Fimela.com, Jakarta Proses mencipta dapat melibatkan berbagai rasa dan terjadi disegala suasana. Suguhan utuh dibalut skill bermusik lantas dipersembahkan secara khusus dari musisi untuk orang-orang tercinta, begitu pula dengan Pongki Barata. Terhitung lebih dari 20 tahun sudah, ia telah memanjakan telinga penikmak musik setia.
***
Menarik jika menilik perjalanan karier Pongki Barata di dunia musik. Mengawali langkah bersama Jikustik di tahun 1996 silam, ternyata mengantar dirinya pada beragam cerita, baik suka juga duka. Kesuksesan memang pernah ia rangkul dengan band pelantun Setia tersebut, namun lembaran kisah berhenti pada titik akhir.
Pongki Barata yang sempat vakum, kemudian resmi tidak lagi bergabung dengan Jikustik pada tahun 2011 lalu. Kendati demikian, ia terus mengeksplorasi kemampuan bermusik bersama band The Dance Company dan menjalankan beberapa project solo.
Rasa cinta mendalam Pongki Barata kepada musik telah direfleksikan lewat lebih dari 2 dekade berkarya. Selain produktif mencipta, Pongki turut memaknai perjuangan dan lika-liku bermusiknya selama ini dengan kata kebahagiaan. Ia begitu bersyukur atas apa yang dimiliki saat ini.
"Saya rasa maknanya adalah kita memaknai 20 tahun ini sebagai suatu kebahagiaan yang tidak kunjung putus. Ini kebahagiaan yang nggak ada putusnya. Maknanya, nggak ada yang bisa saya keluhkan lagi," ungkap Pongki Barata kepada Bintang.com, di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, Pongki kini juga hadir dengan kabar gembira. Adalah dirinya tengah larut dalam proses berkarya, lebih tepatnya penggarapan project album solo terbaru yang berisi buah ide penuh kejutan yang siap Pongki perdengarkan. Rencananya, suguhan anyar tersebut ia rilis tahun 2018 ini.
Pongki Barata berbagi kisah selengkapnya terkait lebih dari 20 tahun berkarya, proses kreatif, penggarapan album solo terbaru, hingga karier musiknya lebih dalam. Simak wawancara eksklusif Bintang.com bersama Pongki Barata lewat rangkuman berikut.
Pongki Barata dan Lebih dari 2 Dekade Berkarya
Pongki Barata mengungkapkan perjalanannya bermusik selama lebih dari 2 dekade. Ia turut menyampaikan terkait faktor penyemangat untuk tetap berkarya.
Bagaimana Pongki memaknai lebih dari 2 dekade bermusik?
Kemarin saya juga bahas ini dengan teman-teman The Dance Company, banyak dari kita yang sudah puluhan tahun, kita bersyukur bahwa lebih dari 20 tahun kita masih berkecimpung. Sebelum kita memaknai kita tanya dulu apa sih yang membuat apinya tetap menyala? Ternyata adalah 90 persen kita berkesimpulan adalah karena kita nggak mikir uang, uang itu adalah konsekuensi dari yang kita lakukan kalau kita melakukannya dengan baik maka aka nada orang yang menghargai.
Banyak hal selama saya berkarier, banyak sekali hal yang saya lakukan yang uang itu tidak dipikirin dulu. Jadi, apakah saya happy melakukan itu? Ketika saya happy melakukan itu, banyak efeknya salah satunya uang. Kalau kita pikir uang adalah penyebabnya karena banyak hal yang tidak melulu soal uang dan saya melakukan terus menerus.
Seperti apa pasang surut yang telah dihadapi selama ini?
