Jakarta Mungkin kita sering mendengar kata-kata ini keluar dari orang tua pada anaknya yang hendak merantau ke ibukota, “Hidup di ibukota itu keras” Tidak asing bukan? Hidup keras di ibukota sering diartikan pada rutinitas sehari-hari yang melelahkan, jalanan yang macet, polusi udara, biaya hidup yang tinggi dan pekerjaan yang selalu dikejar deadline. Somehow, banyak orang yang rindu dengan kehidupan yang rileks di tengah hidup modern yang semakin lama bisa makin melelahkan. Traveling menjadi salah satu solusi untuk istirahat sejenak dari kepenatan hidup di ibukota, bahkan beberapa selebriti sudah banyak yang menetap di Bali untuk mencari hidup yang lebih tenang.
Demi kesehatan jiwa dan raga, we need to refresh our mind bisa dengan berbagai cara. Tentunya tak harus pindah ke Bali atau kembali ke kampung halaman. Orang Italia mempraktikan 5 hal di bawah sebagai bagian gaya hidup mereka. Kalau memang bisa memperbaiki kualitas hidup, tak ada salahnya mencari tahu lebih lanjut.
- Tidak Memegang Gadget Setiap Waktu Baik Untuk Kejiwaan
Kita tak akan pernah sadar bahwa kita sudah ketergantungan pada smartphone, sampai kita pergi ke tempat yang tidak bisa menangkap signal. Karena setiap hari saat kita hendak bangun tidur, hal pertama yang kita cari pasti smartphone kan? Entah itu untuk stalking Instagram, membalas whatsapp atau sekadar cek email pekerjaan.
Berbeda dengan orang Italia, mereka lebih suka berkomunikasi langsung dengan orang di sekitarnya. Apalagi dengan keluarga, mereka pasti punya quality time dan jarang memegang smartphone seharian. Tentu, saat kita jarang memegang smartphone, kita akan jadi lebih banyak bercengkrama dengan ‘real people’ in real life daripada terus menerus mengikuti sosial media yang kadang membawa efek negatif. Dulu sekali saat smartphone belum menguasai hidup kita, waktu luang kita isi dengan aktivitas seperti membaca buku, memasak, mendengarkan musik atau bercengkrama dengan teman dan keluarga. Sesuatu yang lebih nyata dan terasa efeknya langsung di pikiran dan hati. Setuju?
- Mereka melakukan diet mediterania
Jarang sekali kita melihat orang Italia berbadan gemuk, kan? Karena mereka konsisten mengonsumsi makanan sehat dan segar, bagi orang Italia juga tidak ada cheating day. Mereka melalukan diet mediterania, yaitu diet yang mengonsumsi sayur, kacang-kacangan dan daging. Diet Mediterania dipercaya dapat mengurangi risiko penyakit jantung, karena menekan kadar kolesterol jahat di dalam tubuh. Pada praktiknya, ini termasuk diet atau pola makan yang susah. Karena sebagai orang Indonesia, kita menyukai makanan dengan rasa yang kuat. Tentu, semua soal pilihan. Kalau ini pola makan yang cukup memancing minat. Bisa dicoba.
Baca juga: Acne Prone Faktanya Termasuk Masalah Kulit, Bukan Jenis Kulit
- Work Less
Waktu luang dianggap serius di Italia, Such a good thing right? Rata-rata orang Italia bekerja 36 jam per minggu. Di samping itu, undang-undang di Italia membatasi tenaga kerja 40 jam dalam satu minggu dari 8 jam lembur tambahan. Jika ditemukan karyawan yang bekerja lebih dari itu, maka atasannya akan terkena denda. Yang lebih menyenangkan orang Italia juga dapat jatah libur empat minggu dalam satu tahun. Di Indonesia memang belum seperti itu, tapi kita bisa maksimalkan jatah liburan dengan istirahat sejenak dari pekerjaan dan saat selesai jam kerja hendaknya segera beristirahat agar otak rileks.
- Jalan Kaki Sebelum Makan Malam
A passeggiata biasa orang Italia menyebutnya, yaitu berjalan kaki santai sebelum makan malam. Biasanya mereka bercengkrama dengan tetangga atau keluarga sambil berjalan-jalan santai di sekitar rumah setelah bekerja, ini bermanfaat untuk mengurangi stress dan tubuh menjadi lebih rileks. Dan yang pasti, cukup siap untuk makan malam.
- Menikmati Sedikit Kafein Setiap Pagi dan Sedikit Wine di Malam Hari
Di Italia biasanya orang-orang hanya menikmati secangkir espresso saja di pagi hari dan setelah makan malam mereka hanya menikmati satu atau dua gelas wine tidak berlebihan. Karena menurut mereka hidup itu dinikmati dengan tidak berlebihan, agar tetap sehat dan bahagia.
Baca juga: Film “Dilan 1990” Mencetak Rekor di Bioskop, Sebegitu Baguskah?