Fimela.com, Jakarta Sejak kecil kita diberi tahu, lagi dan lagi, bahwa Indonesia kaya, cantik alamnya, punya sumber Bumi melimpah, dan berisikan orang-orang ramah. Namun, kebenaran pemikiran itu mulai membuat resah saat dewasa (boleh kok kalau mau diartikan tua), setidaknya itulah yang terjadi pada saya.
Keraguan ini timbul bukan hanya karena kesenjangan sosial, tapi juga, menurut saya, penggiringan rasa cinta tanah air yang lama-lama makin jauh dari orbit. Seolah, mereka menyuruh untuk fokus ke dalam dan menganggap yang di luar tak ada.
Adalah benar untuk memupuk rasa memiliki negeri sendiri, tapi tentu jadi ngawur kalau sampai harus menjatuhkan 'orang lain'. Contoh sederhananya adalah kalimat, "Ngapain ke luar negeri kalau Indonesia saja sudah begitu indah?".
Ya, yang sepertinya paling mudah untuk dijadikan contoh adalah potensi pariwisata. Dengan semakin membudayanya traveling, maka lebih banyak wilayah di dalam negeri yang terekpos, diketahui potensinya, dinikmai cantiknya.
Kekaguman inilah yang kemudian menimbulkan decak kagum dan ungkapan sebagaimana telah saya sebutkan di atas. Walau tengah berada dalam euforia melihat tempat baru dalam agenda traveling, namun haruskah memberi label demikian>
Traveling Bukan Hanya Soal Lanskap Memukau
Saya sendiri tentu tak bisa menampik cantik alam Indonesia. Walau belum menjelajah semua, namun sudah ada beberapa tempat yang saya sambangi. Itu membuka mata saya, Indonesia memang cantik....... lanksapnya. Orangnya? Tidak selalu demikian. Tidak selalu ya, bukan berarti kebanyakan yang tidak ramah.
Perjalanan demi perjalanan ini juga mengantar saya ke perspektif traveling tak hanya soal lanskap memukau. Memang ada gelitik tersendiri kala melihat biru laut di depan mata atau elok panorama ketinggian dari satu-dua tempat tertentu.
Tapi, belajar dari pengalaman selama pelesiran ternyata tak kalah penting dan tentu tak hanya Indonesia yang sanggup memberi pengalaman demikian. Karenanya, saya ingin mengajak kamu, kita semua, untuk tetap menjelajah Indoensia dan tak tutup mata dengan apa yang ada di luar.
Mengenal diri sendiri itu memang penting, lewat jelajah dalam negeri, tapi memetik pelajaran dari mereka yang berada di luar juga tak kalah menarik. Karenanya komposisi pelesiranya memang harus diatur.
Apalagi, kadang menjelajah Indonesa tak semurah pergi ke Singapura. Tak bisa didebat, bepergian di dalam negeri terkadang harus merogoh kocek lebih dalam. Tapi, demi mengenal diri sendiri, kenapa tidak?
Setiap Tempat Punya Kecantikan Sendiri-sendiri
Satu pemikiran lagi yang memuat saya kurang setuju dengan mereka, sebut saja beberapa travel blogger dan salah satu anak band yang belakangan sangat concern dengan tidak tereksposnya kecantikan alam Indonesia.
Setiap tempat punya kecantikan masing-masing. Saya percaya dan bersyukur sudah mengalami itu sendiri. Saya pikir, beberapa di antara kamu juga mungkin sudah merasakan sensasi serupa bila dengan cukup berani 'melompat-lompat' menentukan destinasi traveling.
Saya tentu tak bisa bersua ombak setenang milik Pantai Atuh di tengah George Town, tapi sebagai ganti malah menemukan kisah penduduk lokal tentang diskriminasi di sana. Boleh jadi tak bakal merasakan segar air laut di Nusa Lembongan, namun dibuat kagum fasilitas transportasi umum yang begitu baik di Singapura.
Dari perpspektif ini, langkah baiknya kemudian kita semua tak membandingkan satu tempat dengan yang lain. Bahwa Indonesia memang cantik, namun ternyata ia bukan satu-satunya. Bangga pada negeri sendiri bisa tercermin dari banyak hal. Pribadi dan kepekaan kita menghargai budaya luar saat tengah berada jauh dari ibu pertiwi misalnya. Jadi, kapan lagi kamu ke mana?
Asnida Riani,
Editor Celeb Bintang.com