Bipolar Terjadi Karena Genetik atau Tekanan?

reiny diperbarui 17 Apr 2018, 19:15 WIB

 

Jakarta Saat manusia memiliki masalah berat, pasti merasa tertekan dan gampang terbawa emosi. Untuk meredakannya, ada yang cukup dengan makan enak atau sekadar mencurahkan isi hatinya kepada orang yang ia percaya. Namun bagaimana jika perubahan mood kita sering naik turun, bahkan dapat membahayakan diri sendiri? Mungkin perlu ditindak lebih lanjut bertemu Psikiater agar dapat diketahui penyebabnya - depresi biasa atau gangguan bipolar.

Sering kita mendengar gangguan bipolar diderita oleh para selebriti misalnya: Marshanda, Mariah carey, Chris brown dan sederet nama terkenal lainnya. Masyarakat awam menyimpulkan, bipolar itu sakit jiwa. Padahal definisi bipolar disorder sendiri adalah, gangguan pada otak yang menyebabkan fluktuasi yang luar biasa dalam hal mood, energi, tingkat aktivitas, dan kemampuan menjalani tugas rutin. Seperti yang dilansir pada National Institutes of Health AS.

Orang yang mengalami gangguan bipolar biasanya akan mengalami periode “naik”, dimana ia bergembira dan sangat berenergi. Kemudian, seketika bisa saja langsung masuk ke periode depresif atau “turun”, seakan hidupnya sangat sedih dan putus asa. Penderita Bipolar biasanya disebabkan oleh genetis atau pengaruh lingkungan yang penuh tekanan, atau bisa jadi keduanya.

Genetis menjadi faktor yang cukup mempengaruhi seseorang terkena bipolar. Misal, ada anggota keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan. Sedangkan pengaruh lingkungan, terjadi bila selama hidupnya mengalami tekanan-tekanan secara konsisten yang begitu membekas di alam bawah sadarnya.

Gejala-gejala gangguan bipolar hampir mirip dengan penyakit lain, misalnya skizofrenia atau ADHD. Dokter bisa salah mendiagnosis. Sebab, terkadang orang dengan bipolar mengalami masa depresi parah sehingga memiliki gejala psikotik seperti halusinasi atau delusi. Seseorang dengan gangguan bipolar, harus melawan suasana hati yang cepat naik turun dan harus menerima risiko mengembangkan penyakit tiroid, sakit kepala, penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan penyakit fisik lainnya.

Marshanda, merupakan salah satu  artis di Indonesia dengan gangguan bipolar. "Walaupun kita bipolar, kita punya potensi, punya kepintaran, kita bisa berpikir, bisa berkreasi," kata Marshanda seperti dikutip di Kompas.com.

Perubahan suasana hati dan perilaku seseorang dengan gangguan bipolar ini sering tak dipahami masyarakat, bahkan tenaga kesehatan sekalipun. Mereka juga kerap mendapat stigma negatif, seperti dicap “gila” atau berkepribadian buruk. Mereka sangat membutuhkan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar untuk berdamai dengan kondisinya, agar tidak lari pada jalan yang keliru misalnya menenangkan diri dengan zat-zat adiktif.

 Baca juga:

Tren Bulan Madu Generasi Millennial, Lebih Suka Berpindah-Pindah Tempat

Siapa Aktris Indonesia Paling Sibuk Sekarang? Putri Marino Sudah Pasti