Fimela.com, Jakarta Gempa berkekuatan 7 Skala Ritcher (SR) yang terjadi di Lombok Utara juga mengguncang kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Minggu (5/8/2018). Akibat gempa tersebut kini sekolah-sekolah serta perkantoran yang ada di Kota Mataram pun diliburkan, alhasil kini Kota Mataram tak ramai seperti biasanya.
"Sekolah-sekolah dan perkantoran diliburkan, suasana sepi sekali, berbeda dengan semalam yang sangat ramai karena warga berhamburan keluar untuk mengungsi," kata salah seorang warga yang tinggal di Jalan Pemuda, Mataram, Ahmad Nitari Darwis (21), kepada Liputan6.com, Senin (6/8/2018).
Darwis menceritakan saat gempa terjadi banyak orang yang langsung berlarian untuk menyelamatkan diri dari gempa. “Jadi kami lari ke lapangan luas,” cerita Darwis. Akibat gempa tersebut, beberapa bangunan di Kota Mataram terlihat rusak, termasuk beberapa gedung yang ada di kompleks Universitas Mataram.
“Kondisi Unram rusak parah, bangunan banyak yang rusak rumah sakit di dalam banyak yang retak dan peralatannya rusak tertimpa reruntuhan material bangunan,” jelas Darwis. Sementara itu, hingga Senin (6/8/2018) sore, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat total korban meninggal ada 98 orang.
Untuk korban yang mengalami luka ada 236 korban. Beberapa bangunan, termasuk di Kota Mataram pun mengalami kerusakan yang cukup parah. Rumah-rumah di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur yang sebelumnya hanya mengalami rusak ringan akibat diguncang gempa 6,4 SR pada 29 Juli 2018 lalu menjadi rusak berat dan roboh akibat guncangan gempa bermagnitudo 7 pada Minggu (5/8/2018).
Masih Ada Gempa Susulan
Ternyata gempa susulan masih terjadi di kawasan Lombok. Hal tersebut pun dijelaskan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). "Update gempa Lombok M 7.0 (7 Agustus 2018) sampai pukul 07.00 Wita tercatat sebanyak 230 gempa susulan," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BMKG Hary Djatmiko kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (7/8/2018).
Sebelumnya, saat gempa guncang Lombok pada Minggu (5/8/2018), BMKG juga sempat mengeluarkan peringatan dini adanya tsunami. Dalam siaran resmi BMKG menyatakan, gelombang tsunami terdeteksi di wilayah Carik pada pukul 18.48 WIB dengan ketinggian 0.135 meter, wilayah Badas pukul 18.45 WIB dengan ketinggian 0.100 meter. "Tsunami akibat gempa 7.0SR, telah terdeteksi," tulis BMKG, Minggu, 5 Agustus 2018.