Fimela.com, Jakarta Bulan Ramadan telah memasuki 10 hari terakhir, di mana waktu ini biasanya dimanfaatkan banyak umat muslim untuk beritikaf di masjid, seperti yang selakukan Rasulullah Muhammad SAW.
Itikaf merupakan berdiam diri di masjid yang kerap digunakan untuk sholat Jumat. Tujuan Rasulullah adalah demi meraih Lailatul Qadar.
Ibadah ini sangat dianjurkan untuk setiap Muslim. Umumnya, orang yang lebih sering ke masjid adalah para pria. Lantas bagaimana dengan wanita?
Dikutip dari bincangsyariah.com, riwayat tentang kebiasaan Rasulullah beritikaf disampaikan oleh Aisyah RA.
"Bahwasanya Nabi SAW selalu beritikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan sampai Allah memanggilnya, kemudian istri-istrinya meneruskan itikafnya setelah itu."
Hadis ini menunjukkan kebiasaan Rasulullah beritikaf dilanjutkan oleh seluruh istrinya. Para ulama menjadikan hadis ini sebagai dalil mengenai dibolehkannya wanita beritikaf di masjid.
Perempuan Boleh Itikaf di Masjid
Dalam kitab Ibanatul Ahkam Syarh Bulughul Maram disebutkan wanita bisa menjalankan itikaf di masjid jika sudah mendapatkan izin dari suaminya.
Dasarnya adalah hadis riwayat Bukhari dari Aisyah RA.
"Nabi SAW biasa beritikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan. Aku mendirikan tenda untuk beliau. Kemudian beliau melaksanakan sholat Subuh dan memasuki tenda tersebut. Hafshah meminta izin pada Aisyah untuk mendirikan tenda, Aisyah pun mengizinkannya. Ketika Zainab binti Jahsy melihatnya, ia pun mendirikan tenda lain.
Ketika di Subuh hari lagi Nabi SAW, melihat banyak tenda, lantas diberitahukan dan beliau bersabda, 'Apakah kebaikan yang kalian inginkan dari ini?' Beliaupun meninggalkan itikaf pada bulan ini dan beliau mengganti dengan itikaf pada sepuluh hari dari bulan Syawal."
Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Bari menjelaskan wanita boleh beritikaf di masjid atas izin suaminya. Tetapi jika tanpa izin, sang suami bisa menyuruhnya keluar dari itikaf.
Selain itu, Ibnu Hajar juga menjelaskan demikian.
" Jika perempuan ingin melaksanakan itikaf di masjid, maka hendaknya menutupi diri (dari pandangan laki-laki). Disyaratkan bagi perempuan untuk berdiam diri di masjid selama tempat tersebut tidaklah mengganggu (menyempitkan) orang-orang yang sholat."
Kemudian, wanita juga harus dalam keadaan suci dari haid, nifas, dan janabah. Kecuali jika wanita istihadah atau mengeluarkan darah penyakit, dibolehkan beritikaf asalkan menggunakan pembalut agar tidak mengotori masjid.
Penulis: Ahmad Baiquni
Sumber: Dream.co.id