Fimela.com, Jakarta Bukan mutlak hanya bakat di balik kesuksesan seorang artis. Namun ada faktor pendukung yang membawa sang artis meraih nama besar. Manajer, adalah salah satunya. Meski tak terlihat di tengah elu masyarakat terhadap popularitas sang artis, pada kenyataannya peran manajer yang berada di balik layar, memiliki peranan penting dalam karier seorang artis.
**
Manajer artis memang bukan sebuah profesi yang umum. Namun begitu, saat ini profesi manajer artis banyak diminati sebagian masyarakat. Bahkan, mereka yang sudah menjadi manajer artis, memiliki latar pendidikan yang beragam.
Nanda Persada misalnya, pria 43 tahun ini memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Hukum. Nanda saat ini merupakan Ketua umum Ikatan Manajer Artis Indonesia (Imarindo) sekaligus pemilik PM Artis Management yang menaungi beberapa artis di antaranya Astrid Tiar, Nycta Gina, Rizky Kinos, Soraya Larasati, Annisa Pohan, Feni Rose, dan banyak lagi.
Menurut Nanda, banyaknya minat menjadi seorang manajer artis lantaran berbanding lurus dengan profesi sang artis yang dikelola. Semakin artis yang dikelola meraih sukses, maka sang manajer juga ikut menikmati hasilnya.
Apalagi minat seorang menjadi artis begitu tinggi, sehingga talenta baru banyak bermunculan.“Jadi artinya peluang profesi ini bagus ke depannya,” kata Nanda saat berbincang dengan Bintang.com melalui sambungan telepon.
Biasanya kata Nanda ada berbagai bentuk penghasilan yang diraih seorang manajer. Pada umumnya, manajer artis mendapat persentase 15-25 persen dari fee yang diterima sang artis. Jadi semisal bayaran artis dalam sekali tampil mencapai Rp 100 juta, maka manajer bisa mendapat Rp 15-25 juta.
“Ada beberapa macam, tapi yang paling umum adalah dari persentase jadi misalnya dia mendapatkan 15-25 persen dari nilai kontrak dan itu macam- macam juga hak dan kewajibannya. Ada juga di atas itu, Tapi yang paling umum 15-25 persen. Tapi ada juga yang sistem manajer mendapat gaji bulanan, tapi nggak banyak pola seperti itu,” kata Nanda.
Bukan Hanya Keuntungan Ekonomi
Bukan hanya keuntungan ekonomi yang didapat seorang manajer artis ketika artis yang dikelolanya sudah meraih kesuksesan. Sang manajer juga bisa merasakan keuntungan lain, misalnya bisa menikmati liburan bersama sang artis.
“Jadi manajer artis itu pekerjaan paling asik. Bisa ikut jalan-jalan bersama artisnya, bisa keliling Indonesia, bisa keluar negeri, jadi travelling terus,” kata Nanda Persada.
Selain itu, bisa bertemu dengan berbagai kalangan menjadi sebuah pengalaman yang tak ternilai harganya .
“Bisa bertemu dengan berbagai kalangan, artis itu kan merupakan profesi yang keren. Bisa dekat dengan instansi swasta, bos perusahaan, instansi pemerintahan, militer, dan raja, putri dan lain-lain. Jadi akan bertemu dengan banyak kalangan dan itu menambah wawasan yang luar biasa,” kata Nanda Persada.
Namun ada kenikmatan menjadi manajer artis yang tak ternilai harganya. Hal itu, kata Nanda, ketika seorang artis yang dibina dari awal bisa meraih kesuksesan.
“Kepuasan batin, itu tidak bisa ternilai dengan apapun ketika artis yang kita bawa sukses, saya bahagia banget. Senang dan bangga banget, dia bisa beli rumah, mobil dan itu kebahagiaan yang tak terbayarakan,” ujarnya.
Star Syndrome Akibatkan Konflik
Di balik semua profesi pasti ada duka. Sebab pekerjaan sebagai manajer artis memang tidaklah mudah seperti yang dibayangkan. Bukan hanya sekadar membuat jadwal untuk kegiatan sang artis, namun juga harus bisa mengembangkan bakat dan mencari pekerjaan untuk sang artis.
Memahami hukum agar menghindari kesalahan kontrak kerja, memahami psikologis sang artis, mengikuti keinginan klien dan menjaga hubungan baik dengan kemampuan PR (public relation) juga, dikatakan Nanda Persada sangat dibutuhkan seorang manajer.
Kadang dengan banyaknya beban pekerjaan, stres dan kelelahan akut juga bisa terjadi pada manajer, bahkan kadarnya mungkin dua kali lebih berat dari sang artis.
“Karena memikirkan grafik karier artisnya, setiap minggu artis itu kan suka evaluasi, kok kerjaan menurun ya. Itu menjadi beban buat para manajer. Para artis kan nggak mau tahu, seolah-olah manajer nggak kerja. Padahal banyak faktor yang mengakibatkan hal itu. Dari segi harga salah satunya mungkin karena sudah terkenal, klien ingin mencari yang lebih murah,” kata Nanda Persada.
Belum lagi jika terjadi star syndrome pada diri sang artis. Hal itu bisa menjadi pemicu konflik antara manajer dengan sang artis yang bisa berujung dengan perpisahan. Bagai kacang lupa kulit, artis seakan lupa perjuangan yang dirintis bersama manajer untuk menggapai kesuksesan.
“Star Syndrome itu biasanya tidak disadari sama artis. Tapi dampaknya sangat luar biasa. Kurang disiplin, datang syuting telat, karena merasa sudah terkenal minta bayaran yang lebih tinggi, manajer tidak lagi dihargai, bahkan banyak request tidak wajar sehingga memutuskan untuk berpisah,” ujarnya.
"Duka berikutnya yang terjadi pada manajer, dahulu banyak berita manajer artis melarikan uang artisnya. Tapi di balik itu banyak juga artis yang menipu manajernya dengan tidak membayar-bayar. Saya salah satu orangnya,” kata Nanda Persada terkekeh.