Anehnya, ketika kita secara singkat merunut perjalanan saya sendiri, saya kok tidak pernah merasa down, tidak pernah merasa susah. Jadi, fase-fase dimana saya harus ngamen di kafe, harus nawarin demo, ketika kita manggung nggak ada yang nonton itu bukan hal yang menyiksa. Mungkin dulu kita anggap, karena kita tahu sih tujuan saya itu di Z, ketika saya baru sampai A,B,C ya nggak masalah, karena saya akan jalan terus sampai Z. Nah, jadi saya berpikir nggak ada hal yang susah sebenarnya di zaman dulu, yang ada adalah saya mau atau tidak menjalaninya. Karena kalau saya mau, yang tadinya kelihatan susah jadi normal saja. Karena berpegangan pada satu hal hasilnya itu nanti, jadi nanti ada hasilnya.
Apakah sudah berada di titik yang diinginkan?
Seorang seniman itu sebenarnya tidak bisa berkata berhenti selama dia punya napas, dia masih semangat untuk berkarya dia akan terus mencari titik yang baru. Titik pertama punya album satu sudah lewat, titik kedua punya album berikutnya yang sama suksesnya dengan album pertama, titik ketiga mencoba mencaru bentuk baru dari berkarya, dulu saya di Jikustik sekarang saya keluar kemudian bikin solo itu sudah lewat juga. Kemudian punya tantangan baru pingin bikinin lagu untuk orang lain atau jadi produser buat orang lain itu juga saya jalani.
Seperti apa kisah di balik Pongki jadi produser?
Saya dapat kesempatan jadi produser beberapa orang yang sekarang namanya luar biasa gede kayak Endank Soekamti, saya adalah pemegang hak cipta masternya Endank Soekamti yang album pertama, jadi bukan Endank Soekamti hebat karena saya, tapi saya menjadi bagian dari sejarah hebatnya Endank Soekamti. Itu yang sangat bahagia dan Endank Soekamti juga masih ingat saya sebagai teman at least sebagai mantan produser, teman diskusi. Baru kemarin Erix masih nanya saya 'Saya mau beli bass yang ini di Jepang gimana bagus nggak?' itu masih nanya saya, jadi I love this friendship dengan Endank Soekamti dan mereka adalah karya produser saya yang pertama.
Setelah jadi produser, apa langkah selanjutnya?
Jadi, semua titik itu saya lewati dan sampai hari ini saya masih harus merancang album baru apa yang harus saya lakukan dan itu sudah dalam pengerjaan baru 20 persen, istri saya juga men-support. Kemudian, semua era musik-musik itu di jalani masih ada pertanyaan lagi 'Lo taruh posisi lo di dunia digital ini di mana? Di mana ada zaman YouTube, Instagram, Facebook. Lo dimana posisi nya? Apa lo punya tempat disitu? Atau lo hanya musisi yang main untuk diri lo sendiri dan orang yang dateng lo manggung, tapi di posisi di mana?'. Nah, itu pertanyaan besar. Ini saya sekarang juga meng-create lagi sesuatu karya saya di YouTube dan Instagram.
Bisa diceritakan tentang album solo terbaru?
Album solo berikut ini saya punya konsep belum tahu jadi judul apa nggak, tapi konsepnya adalah playground. Playground itu adalah tempat saya bermain. Tempat bermain itu artinya dimana saya merasa nyaman dan saya suka dengan apa yang menjadi mainan di tempat itu. Nah, saya akan bermain dengan berbagai macam genre musik. Jadi saya tidak akan ambil satu, tapi saya akan ambil misalkan saya suka dengan group rock zaman dulu namanya Def Leppard, masih aktif, Bon Jovi, saya akan main atau bikin musik yang mirip atau mendekati idola saya itu, dengan Bon Jovi atau The Beatles, saya akan bikin musik yang bukan karena saya nggak ada ide, justru karena saya ingin ini menjadi playground saya, inilah ruang bermain saya.
Apa hal yang menarik di album solo terbaru?
