IDA Serukan Edukasi Masyarakat Melalui Media Digital dan Kampanye #BersatuIndonesiaku

Teddy Kurniawan diperbarui 15 Mei 2018, 00:05 WIB

Fimela.com, Jakarta Bom Surabaya di tiga gereja pada Minggu (13//5/2018) sepertinya menjadi pembelajaran berharga bagi masyarakat Indonesia. Isu radikalisme dan terorisme terlihat semakin nyata di Tanah Air. Banyak cara bagi para penjahat penebar radikalisme dan terorisme menyebarkan paham yang bertentangan dengan ideologi Pancasila, salah satunya dari penggunaan kanal digital.

Hal itu tentu saja membuat banyak pihak khawatir, termasuk Indonesian Digital Association (IDA). Apalagi akses internet saat ini di Indonesia bahkan dunia, sudah cukup mudah. IDA yang merupakan asosiasi bagi para pelaku industri digital Indonesia, menginisiasi kampanye #BErsatuIndonesiaku yang disebar di berbagai kanal media sosial. Tujuan utamanya adalah untuk memerangi paham radikalisme dan terorisme di kanal digital.

 

What's On Fimela
Seorang polwan menandatangani spanduk saat tablig akbar di Simpang Lima, Kota Semarang, Minggu (13/5). Spanduk tersebut bentuk dukacita untuk korban teror di Mako Brimob, Jakarta beberapa waktu lalu dan teror bom gereja di Surabaya. (Liputan6.com/Gholib)

Paham terlarang itu, nyatanya makin kuat mengincar generasi muda Indonesia yang aktif di dunia digital. Bahkan, media digital sudah menjadi corong propaganda yang sangat mengkhawatirkan.

Para generasi muda yang sudah piawai dalam menggunakan kanal media sosial dan situs berita fiktif bisa jadi, merupakan kaki tangan yang cukup efektif untuk menyebarkan paham radikalisme dan terorisme.

 

Aksi 1000 lilin untuk korban bom gereja di Surabaya. (Liputan6.com/Reza Efendi)

Sebagai perhimpunan yang bertujuan menjadi penggerak, pemandu dan pengawas industri digital Indonesia, IDA kemudian merilis kampanye #BersatuIndonesiaku dalam upaya menyebarkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk lebih bijak dalam menggunakan kanal media sosial, dengan pesan persatuan Indonesia dan semangat keberagaman Bhinneka Tunggal Ika.

“Media mainstream dan media sosial kini tengah dihadapkan dengan penyebaran pesan hoax yang terstruktur dan meluas. Masyarakat perlu menghadapi fenomena ini dengan pesan yang positif, dan berlandaskan spirit Bhinneka Tunggal Ika dari Indonesia. Inilah yang menjadi titik awal ide kampanye #BersatuIndonesiaku, yang harapannya dapat mengedukasi masyarakat untuk lebih bijak dalam menyikapi isu di media sosial, khususnya dalam isu radikalisme dan terorisme,” ujar Ronny W Sugiadha, Ketua IDA , seperti rilis yang diterima redaksi, Senin (14/5/2018).

 

Aksi 100 lilin solidaritas korban bom Surabaya (Liputan6.com / Katharina Janur)

IDA yang juga didirikan dan membawahi sejumlah publisher digital besar di Indonesia seperti Kompas.com, KASKUS, Triibunnews, Detik.com, KapanLagi Youniverse, MetroTVNews, Okezone, IDNTimes, DailySocial.id, Kumparan, VIVA, Tempo.co, Torto.id, Opini.id dan puluhan digital lainnya, melihat edukasi kepada masyarakat menjadi teramat penting untuk menghentikan penyebaran paham radikalisme dan terorisme melalui kanal digital.

Semangat untuk masyarakat bersatu melawan paham radikalisme dan terorisme diharapkan IDA bisa menjadi hal positif yang menggerakkan masyarakat Indonesia menjadi benteng pertahanan terhadap paham-paham tersebut.

 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendengarkan penjelasan Kapolri Jenderal Tito Karnavian terkait situasi dan kondisi saat meninjau Gereja Kristen Indonesia yang menjadi lokasi ledakan bom di Jalan Arjuna, Surabaya, Minggu (13/5). (Liputan6.com/Istimewa)

Sejumlah langkah sederhana dari IDA untuk melakukan kampanye tersebut, tidak menjalin ketertarikan (follow, like, atau comment) terhadap akun-akun yang tidak jelas kepemilikannya, tidak menyebarkan berita yang tidak bisa divalidasi, melaporkan akun-akun yang secara jelas berpihak pada terorisme, dan menyebarkan konten positif mengenai Indonesia dan keberagaman.

Kampanye #BersatuIndonesiaku menumbuhkan semangat bagi setiap anggota IDA untuk bersepakat tidak mempublikasi dan berafiliasi dengan kelompok pendukung radikalisme dan terorisme, dengan tidak mengundang mereka sebagai narasumber.

 

“Kami berharap kampanye #BersatuIndonesiaku dapat memberikan serangkaian dampak positif bagi pemanfaatan media sosial di masyarakat Indonesia. Kami, sebagai pelaku industri digital Indonesia, ingin masyarakat semakin bijak dalam mencari dan menyebarkan informasi di berbagai kanal online, guna meredam suara radikalisme dan terorisme di Tanah Air dan dunia,” ujar Steve Christian, CEO KLY.

Jadi tunggu apa lagi, yuk kita dukung kampanye #BersatuIndonesiaku agar tak ada lagi paham radikalisme dan terorisme di Indonesia.