Masjid Tertua di Gorontalo Ini Ternyata Dibangun untuk Mahar Pernikahan

Gadis Abdul diperbarui 14 Mei 2018, 11:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Banyak masjid yang dibangun di Tanah Air dan beberapa masjid ada yang memiliki sejarah yang unik dalam pembangunannya. Salah satu masjid yang memiliki sejarah tersebut adalah masjid tertua di Gorontalo yang diberi nama Masjid Hunto Sultan Amay. Masjid tersebut dibangun sebagai mahar untuk pernikahan.

Nama Hunto merupakan singkatan dari “Ilohuntungo”. Artinya basis atau pusat perkumpulan agama Islam. Sementara nama Sultan Amay merujuk pada salah seorang pemimpin Kerajaan Gorontalo yang pertama kali memeluk Islam.

Masjid Hunto Sultan Amay didirikan oleh Sultan Amay pada tahun 1495. Masjid tertua di Gorontalo ini merupakan mahar pernikahannya dengan Putri Boki Antungo, anak perempuanRaja Palasa dari Mautong Sulawesi Tengah.

Mahar masjid ini merupakan permintaan keluarga Sang Putri saat Sultan Amay berniat menikahinya tak lama setelah mengikrarkan diri masuk Islam. Sejak awal, masjid ini dijadikan basis perkembangan agama Islam di kota berjuluk “Serambi Madinah” ini.

What's On Fimela
Banyak masjid yang memiliki sejarah unik, salah satunya adalah masjid tertua di Gorontalo yang ternyata dibangun untuk mahar pernikahan ini. (Foto: iqbalkautsar.com)

Sultan Amay mengundang bahkan ulama terkemuka Arab Saudi, Syekh Syarif Abdul Aziz, untuk menyebarkan Islam. Makam syekh itu kini bisa ditemui di masjid ini. Masjid yang dibangun di atas tanah 12 x 12 meter ini terletak berada di Kelurahan Biawu, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo. Saat ini tercatat sebagai cagar budaya pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gorontalo.

Bangunan utama masjid ini masih terjaga keasliannya. Begitupun dengan keberadaan Makam Sultan Amay dan Syekh Syarif Abdul Aziz yang terletak di depan pengimaman. Sedangkan pada bagian depan dan samping telah dibangun beberapa ruangan tambahan. Di depannya kini ada ruangan tambahan seluas 60 meter persegi, dan di sebelah utara ruang utama juga dibangun ruangan tambahan dengan ukuran 8 x 12 meter.

“Ini bangunan bersejarah dan sudah menjadi cagar budaya, sayang kalau tidak dijaga dan diberdayakan,” kata Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Sultan Amay, Syamsuri Kaloku, sebagaimana dikutip Dream dari laman kemenag.go.id. Syamsuri mengatakan, perhatian pemerintah terhadap masjid kuno ini masih kurang. Pemerintah sebenarnya pernah mengucurkan dana operasional. Namun saat ini sudah terhenti.

“Sekarang kami swadaya menutupi kebutuhan operasional masjid,” tambah dia. Warga sekitar berharap Kementerian Agama memberi bantuan untuk mendirikan Perpustakaan Islam di salah satu ruangan yang ada di dalam masjid tertua di Gorontalo ini.

 

Penulis: Eko Huda. S

Sumber: Dream.co.id