Karier Perempuan di Era Teknologi Diprediksi Makin Menguntungkan

reiny diperbarui 23 Apr 2018, 15:00 WIB

 

 

Jakarta Hidup di era teknologi membuat kita mudah untuk belajar, mencari informasi bahkan bekerja. Namun, stigma masyarakat di Indonesia masih awam jika perempuan memilih pekerjaan dalam bidang teknologi, teknik dan matematika (STEM) . Tak jarang orang tua atau orang sekitar memandang aneh, jika perempuan memilih pekerjaan yang dinilai ‘maskulin'. Padahal kesempatan besar masih terbuka untuk pemberdayaan perempuan muda Indonesia berkarier dalam industri STEM.

 

Rabu lalu, Microsoft Indonesia mengundang tiga pembicara perempuan Inspiratif dalam bidang STEM dalam rangka sambut hari Kartini, antara lain Ibu Nina Wirahadikusumah, Enterprise Commercial Director Microsoft Indonesia, Hanifa Ambadar, Founder & CEO jaringan media digital, Female Daily Network dan Alamanda Shantika pendiri sekolah teknologi gratis Binar Academy. Ini bertujuan agar perempuan muda Indonesia berani mendalami bidang STEM untuk keseimbangan gender dan percaya diri mampu bekerja di bidang STEM. Karena faktanya hanya 1 dari 4 perempuan berusia 12 sampai 19 tahun di kawasan Asia yang mengetahui sosok perempuan di bidang STEM.

Menurut Ibu Nina, perempuan yang bekerja dibidang STEM waktunya lebih fleksibel. Mereka bisa menyeimbangkan untuk mengatur waktu berkarier dan mengurus keluarga, karena pekerjaannya bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Begitupun menurut Hanifa, Ia mendirikan Female Daily saat sekolah di Amerika dan telah memiliki dua anak. Karena teknologi ia bisa mengerjakan semuanya bersama temannya yang di Jakarta dan Yogyakarta sejak tahun 2005.

Saat ini, jumlah perempuan yang mengejar pendidikan dan karir di bidang STEM masih tergolong rendah meskipun teknologi telah berkembang sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Studi MasterCard juga menunjukkan bahwa perempuan merasa tidak cukup mampu berkompetisi di bidang STEM dan merasa mereka tidak akan sukses jika menekuni industri STEM.

 

Untuk mencetak generasi perempuan muda dalam bidang STEM, perlu dukungan keluarga dan lingkungan. Misalnya, sekolah - sekolah juga dapat mengimplementasikan pengalaman langsung untuk siswi di usia muda dengan menggunakan perangkat yang akrab dengan siswi, seperti tablet dan PC. Teknologi itu sendiri dapat membantu siswi dalam mempelajari bidang studi STEM dengan cara yang lebih mudah dicerna. “Pengalaman langsung membentuk hard skill dan soft skill yang diperlukan perempuan muda untuk bekerja di bidang STEM. Dengan pengalaman langsung, perempuan muda akan mendapatkan keahlian yang berharga seperti pemikiran kristis, kreativitas, pemecahan masalah, dan keterampilan komunikasi,” jelas Alamanda Shantika.

 Baca juga:

Alamanda Shantika, Kartini Modern yang Siap dengan Perubahan di Dunia Digital

Memang Pionir, Pada Zamannya RA Kartini Sudah Menyukai Kuliner Bergaya Fusion

Sejak tahun 2015, Microsoft telah mengajak perempuan muda Indonesia untuk terjun dalam industri STEM melalui program #MakeWhatsNext. Di Indonesia, Microsoft berkolaborasi dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) mengadakan sesi Hour of Code untuk  50 siswi di Rumah Belajar Duri Kepa pada akhir Maret lalu. Hour of Code (HoC) diselenggarakan untuk memperkenalkan keterampilan coding dan ilmu komputer dan mengubah persepsi bahwa coding merupakan sebuah hal yang rumit, atau khusus untuk laki-laki, melalui permainan online Minecraft.