Editor Says, Genre Religi Cuma Jadi Penyedap Rasa Film Indonesia

Puput Puji Lestari diperbarui 24 Mei 2018, 17:55 WIB

Fimela.com, Jakarta Ramadan dan lebaran menjadi salah satu momen untuk membuat drama bertema religi. Sebenarnya, dalam film tidak ada genre religi. Ini asalah strategi jualan dalam film Indonesia.

Film dibagi dalam dua genre fiksi dan dokumenter. Dalam film fiksi, kita mengenal jenis-jenis film yang berupa drama, suspence, action, science fiction, horror dan musikal. Secara general di semua negara memiliki konten yang sama dalam produksi film.

What's On Fimela
Film bertema religi asal Indonesia yang diadaptasi dari novel berjudul sama.

Di Indonesia, label genre religi mulai masuk ke Indonoesia melalui film Ayat-Ayat Cinta pada tahun 2008. Kala itu Hanung Bramantyo mulai memasukkan unsur budaya timur tengah dalam sinema Indonesia.

Label film religi didapat dengan memasukkan nilai budaya dari segmen agama. Simbol-simbol agama yang diwujudkan dalam beberapa simbol. Pemain pria menggunakan baju koko, peci. Pemain wanita menggunakan jilbab bahkan hingga cadar. Simbol lain yang muncul adalah aktivitas keagamaan yang dilakukan di rumah atau tempat ibadah.

 

Penyimbolan genre religi juga masuk dalam ranah dialog dengan memasukkan dialog-dialog bernuansa religi secara intens. Genre religi mengkounter simbol budaya lain yang sebelumnya muncul di film Indonesia seperti kebaya.

2 dari 5 halaman

Pionir Genre Religi

Hanung Bramantyo (Nurwahyunan/bintang.com)

Sutradara Hanung Bramantyo menilai anggapan itu merupakan salah kaprah yang terjadi di masyarakat. Hanung menyatakan kategori atau genre film religi itu bahkan tidak ada.

"Kalau film religi itu tidak ada, yang ada itu film drama yang berlatar agama, karena dasar ceritanya adalah agama," kata Hanung dikutip dari CNNIndonesia.com.

Menurut sineas kelahiran 1975 itu, sebuah film tak bisa dikategorikan sebagai film religi lantaran tak memiliki batasan yang jelas seperti kategori film lain. Hanung menjelaskan, meski pemerannya menggunakan jilbab, mengucapkan ‘Assalamualaikum,’ dan melaksanakan salat, sebuah film tak bisa disebut bergenre religi.

"Film Iraq itu semua pakai jilbab dan itu bukan film religi, begitu lho. Jadi apa batasannya? Makanya buat saya itu salah kaprah," ujarnya.

 

3 dari 5 halaman

Alasan Munculnya Genre Religi

Film bertema religi asal Indonesia

Mengapa muncul genre religi? Ini cara mengambil hati segementasi calon penonton. Karena masyarakat Indonesia pada dasarnya adalah masyarakat religius. 80 persen penduduk Indonesia beragama Islam, sehingga banyak kisah yang bisa diangkat dan dekat dengat masyarakat.

Selain itu, pergulatan budaya di Indonesia bergeser pada novel-novel islami dengan semangat baru. Novel-novel bertema agama yang laris itu kemudian diadopsi menjadi kisah film yang dilabili religi.

Alasan lain, hari besar Islam, Lebaran dipercaya sebagai momen panen penonton. Karena itu menggandengkan genre religi pada lebaran diyakini bisa mendatangkan penonton lebih banyak.

 

4 dari 5 halaman

Berdasar Drama

Film tentang drama percintaan indonesia yang bernuansa religi.

Kenyataan yang disuguhkan, sebenarnya kembali ke nilai dasar film. Cerita drama menyuguhkan cinta dan poligami yang menjadi isu sensitif untuk dibahas di ranah kehidupan beragama.

Hanung beranggapan batasan film religi tak dapat diukur, misalnya kategori laga yang dinilai dari banyaknya adegan aksi pemukulan yang terjadi dalam film, biopik yang mengangkat sosok seseorang, serta fiksi ilmiah yang berarti ada hal lain di luar kehidupan nyata.

"Tapi film religi apa? Saya tidak menemukan itu, karena agama itu luas dan berbicara tentang nilai dan kemanusiaan tanpa batas," tuturnya.

 

5 dari 5 halaman

Penyedap Rasa

Film bertema religi asal Indonesia

Jadi menurut saya, genre religi itu cuma penyedap rasa. Penyedap rasa adalah bumbu penambah untuk menguatkan rasa dalam masakan. Dengan kombinasi bumbu yang pas sebenarnya penyedap rasa tak dibutuhkan. Pada dasarnya tidak ada genre baru di film Indonesia, yang ada adalah penambah rasa religi dalam kisah drama maupun horor yang belakangan ini juga ikut-ikutan memadukan kisah religi.

Selain itu genre religi juga menjadi 'alat' propaganda seperti pesan dalam film 212 yang terakhir tayang di bioskop. Pada akhirnya tujuan akhirnya adalah mendapat sebanyak mungkin penonton agar pesan yang disampaikan lebih banyak diterima masyarakat. Dan juga produser mendapat untung dari penjualan tiket. Jangan lupa, film adalah produk industri, Produser jelas harus memperhitungkan untung rugi.

 

Salam,

Puput Puji Lestari

Redaktur Kanal Film Bintang.com