Fimela.com, Jakarta Indonesia sepertinya sudah punya senjata ampuh untuk membuat segala hal menjadi trending. Sebut saja Om Telolet Om, salah satu produk karya netizen Indonesia yang sampai menjangkit beberapa DJ kenamaan dunia.
Fenomena viral dan trending yang marak di kalangan netter dipenuhi dengan sesuatu yang kalau kata anak jaman sekarang 'unfaeadah'. Dan nyatanya memang demikian adanya.
Manusia-manusia Indonesia sangat hobi bersocial media, dan dengan jumlahnya yang masuk dalam salah satu yang terbesar, mereka membawa pengaruh signifikan. Hampir segala hal bisa dibuat viral oleh netizen di Indonesia.
Sayangnya, kebanyakan hal trending dan viral justru sangat meaningless. Kalau melihat timeline belakangan, kita sedang dijajah oleh Aisyah Jatuh Cinta Pada Jamilah, lagu yang sedang hype banget di medsos.
Awalnya lagu ini melejit berkat Tik Tok, wadah para muda-mudi mengekspresikan diri dengan lipsync. Berbagai konten menarik dan lucu memang lahir dari sana, tapi tak sedikit juga yang berlebihan dan malah sampai membahayakan.
Viralnya lagu DJ Aisyah sampai menjajah internet dan telah diputar 40an juta kali dalam waktu sebulan. Kesuksesan ini mengingatkan saya kepada lagu Despacito.
Despacito dengan Kearifan Lokal?
Ada yang menyebut lagu itu berjudul Goyang Dua Jari, entahlah mana yang benar. Namun lagu tersebut punya kesamaan dengan Despacito, hits yang dipopulerkan Luis Fonsi, Daddy Yankee dan Justin Bieber.
Keduanya sama-sama catchy, menjaring banyak pendengar dan akhirnya terdengar tanpa henti. Di feed social media tampaknya susah untuk menghindari petikan lirik 'Aisyah bojoku jatuh cinta, pa pa pa pada Jamilah'.
Untungnya salah satu orang yang saya kenal mengaku belum pernah mendengar lagu itu. Ketika mendengar pertama kali, ia hanya bilang 'lagunya mirip lagu yang di angkot-angkot," tuturnya.
Tapi ada juga perbedaan antara Aisyah dan Despacito, dan ini menurut pendapat pribadi saya. Despacito (menurut saya) benar-benar diproduksi dengan aransemen, song dan artis yang berkualitas.
Sementara theme song para remaja Indonesia memuat lirik yang ambigu, kurang bermakna dan hanya menang di catchy-nya saja. Pada akhirnya mendengar kedua lagu itu akan sama reaksinya. Ketika 1-10 kali dengar masih 'wah keren'. Dan ketika sudah terdengar ribuan kali, rasanya seperti ingin menjual earphone. Sekian.
Nizar Zulmi,
Redaktur Musik Bintang.com