Nah, di situ nanti ada tamu-tamu yang relevan dengan konsep itu. Dan tamu-tamu ini adalah orang yang punya sejarah atau punya cerita dalam hidup saya, kenapa saya ajak dia itu harus ada ceritanya. Jadi itu nanti akan jadi next album saya, sedang dalam pengerjaan, mudah-mudahan selesai cepat karena ini melibatkan banyak orang. Album baru nanti adalah dimana saya akan bermain dengan orang-orang yang menginspirasi saya, jadi saya ajak idola saya di album itu. Setelah itupun, nanti saya yakin akan ada lagi, album yang baru ini full 100 persen bahasa Inggris.
Jadi, nggak akan bisa seperti orang bule sudah pasti, tapi saya ingin melakukan hal yang sejak SMP dulu saya sudah pingin bikin lagu bahasa Inggris, yang orang dengar, nggak harus orang suka tapi saya sendiri harus suka, karena itu patokan saya, saya nggak perlu pengakuan orang, saya pingin saya bisa bikin lagu bahasa Inggris sehingga suatu hari nanti saya sering nyanyi di luar negeri di beberapa negara di luar negeri, nyanyinya sih bahasa Indonesia, beberapa tamu yang datang orang luar negeri nggak ngerti, siapa tahu, tapi anyway saya senang melakukannya.
Estimasi album solo rilis?
Harusnya tahun ini. Masalah utamanya adalah saya melakukan ini sendiri, saya kerjakan sendiri ini independen, untuk bisa masalah pendanaannya saya harus pintar-pintar me-manage keuangan saya sendiri untuk bisa mendanai ini dan saya akan lakukan hal-hal yang dilakukan teman-teman saya yang sudah duluan indie yaitu menjual merchandise, kemudian menyisihkan pendapatan dari manggung, termasuk juga dapur istri juga harus kurang sedikit, jangan sampai tapi itu sudah restu dia, jadi saya akan melakukannya sendiri tanpa pendanaan dari perusahaan rekaman, tapi tidak menutup kemungkinan untuk sponsorship. Tapi ada nggak ada sponsor ini harus jalan. Ya, tahun ini lah.
Transisi Sang Pencetak Hits
Lika-liku telah Pongki Barata lalui selama berkarier. Salah satunya dengan transisi dirinya yang berawal dari anak band, mantap bersolo karier, hingga tergabung di band The Dance Company saat ini.
Perjalanan bermusik seperti apa?
Ada momen di mana saya lupa bahwa saya itu sendiri, jadi ketika saya keluar dari Jikustik, saya vakum dari Jikustik kalau tidak salah 2009 tapi resmi keluarnya 2010 atau 2011 saya lupa, ada suratnya di email saya dan masih bikin di komunitas saya, cuma saya lupa. Jadi, ada saatnya saya lupa, saya naik panggung bawa gitar, oh iya ya saya nggak ada teman yang lain, teman Jikustik nya nggak ada. Jadi, semua yang terjadi di panggung ini adalah 100 persen tanggung jawab saya, tidak bisa lagi ikut ditanggung oleh teman-teman yang lain. Jadi, ada momen itu yang cukup menganggu awal-awal.
Tapi, saya dan antara Jikustik, Pongki solo dan The Dance Company itu sesuatu yang menurut saya relatif mulus perjalanannya, artinya The Dance Company ada tepat ketika saya vakum dari Jikustik, dan The Dance Company tiba-tiba punya hits Papa Rock N Roll, Coba Kau Bayangkan, album pertama itu album yang sangat diterima masyarakat dan kita diberi kesempatan bikin album kedua, dan sekarang memasuki album ketiga, kemudian bikin album anak-anak.
Transisi dalam perjalanan karier bermusik?
Jadi, transisinya itu menurut saya mulus kenapa, karena ternyata saya menemukan bahwa di luar rumah saya ternyata masih ada rumah orang yang halamannya boleh dipakai main, terus masih ada lapangan bola tetangga yang saya boleh main di sana, ternyata ada apartemen orang yang boleh saya nginap di sana jadi suatu tempat yang maha luas di mana aku bisa menemukan kesenangan lain di tempat lain dan banyak proyek yang bisa kerjakan tanpa harus terikat dengan satu hal. Di sinilah kebahagiaan itu ditemukan, langit bisa saja biru, hijau, atau merah.
