Fimela.com, Jakarta Masuk ke fase pernikahan membutuhkan sebuah persiapan besar dan menyeluruh. Bukan cuma modal biaya, restu, dan administrasi agar pernikahannya tercatat di lembaga negara, tapi juga persiapan skill mengurus rumah.
Mulai kehidupan baru sebagai keluarga takkan semudah kelihatannya. Kamu yang biasa di rumah apa-apa disediakan, tak bisa lagi mengandalkan bantuan orang lain untuk pekerjaan-pekerjaan dalam rumah tanggamu.
Sekalipun nantinya akan memiliki asisten, namun kamu adalah manajer. Seorang manajer takkan mampu memimpin dengan baik kalau dia sendiri tak punya skill menjalankan tugas-tugas anak buahnya, kan?
Itu baru soal mengurus rumah. Belum lagi soal teori-teori lain dalam hidup berumah tangga. Tentang bagaimana saling mengerti dengan pasangan, tentang bagiamana memenuhi peran sebagai istri dan juga ibu nanti, serta banyak teori lainnya!
Makanya dibilang menikah itu tidak bisa asal cepat, karena banyak yang harus dipenuhi. Setidaknya, pelajarilah ketujuh hal di bawah ini dulu, lainnya bisa mengikuti.
Keahlian yang Harus Terasah Sebelum Kamu Memutuskan Menikah
Masak
Walau cuma masak menu-menu standar, setidaknya belajarlah. Tak apa gagal, yang penting berusaha. Masakanmu akan membuat suami dan anak-anak kelak selalu merindukanmu, lho.
Mengatur Keuangan
Tanpa keahlian mengatur keuangan, kondisi ekonomi rumah tangga bisa berantakan. Sebab biasanya, salah satu peran istri di rumah adalah mengatur cash flow keluarga.
Bangun Lebih Pagi
Nah, setelah menjadi istri, apalagi ibu, bangun siang adalah sebuah kemewahan karena sulit sekali didapatkan. Bagaimana tidak, setiap matahari mulai terbit, pikiran ibu sudah akan dipenuhi dengan to do list yang menanti segera diselesaikan.
Kalau Belum Familiar dengan Hal Ini, Kesampingkan Dulu Pikiran Tentang Pernikahan
Melakukan Pekerjaan Rumah
Beres-beres rumah, merawat barang-barang, mencuci, menyetrika, menjemur pakaian, itu semu memang bisa diwakilkan orang lain kalau kamu bisa membayar jasa asisten, tapi tentu saja kamu tak bisa selalu mengandalkannya. Punya asisten pun bahkan kamu harus tetap melakukannya minimal setahun sekali saat mereka libur lebaran. :)
Diskusi, kompromi, dan mengomunikasikan Segala Hal dengan Pasangan
Hidup berpasangan tak bisa mengambil segala keputusan sendiri, apalagi dalam konteks rumah tangga. Semua harus terjadi dalam sepengetahuan satu sama lain agar tidak terjadi kesalahpahaman. Setelah diungkapkan pun, kadang masih perlu diskusi, bahkan debat, lalu berkompromi agar tercapai kesepakatan.
Pelajari itu semua dahulu, sendiri maupun berdua dengan pasanganmu. Kalau sudah terbiasa, sudah handal atau minimal familiar dengan hal-hal tersebut, baru pikirkan pernikahan.