Fimela.com, Jakarta Menjalin hubungan beda agama selalu memiliki kerumitannya tersendiri. Mungkin bukan dari kedua belah pihak yang menjalani, tapi bisa dari sekitar. Apalagi, jika lingkungannya memang tidak terbuka pada hal semacam ini. Pasti banyak kontra yang dihadapi oleh pasangan yang menjalin hubungan beda agama.
Semua itu adalah ujian, dan sebagaimana layaknya ujian, hubungan beda agama juga bisa membuat pasangan yang menjalaninya "naik kelas". Berhadapan dengan seseorang yang memiliki keyakinan berbeda setiap hari saja pasti sudah jadi ujian tersendiri, bayangkan jika ditambah menghadapi sikap orang lain terhadap kalian.
Setidaknya, dari hal-hal semacam itu, para pasangan yang berbeda agama akan belajar tentang pentingnya saling memperjuangkan. Kondisi yang penuh 'tuntutan' dari sekitar akan membuat pasangan yang berbeda agama, secara alami terpancing untuk saling melindungi.
Dari sana pula cinta terus tumbuh di antara pasangan yang beda agama. Makanya, jangan dipertanyakan lagi kenapa dua orang yang menjalin hubungan beda agama itu punya ikatan yang kuat. Pasangan yang beda agama, terbukti bertahan di atas segala ujian yang menghadang mereka.
Pasangan yang beda agama sudah belajar berbahagia dengan mensyukuri segala yang ada, meski masa depan bersama seperti tak tersentuh jangkauan mereka.
5 Hal Dalam Pikiran Pasangan Beda Agama yang Membuat Mereka Bahagia
Terlepas dari segala yang berbeda, setidaknya kita tahu kalau kita bersama karena cinta
Tak peduli hal lainnya, kita berdua sama-sama tahu apa yang mempersatukan kita sejak awal; cinta. Yang lain biar mengikuti, atau kita yang pada akhirnya akan mengikuti yang lain. Namun berjuang untuk masa sekarang, sementara ini cukup.
Dari awal kita tahu kita berbeda, tapi kita tetap saling memperjuangkan. Bagaimana aku tak bahagia?
Di luar sana banyak pasangan yang seiman, namun hatinya nelangsa karena merasa tak diperjuangkan oleh pasangannya. Ia berdoa setiap hari untuk merasakan hal tersebut, namun belum terjawab. Aku, dengan kamu yang berbeda denganku, sudah lebih dulu diberi meski belum meminta seseorang yang mau memperjuangkanku. Aku bahagia, aku sangat mensyukurinya.
Meski akhirnya kita tak bersama, setidaknya kita tahu bahwa sebenarnya kita bisa
Perpisahan pada akhirnya terjadi bukan karena kita tak mau. Kita bisa saja terus bersama, mengabaikan semua hal yang berbeda di sekitar kita. Toh, kita tahu kita bisa. Selama ini kita sudah berhasil membuktikannya. Namun, kita tahu ada banyak hati yang kan terluka, dan kita tak mau menjadi egois: berbahagia di atas luka orang lain. Terlebih, mereka juga mencintai kita.
Dari yang Berbeda, Kita Belajar Menghargai Cinta
Dari kebersamaan kita, kita belajar bahwa cinta mencapai titik tertingginya saat kita berani melepaskan
Kita berpisah bukan karena kita tak cinta, justu kita sangat saling mencintai. Tapi keadaan itu kita belajar, bahwa batas tertinggi cinta adalah kerelaan untuk melepas.
Karena pada akhirnya bahagia bergantung pada cara kita memandang keadaan
Selama ini kita bahagia karena kita memutuskan untuk abai terhadap perbedaan lain di luar cinta kita, dan memilih untuk menikmati cinta, serta berbahagia karenanya. Bukankah jelas bahwa cinta itu adalah soal cara memandang? Kalau begitu, berarti kita pun tetap bisa bahagia meski tak bersama. Kenangan kita, biar saja tersimpan rapi di sudut hati. Tak perlu berusaha menghapusnya. Biar bagaimanapun kita pernah berbahagia karenanya.