Ditemui di gedung Granida, Kuningan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu, Rian menceritakan soal kenangan waktu kecil saat bulan Ramadan, yakni tradisi membangunkan sahur dan batal puasa diam-diam. (Nurwahyunan/Bintang.com)
Seperti yang seringkali dilihat di zaman dahulu bahwa masyarakat membangunkan orang-orang untuk sahur dengan cara berkeliling kampung sambil bawa obor dan kentongan atau pentungan. (Nurwahyunan/Bintang.com)
"Masih jaman obor dulu tuh, terus bangunin orang pakai pentungan,” kata Rian yang merasa bahwa di zaman sekarang sudah sangat jarang tradisi seperti itu dilakukan untuk membangungkan orang sahur. (Nurwahyunan/Bintang.com)
Sekarang ini, kebanyakan orang lebih mengandalkan alat tehnologi untuk membangunkan sahur. Jadi, secara perlahan obor dan kentongan atau pentungan secara perlahan sudah mulai hilang. (Nurwahyunan/Bintang.com)
"Sekarang kayaknya sudah jarang kali ya kalau di kota. Kalau di daerah mungkin masih ada," sambungnya. (Nurwahyunan/Bintang.com)
Kisah selanjutnya adala Rian saat duduk di bangku SD sering diam-diam membatalkan puasanya dengan cara menelan air ketika sedang berwudhu. Hal itu dilakukan saat ia masih duduk di kelas 3 atau 4 SD. (Nurwahyunan/Bintang.com)
"Lagi wudhu airnya diminum, yang penting tenggorokan nggak kering-kering amat gitu. Airnya ditelan-telan sedikit,” ungkap Rian D’Masiv. (Nurwahyunan/Bintang.com)