Ternyata, bikin lagu di rumah sama di apartemen orang itu beda enviroment nya, sama The Dance Company juga beda cara kerjanya dan saya solo juga. Tapi yang paling penting kemampuan saya untuk mengatur waktu karena ketika saya sudah komit dengan satu band dulu, maka hampir 75 persen waktu saya untuk band itu, sisanya untuk proyek lain. Kalau ini bisa saya atur, hari ini 75 persen, besok 50 persen aja dulu nggak apa-apa. Di The Dance Company juga gitu kalau kata kami, ini band surgawi jadi semuanya sangat bisa dimengerti. Pada saat saya nggak bisa ikut tur, nggak masalah dan di terima nggak pakai marah.
Dikenal sebagai pencetak hits, apa rahasianya?
Kalau saya misalkan tahu rahasia bisa bikin hits, tentunya akan saya pakai terus dan nggak akan saya bagi ke orang. Yang saya tahu adalah saya melatih kepekaan saya untuk bisa mengubah hal yang tadinya biasa menjadi istimewa. Sebenarnya songwriter atau penulis entah itu buku atau apa itu hanya berlatih sudut pandang, jadi hal yang sifatnya sederhana seperti taman bagi orang adalah ada tanaman, ada batu ada bangku. Tapi bagi seorang songwriter, sebuah taman itu bisa menjadi inspirasi yang karena sudut pandang nya diubah, tiba-tiba sudut pandangnya adalah taman di mana terakhir kita bertemu, disempitkan lalu dibahas, begitulah tugas songwriter, saya melatih kepekaan untuk itu, untuk bisa membahas sesuatu yang sudut pandangnya yang orang lain nggak lihat.
Kata bangku, gimana caranya memasukkan ke lagu tapi ternyata saya mencari cara supaya kata bangku itu bisa masuk ke lagu itu dengan enak, sebuah bangku halaman kita jadikan teman, disitu kita mengukir tawa dan kesedihan. Ternyata, sudut pandangnya diubah inspirasinya jadi bertambah. Nah, saya harus melatih itu, kalau masalah hits atau tidak saya nggak bisa jamin, tapi lagu saya enak atau tidak saya jamin pasti enak karena saya yang buat. Nggak mungkin saya beri orang lagu yang nggak enak, tapi kalau hits atau nggak saya nggak tahu. Jadi, yang saya latih sebenarnya bukan tahu bagaimana membuat hits, melatih kepekaan supaya sesuatu yang biasa jadi istimewa.
Ada treatment khusus dalam mencipta?
Tadinya nggak, tapi semakin saya berkeluarga saya punya kesibukan lain, saya harus membagi waktu dengan anak dan istri, dalam setahun ini setelah saya pindah ke Bali, saya perlu waktu khusus. Jadi, istri saya sering marah 'Kamu kalau tidur malam terus', lalu saya bilang saya jam setengah 10 kalian sudah masuk kamar, saya masih pegang gitar untuk saya bikin album baru.
Mumpung saya lagi semangat tolong jangan dipatahkan. 'Oh iya sorry nggak apa-apa' kata dia, jadi dia tanya bisa nggak saya masuk lebih awal jangan jam 2 juga masuk kamar, ok jam 12 saya sudah di sebelah kamu pokoknya. Jadi, tadinya saya tidak punya waktu khusus, tidak punya treatment khusus tapi ternyata setelah saya sibuk sebagai bapak, saya perlu treatment khusus dan waktu khusus di mana saya sudah tenang, anak dan istri istirahat, saya baru bisa pegang gitar. Ternyata sekarang perlu, kalau dulu nggak.
Pernah jenuh bermusik?
