Fimela.com, Jakarta Dari: DS
dear redaksi bintang. saya mau cerita sekaligus minta solusi tentang permasalahan yang lagi saya alami. saya sbntar lagi menikah. akhir 2017 lalu tepatnya bulan november saya dan pacar lamaran.
keluarga pacar saya dan keluarga saya, harusnya baik-baik aja dan komunikasi pun lancar ya, tp yg terjadi tdk seperti itu. di masa persiapan ini, saya dan pacar berusaha jadi perantara yg baik buat keduanya tp ada satu masa dmn saya merasa disepelekan seperti saya tdk berbuat apa2 untuk persiapan ini.
jujur saya kecewa, tp saya ga boleh terlalu memasukkan itu ke hati kan? saya anggap itu angin lalu saya. tapi skrg ini mereka byk sekali meminta. tp permintaanya tak sebanding dgn bantuan yg diberikan. saya tau orang tua harus didgrkan tp kemampuan saya dan pasangan terbatas, kami ga bisa menuruti semuanya.
untungnya sejauh ini pacar saya selalu memback up saya di dpn ortunya. yang saya ingin tanyakan adalah bgmn cara yang bijak untuk berada di posisi saya, menghadapi orang tuanya. terima kasih atas sarannya.
***
Dear DS,
terima kasih sudah bertanya, setidaknya itu menunjukkan kalau kamu benar-benar berusaha untuk mencari cara yang bijaksana untuk menghadapi selisih paham dengan calon mertuamu.
Kamu bisa saja memendamnya sendiri dan menganggap bahwa perasaan "tidak enak"-mu itu tak ada, namun itu akan jadi boomerang yang balik menyerang dirimu suatu saat nanti. Perasaan marah yang dipendam, sekecil apapun itu akan jadi bom waktu yang siap menghancurkan.
Diskusikan dengan Pasangan
Apapun yang kamu rasa terhadap calon mertua, cobalah untuk mengomunikasikannya terhadap pasanganmu. Diskusikan dengannya, mungkin dia bisa membantumu untuk lebih memahami ibunya. Kelak saat kamu sudah benar-benar jadi istrinya, otomatis ibunya akan jadi ibumu juga. Kamu tidak bisa mencintai suamimu tapi menganggap perempuan yang melahirkannya bukan siapa-siapa.
Kendati demikian, kamu tetap harus berhati-hati, yang akan kamu bicarakan ini ibunya. Biar bagaimanapun dia pasti punya hasrat untuk melindungi dan membela. So, jangan buat posisinya semakin sulit dengan menyudutkannya seolah dia tak punya pilihan.
Kamu menceritakan perselisihan dengan ibunya pacarmu ini dengan tujuan untuk lebih memahami dan meminimalisir perselisihan di kemudian hari, bukan untuk meminta pacarmu terus membelamu dan mengesampingkan ibunya.
Minimalisir Interaksi
Selagi kamu dipenuhi amarah terhadap ibunya, apapun pemicunya, sebaiknya kamu menghindar sementara waktu. Minimalisir interaksi untuk mencegah amarahmu meluap hingga akhirnya keluar respon-respon yang tak perlu dan malah memperkeruh keadaan.
Bijaksana adalah tentang tahu cara menempatkan diri, tahu kapan harus merespon da kapan harus mengalah. Ingat-ingat terus saja satu hal penting itu, ya. :)
***
Punya masalah percintaan yang bikin galau? Curhatin aja! Kirim curhatanmu ke redaksi@bintang.com. Jangan lupa tulis subject emailnya: CURHAT PEMBACA BINTANG, ya. Curhatanmu akan dijawab dan kamu bisa lihat jawabannya di www.bintang.com/relationship. Ditunggu!