Fimela.com, Jakarta Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) 2018 akan dilakukan serentak pada 27 Juni mendatang. Terkait pelaksanaannya di 17 provinsi, 39 kota dan 115 kabupaten, berbagai upaya pun dilakukan pemerintah agar semua elemen masyarakat bisa menggunakan hak suaranya dalam Pilkada 2018, salah satunya dengan menjadikan tanggal pelaksanaan sebagai hari libur nasional.
"Itu perintah Undang-Undang bahwa Pemilu, Pilkada, dilaksanakan pada hari libur atau hari yang diliburkan. Jadi kalau KPU bikin hari Minggu, ya sudah hari libur.Tapi kalau KPU bikinnya tidak pada hari libur, maka hari itu harus diliburkan," kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman saat jeda rapat pleno DPS Pemilu 2019 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Sabtu (23/6/2018), dikutip dari laman Liputan6.com.
What's On Fimela
powered by
Dari pernyataan di atas, sepertinya cukup untuk memberi pengertian jika satu hak suara yang kamu miliki itu sangat dibutuhkan, untuk menentukan masa depan di daerahmu.
Sayangnya tak semua orang mau menggunakan hak pilihnya tersebut, dan lebih memilih mengabaikan kesempatan ikut serta dalam proses pemilihan pemimpin. Alasannya pun beragam, ada yang melakukannya karena kecewa, merasa percuma, hingga antipati dengan berbagai hal berbau politik.
Hal itu memang wajar terjadi, mengingat berbagai keributan kerap terjadi, mulai dari saling mengujat, hingga menggunakan isu SARA untuk kepentingan politik.
Meski kadang kondisi politik tak sekondusif yang diharapkan, ada baiknya kita bisa tetap berpikir positif, agar tak mudah termakan isu sampai membuat diri menjadi antipati dan tak ikut berpartisipasi dalam pesta demokrasi.
Membangun Rasa Percaya
Penulis sendiri pernah merasakan kecewa dan enggan ikut serta dalam pesta demokrasi, dengan tak menggunakan hak pilih beberapa tahun lalu. Alasannya karena merasa kecewa.
Namun, jika dipikir kembali, tak ada gunanya terus memupuk rasa kecewa karena perhelatan seperti ini akan terus berlangsung, dengan cara yang sama, di mana para calon pemimpin menebarkan janji-janji manis yang belum tentu bisa ditepatinya.
Akhirnya, penulis memutuskan untuk kembali ikut serta, menyampaikan hak suaranya. Namun kali ini berbeda, di mana penulis mengurangi ekspektasi terhadap mereka, calon pemimpin yang dipilih, agar tak telalu kecewa di masa depan. Ya, mereka juga manusia, yang hanya bisa berencana.
Meski begitu, penulis mencoba membangun rasa percaya pada calon pemimpin yang dipilih, dengan mengetahui rekam jejak mereka di dunia politik dan prestasi apa saja yang telah mereka buat untuk negara tercinta ini.
Satu Suaramu untuk Masa Depan Daerah
Ya, sebelum memilih, pastikan kamu tahu latar belakang orang yang akan kamu pilih sebagai pemimpin. Ingat, satu suaramu begitu berarti untuk masa depan daerahmu. Bayangkan saja jika suaramu menjadi selisih penentu terpilihnya seseorang untuk maju menjadi pemimpin, itu sangat berarti bukan?
Di negara demokrasi ini, setiap warga negara Indonesia punya hak yang sama dalam pengambilan keputusan, termasuk dalam menentukan kepada daerah. jadi jangan smpai sia-siakan hak pilihmu ya.