Nggak, nggak pernah bilang jenuh bermusik karena gini, saya orangnya eksploratif sebenarnya, ada masa saya belajar main drum, saya bikin lagu pakai drum, bosan, saya dulu main drum sebenarnya. Kemudian, saya belajar piano, di situ saya bikin lagu pakai piano,di situlah lagu seperti Setia itu ada, Akhiri Ini Dengan Indah. Lagu-lagu yang ballad kebanyakan Seperti Yang Kau Minta itu dari piano bukan dari gitar. Kemudian, saya belajar gitar, mood nya sudah beda lagi. Di The Dance Company saya main bass, main bass itu sudah beda lagi, dan saya juga nggak menyangka kenapa akhirnya saya main bass, tapi akhirnya saya ok saya main bass.
Kemudian, ketika saya sudah bosan dengan itu semua, saya penyanyi kan, saya balik lagi nyanyi. Ketika saya jadi penyanyi, saya bosan lagi, saya balik lagi ke gitar, saya belajar untuk ngulik gitar setingkat lebih tinggi dari yang saya tahu dulu karena sekarang saya mainnya dengan teman-teman yang gitaris, yang saya sangat hormati, saya kenal mereka semua, kok pingin seperti mereka, main gitar dan main melodi di panggung, kok kayaknya itu fun, itu saya belajar.
Kegiatan lain yang Pongki lakukan setelah semua hal tersebut?
Ketika saya bosan dengan semua itu, otomatis saya punya talent lain, saya bikin program di YouTube, saya dan The Dance Company bikin Juragan Dedek The Series di Instagram, khusus hanya Instagram 1 menit hitam putih maksudnya kayak Charlie Chaplin, itu genre nya komedi, itu benar-benar kita banting menjadi The Dance Comedy, dari The Dance Company jadi The Dance Comedy. Jadi, ketika kita sudah bosan dengan musik, kita langsung cari sesuatu output yang lain, ternyata bisa dan itu membuat saya nggak pernah jenuh.
Bisa diaplikasikan dalam berbagai media dan suasana?
Ya, karena saya memang into it, saya into musik, nggak ada yang lain.
Project musik impian Pongki seperti apa?
Jikustik itu adalah band yang saya impikan juga, bahwa ketika saya belum profesional, saya bermimpi punya band seperti Jikustik yang mana member lainnya juga bisa nyanyi, memang Jikustik bisa, Icha bisa nyanyi, Dadi nyanyi, Adhit bisa nyanyi sedikit, dan dia membawakan musiknya itu pop ballad, jadi nggak harus nge-rock sebagai anak band nggak harus main rock, tapi main pop ballad, Jikustik pada saat itu menjadi impian saya. Kemudian, ketika saya pingin solo, saya menjalani kehidupan solo saya dengan gambaran saya suatu hari akan nyanyi di stadion hanya dengan gitar akustik satu, seperti mas Iwan Fals misalnya, bukan berarti saya ingin menjadi mas Iwan Fals, tapi keberanian si mas Iwan Fals itu untuk menghadapi fans nya dia hanya dengan 1 gitar dan 1 mikrofon, itu yang mau saya pelajari. Artinya tidak bergantung siapa-siapa, saya menjalani beberapa tahun ini sebagai solo kerjaan nya main gitar sendiri di depan tamu, depan penonton.
Kemudian The Dance Company, saya pingin punya super grup ceritanya, saya nggak ragu bilang ini super grup karena mereka semua kalau dibedah dikariernya masing-masing, mereka adalah orang yang sudah mapan sebenarnya. Kemudian, ketika saya ketemu dan mengajukan ide ini ke teman-teman itu secara tidak sengaja mereka mau dan menganggap ini ide yang cool untuk dijalankan. Jadi, The Dance Company adalah wujud impian saya juga.
Pongki Barata membuktikan musikalitasnya dengan terus berkarya. Terhitung lebih dari 2 dekade setelah awal kemunculan bareng Jikustik, Pongki telah mempersembahkan jajaran hits yang melegenda. Kini, ia tengah mempersiapkan album solo terbaru. Sukses selalu, Pongki.