Fimela.com, Jakarta Belum banyak film bergenre laga di Indonesia saat ini. Di tengah sepinya film laga, hadir 22 Menit yang bisa dibilang jad terobosan baru di perfilman Indonesia. 22 Menit termasuk beda dan unik karena ada rumah produksi lokal yang punya cukup ambisi untuk mengangkat sebuah peristiwa nyata ke layar lebar.
Selama ini, film Indonesia kebanyakan berdasarkan kisah nyata seorang tokoh sehingga lebih banyak di genre drama dan biopik. Misalnya saja ‘3 Srikandi’, ‘Gie’ dan ‘Habibie & Ainun’.
Dengan adanya film ‘22 Menit’, penonton film Indonesia bisa melihat bagaimana kejadian nyata seperti tragedi bom Thamrin. Kejadiannya pun belum terlalu lama yaitu di tahun 2016 lalu. Tragedi tersebut menjadi inspirasi untuk dibuatkan film layar lebar.
“Ini film laga fiksi tapi terinspirasi dari kejadian nyata yaitu tragedi bom di kawasan Sarinah, Thamrin di tahun 2016 lalu,” tutur Myrna Paramita, salah seorang sutradara 22 Menit, saat berkunjung ke redaksi Bintang.com di Jakarta Pusat, beberapa hari lalu.
Saya sendiri sudah lama mencatat dan mengumpulkan informasi seputar peristiwa itu sampai saya dan tim yakin untuk menjadikannya sebuah film. 22 Menit ini jadi gambaran keberanian dan ketahanan bangsa kita untuk bangkit dari serangan terorisme,” sambung Myrna. Tim produksi 22 Menit mendapat dukungan dari pihak kepolisian Republik Indonesia.
Tak hanya memberi banyak masukan, pihak Polri juga ikut membantu menutup kawasan jalan Sarinah Thamrin saat pelaksanaan syuting di hari Sabtu dan Minggu serta menyediakan helikopter.
Di film 22 Menit, Myrna menjadi sutradara bersama Eugene Panji. Sedangkan pemain yang terlibat cukup banyak diantaranya, Ario Bayu, Ade Firman Hakim, Ence Bagus, Ardina Rasti, Hana Malasan dan Taskya Namya.