Fimela.com, Jakarta Kalau kamu mengeluhkan hidup yang kamu jalani saat ini, sepertinya itu adalah cara yang salah. Ya, kondisi yang kamu jalani saat ini sepertinya lebih baik dari pada pria yang hidup di rumah yang hanya seluas 2,2 meter. Ia adalah Pham Quoc Cong yang tinggal di Ho Chi Minh City, Vietnam.
Tinggal di tempat sempit, melansir straitstimes.com, untuk menggunakan kamar mandi ia harus berjalan sejauh 2 km. Hal itu disebabkan karena rumahnya yang berukuran 2,2 m persegi tidak cukup besar untuk memiliki sebuah kamar mandi.
What's On Fimela
powered by
Pham Quoc Cong tinggal bersama dengan 6 saudaranya dalam sebuah ruangan mini di dalamnya terdapat sebuah lemari penuh dengan pakaian, mainan, lemari es, tempat tidur susun, penanak nasi, kertas, bahan makanan, kertas toilet dan beberapa peralatan rumah tangga lainnya.
Menurut Cong, itu adalah harga yang pantas dibayar untuk bisa tinggal di sebuah spot yang berharga di pusat kota Ho Chi Minh City di mana ia dapat dengan mudah menemukan pekerjaan untuk menghidupi keluarganya.
Sempitnya ruangan, membuat Cong harus rela menghabiskan malamnya untuk tidur di atas kursi yang sudah dilapisi dengan kardus. Dan tentu saja jika hujan datang menghampiri lain lagi urusannya.
"Sangat sulit selama musim hujan untuk menemukan tempat yang layak untuk ditinggali. Jika saya tidak bisa, saya hanya tidur sambil berdiri sepanjang malam," kata Cong. Beberapa rumah mini tersebar di sepanjang selatan Vietnam dan terletak di gang-gang di bawah kondominium baru atau diapit di antara kios makanan jalanan dan toko-toko.
Apakah kamu bisa membayangkan bagaimana rasanya tidur sambil berdiri? Rasanya bersyukur adalah satu-satunya hal yang bisa dilakukan dengan kehidupan yang kamu miliki saat ini ya.
Sudah Tinggal di Rumah Berukuran 2,2 m Selama 43 Tahun
Pham Quoc Cong kini berusia 49 tahun dan telah tinggal di rumah berukuran sejak 1975. Jika dihitung-hitung itu artinya ia sudah 43 tahun menghabiskan waktunya dalam rumah mini tersebut.
Bukan tanpa alasan Cong lebih memilih untuk tinggal di rumah mini tersebut daripada harus pindah. Ini semua dikarenakan lokasinya yang dekat dengan pusat kota.
"Kami terbiasa dengan daerah ini. Jika kami pindah ke tempat lain kami tidak bisa berbisnis," kata Cong. Saudara dan keponakannya bekerja sebagai pedagang di pusat kota.
Lebih Pilih Mati daripada Harus Angkat Kaki
Sengketa tanah merupakan hal lumrah yang terjadi di kota. Penduduk pusat kota kerap kali menuduh pejabat kurang membayar untuk spot yang dijual ke pengembang.
Sama halnya dengan Pham Quoc Cong, Nguyen Van Truong pun hidup dalam ketakutan jika sewaktu-waktu pemerintah memaksanya keluar dari pemukiman tersebut. Pria berusia 62 tahun itu mendukung keluarganya melakukan pekerjaan sampingan di daerah itu.
Sayangnya ia tidak mendapatkan cukup uang untuk membeli rumah yang lebih besar di bagian kota, meski untuk sebuah rumah yang terjangkau sekalipun. "Saya kira kami tidak akan mendapat banyak kompensasi karena rumah kami terlalu kecil. Kami tidak tahu ke mana harus pergi," katanya, menggantung pakaiannya di luar ruangan kecil yang penuh dengan barang-barang.
"Jika diberi pilihan untuk pindah ke tempat lain atau tetap di rumah kecil ini, aku akan memilih untuk tinggal. Aku lebih baik mati daripada dipaksa meninggalkan tempat ini," tutur Truong.
Penulis: Cinthya Septavy
Sumber: kapanlagi.com