Fimela.com, Jakarta Barasuara akhirnya tampil di Gedung Kesenian Jakarta untuk pertama kalinya. Band yang digawangi Iga, Gerald, Asteriska, Puti, Marco dan TJ ini jadi grup musik yang terpilih untuk konser tunggal di tempat penuh sejarah tersebut.
Konser bertajuk Liztomania ini memang sudah jadi agenda tahunan yang digagas oleh gitaris Slank, Ridho Hafiedz dan sang istri. Setelah Slank, Glenn Fredly dan Payung Teduh, tahun 2018 jadi momen untuk Barasuara.
What's On Fimela
powered by
Ridho sendiri melihat keunikan Barasuara sebagai grup yang antipati terhadap industri yang cenderung mencekoki pasar. Identitas kuat yang diusung band asal Jakarta ini diangkat dalam konser yang menyuguhkan konsep audio dan visual yang tidak main-main.
Selasa (14/8) malam sekitar pukul 20.30 WIB, acara dimulai dengan lantunan lagu Indonesia Raya 3 Stanza. Para penonton yang hadir disuguhi teks lirik lagu ciptaan WR Supratman dalam versi lengkap dan mungkin masih belum familiar bagi banyak orang.
Suasana khidmat diakhiri dengan sambutan tepuk tangan meriah seiring para personel Barasuara yang bersiap tampil. Lampu mulai padam, tirai yang sedari tadi tertutup akan segera dibuka dengan segala kejutan dan rasa penasaran.
Barasuara dan Kesakralan GKJ
Gedung Kesenian Jakarta masih jadi venue konser Liztomania yang memang dimaksudkan untuk pemanfaatan ruang publik khususnya di kawasan Jakarta. Harapannya agar para musisi dan penikmat musik kembali meramaikan GKJ sebagai gedung pertunjukan yang prestisius.
Barasuara pun mengaku cukup tegang karena harus tampil di hadapan penonton yang diarrange dengan kursi bernomor. Tiga lagu pertama yakni Sendu Melagu, Mesias dan Mesias membuka setlist dengan berenergi, sekaligus sebagai adaptasi Barasuara dengan penonton.
"Ternyata main di depan penonton yang duduk tuh nervous banget, gila," ucap Marco Steffiano yang bangkit dari singgasananya.
Namun suasana makin memanas ketika beberapa lagu baru untuk album kedua dibawakan di konser tersebut. Sebanyak 5 lagu termasuk Seribu Racun dan Guna Manusia menghiasi romantisme antara Barasuara, GKJ dan para penonton.
Angkat Para Musisi Jalanan
Digelar keempat kalinya, Liztomania selalu melibatkan para musisi jalanan untuk berpartisipasi. Andi Malewa, pendiri Institut Musik Jalanan (IMJ) memang berniat mengusung kesetaraan antara musisi jalanan dengan musisi lainnya. Yang ia harapakan di Liztomania adalah agar para pengamen naik kelas.
Barasuara pun menyambut antusias rencana kolaborasi mereka dengan IMJ. Lagu Tarintih dan Bahas Bahasa pun mendapat energi baru dengan hadirnya para musisi jalanan, dan juga Adra Karim, musisi yang turut membantu Barasuara di Liztomania sebagai keyboardis.
"Pas latihan kita sempet denger cerita mereka yang perjuangannya wah, sampe angkat tangan kita. Pada dasarnya kita sama-sama musisi, mau di jalanan, di panggung, nggak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi," kata Iga Massardi.
Konser Liztomania pun ditutup dengan Api dan Lentera, menjadi puncak acara yang klimaks. Para penonton yang sudah menahan-nahan hasrat untuk melompat dan berinteraksi lebih dekat diberi kesempatan untuk berdiri dan merapat ke panggung. Bahkan mereka juga 'ditodong' para personel Barasuara untuk main drum, gitar dan bass. Sungguh tontonan yang memberi energi luar biasa.