Alasan Indonesia Perlu Belajar dari Malaysia Soal Wisata Halal

Adinda Tri Wardhani diperbarui 07 Mei 2018, 18:40 WIB

Jakarta Kementerian Pariwisata menganggap, wisata halal merupakan portofolio penting bagi pariwisata nasional terutama untuk mencapai target 20 juta wisman dan menjadikan Indonesia sebagai tujuan wisata halal dunia.

Tahun 2019 sendiri Kemenpar menargetkan 5 juta wisman muslim dan 242 juta perjalanan wisnus muslim. Tak hanya itu, Kemenpar juga terus mengebut agar Indonesia mampu menembus peringkat 1 Global Muslim Travel Index (GMTI).

Potensi pasar wisman muslim memang sangat tinggi, pasar ini diperkirakan akan mencapai USD 2,6 triliun pada 2020 atau tumbuh rata-rata 6,3 persen per tahun. Sedangkan pertumbuhan turis muslim diprediksi lebih tinggi lagi, yaitu 9,1 persen per tahun.

Lalu bagaimana stakeholder pariwisata halal menghadapi target yang telah ditetapkan Kemenpar di tahun depan? Ananto Pratikno Ketua DWP Asosiasi Travel Halal Indonesia (ATHIN) Jakarta kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu mengatakan, Indonesia masih terus berbenah dari segi aksesibilitas dan infrastruktur wisata halal. Menurutnya untuk membangun aksesibilitas bagi wisatawan muslim agar mudah datang ke Indonesia perlu koordinasi yang intens antara Tim Percepatan Wisata Halal Kemenpar dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

“Aksesibilitas atau konektivitas yang mudah dan nyaman sangat dibutuhkan agar wisatawan mancanegara tertarik mengunjungi destinasi wisata halal Indonesia. Contohnya kemudahan akses jalan dan memperbanyak rute penerbangan ke arah tujuan wisata,” ungkap Ananto.

Belajar dari Malaysia

Namun demikian banyak destinasi wisata Indonesia yang sudah bagus dari segi infrastrukturnya, di antaranya akses wisatawan mancanegara saat mau berkunjung ke Danau Toba di Medan, Pantai Mandalika di Lombok, dan Kepulauan Seribu.

Lebih jauh dirinya mengatakan, pengembangan wisata halal merupakan pekerjaan rumah bagi para praktisi dan pelaku industri untuk menggenjot daya tarik pariwisata halal yang juga menjadi target pemerintah di 2019.

“Boleh jadi kita harus belajar dari Malaysia yang sukses dengan Malaysia Tourism Promotion Board nya melalui slogan Truly Asia. Malaysia punya ikon yang terbukti ampuh menarik minat turis mancanegara lewat Menara Kembar Petronas, Cameron Highlands, dan Genting Highland,” kata Ananto.

Langkah-Langkah Strategis

Ananto sendiri tengah melakukan langkah-langkah strategis untuk pengembangan wisata halal di Indonesia, antara lain pertama, menggencarkan promosi wisata halal di dalam maupun di luar negeri. Salah satunya dengan temu bisnis wisata halal ke-3 yang akan kami gelar pada 2 Juni 2018 mendatang.

Kedua, selain aksesibilitas perlu ditunjang oleh atraksi dan amenitas. Halal Travel Konsorsium (HTK) dan Asosiasi Travel Halal Indonesia (ATHIN) siap membantu pemerintah dalam sisi atraksi dan amenitasnya. Seperti mengenalkan turis asing ke tempat bersejarah yang ada di Kota Tua maupun kelengkapan tempat wisata seperti hotel, restoran, transportasi dan lainnya.

Ketiga, memperbanyak Travel Mart. Seperti yang sudah dilakukan oleh Jember dan Banyuwangi, yang telah mendunia lewat atraksi pariwisata dan budayanya.

Terakhir, SDM nya harus terus diedukasi. Baik yang ada di kota besar maupun di daerah terpencil. Salah satunya melatih kemampuan berbahasa agar menghasilkan excellent services.

 Sumber: Liputan6.com

Penulis: Ahmad Ibo Apriyono