki sudah memasuki ruas jalan kurang mulus. Sorot lampu kendaraan jadi satu-satunya penerang di tengah pekat jalur menuju pesisir barat Pulau Jawa dini hari itu.
Sebagai pekerja Ibu Kota yang memiliki hari libur tak terlalu lapang, saya harus cermat memilih hendak pergi ke mana untuk sejenak meninggalkan rutinitas, dan akhir pekan lalu, Taman Nasional Ujung Kulon (TMUJ) jadi tujuan saya bersama belasan orang.
Sejujurnya, sejak kecil, saya selalu punya pengalaman kurang menyenangkan saat pergi ke pantai-pantai di Provinsi Banten. Entah dibuat kecewa dengan pemandangannya, dikejutkan ramainya, atau mengalami kejadian tak mengenakKan walau tak secara langsung.
What's On Fimela
powered by
Karenanya, antisipasi skenario terburuk di perjalanan ini sudah saya siapkan sebelum memutuskan jalan sambil terus memberi sugesti baik. EKspektasi pun sudah saya tekan ke tingkat paling minimal. "Ya sudah jalan saja," batin saya saat itu.
Sekitar subuh, bus kami sampai di Dermaga Sumur. Sambil setengah sadar karena tak mendapat tidur nyenyak, peta digital di handphone saya akses hanya untuk mendapati titik di pesisir barat Pulau Jawa dan hendak jadi saksi wajah lain Provinsi Banten.
Meninggalkan Peradaban
Matahari sudah muncul ketika kami pindah ke kapal untuk menuju Pulau Peucang. "Kalau sudah sampai semenanjung sana, nggak bakal dapat sinyal, teh," ucap seorang awak kapal pada saya sambil menunjuk ujung pulau yang dimaksud.
Waduh, saya berarti benar-benar bakal meninggalkan peradaban (re: dunia maya dan komunikasi tak langsung). Dari bus, badan saya berganti terombang-ambing gelombang laut. Perjalanan ini istilahnya, 'Itu pulau sudah kelihatan, tapi kok nggak sampai-sampai?'. Ternyata lumayan jauh, gan!
Setelah basah hampir setengah badan karena terciprat air laut dan sudah sampai kering lagi, akhirnya kapal memelankan laju. Air laut yang semula hanya biru pekat kini berganti memperlihatkan gradasi dalam empat warna.
Berpadu dengan angin laut yang sungguh sangat tak santai waktu itu, aroma laut bersih bisa dihirup sepuas-puasnya, sedalam-dalamnya, sebebas-bebasnya. Melunturkan semua lelah perjalanan yang telah ditempuh sejak semalam dari Jakarta.
Primadona di Ujung Barat Pulau Jawa
Penginapan sederhana di Peucang bakal jadi rumah saya dalam 2 hari ke depan. Merupakan pulau tak berpenghuni, hanya ada bapak dan ibu petugas taman nasional, hewan liar bisa dengan mudah ditemukan di sini.
Dari siang sampai sore, kera terlihat merajai (hati-hati mereka suka mencuri makanan dan masuk kamar untuk mencari makanan!). Setelah matahari terbenam, babi hutan dan rusa mulai terlihat menepi ke pesisir, di mana penginapan saya berada. Walau Peucang sudah sebegitu memsona, tapi waktu kami di TNUJ tak dihabiskan hanya di sini.
Perjalanan melebar ke beberapa spot snorkeling dengan pemandangan laut cukup beragam, Savana Cidaon, dan Pulau Handeleum. Trekking, renang, dan leyeh-leyeh di pantai jadi aktivitas yang sangat mungkin dilakukan di perjalanan kali ini.
Walau agak ngeri-ngeri sedap, karena cukup banyak hewan liar, tapi sungguh sangat tak berlebihan bila Ujung Kulon disebut sebagai primadona di ujung barat Pulau Jawa. Jadi, tertarik kah kamu untuk singgah atau, seperti saya, mengulang perjalanan ke sana?
Asnida Riani,
Editor Bintang.com