Mewabah Lagi, Apakah Sepenting Itu untuk Kembali Suntik Vaksin Difteri ?

Melida Rostika diperbarui 17 Jan 2018, 15:00 WIB

 

Jakarta If we turn on the news, fokus masalah kesehatan yang tengah jadi sorotan adalah kembali mewabahnya penyakit Difteri, yang ternyata tak hanya menyerang anak-anak namun juga orang dewasa. Segala upaya penanggulangan dilakukan pemerintah, yakni salah satunya dengan suntik vaksinasi gratis yang diberikan kepada anak-anak di sekolah dan klinik terdekat. Namun ternyata ditemukan beberapa kasus difteri yang menyerang orang dewasa, yang sudah pernah menjalani vaksinasi di waktu kecil. Apakah hal ini berarti orang dewasa perlu di vaksin ulang ?

Difteri sendiri adalah jenis penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi di selaput lendir hidung dan tenggorokan. Disebabkan oleh Corynebacterium, Difteri biasanya menyerang amandel, tenggorokan, hidung, serta kulit. Penyakit ini menyebar dengan cepat melalui partikel udara lewat batuk dan  bersin. Selain itu, interaksi langsung dengan luka akibat Difteri juga dapat menularkan virus. Difteri diawali dengan rasa sakit di tenggorokan, demam, lemas hingga membengkaknya kelenjar getah bening. Gejala awal akan berupa radang tenggorokan, serak, hingga masalah pernapasan.

Penyakit ini termasuk mematikan karena dapat menyebabkan infeksi nasofaring yang bisa berdampak kesulitan bernapas dan menyebabkan kematian. Difteri sering ditemui di daerah dengan iklim tropis. Faktor lingkungan yang kurang bersih pun dapat meningkatkan risiko penyebaran bakteri. Upaya pencegahan yang paling baik adalah dengan imunisasi. 

Vaksin DPT berfungsi untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, dan batuk. Dan rata-rata orang yang telah divaksin, akan memiliki kadar protektif antibodi lebih baik terhadap penyakit. Sehingga tubuh memiliki “kekuatan” untuk melawan jenis penyakit tertentu. Meski begitu, masih ada peluang seseorang terkena difteri meski sudah pernah divaksin. Karena sebenarnya, imunisasi kekebalan terhadap difteri tidak berlangsung seumur hidup. Rekomendasi untuk tetap menjaga tubuh dari bakteri penyebab penyakit adalah dengan cara vaksin ulang setiap 10 tahun selama seumur hidup. Vaksin untuk difteri itu sendiri ada tiga jenis, yaitu DPT-HB- Hib, vaksin DT, dan vaksin Td. Vaksin ini. 

Munculnya kasus difteri pada orang dewasa memang sebagian besar disebabkan karena tidak divaksin atau status imunisasi yang kurang lengkap sejak kecil. Itulah sebabnya perlu adanya untuk memastikan apakah kita sudah menerima vaksin difteri atau belum. Jika memang belum, maka tetap harus diimunisasi lagi untuk mencegah terkena penyakit ini. Lantas, bagaimana bila sudah divaksin, tetapi masih terkena difteri saat dewasa? Walaupun sudah divaksin, kekebalan tubuh kita terhadap penyakit difteri ini bisa saja menurun seiring berjalannya waktu. Hal ini akan lebih parah bila tidak dilakukan upaya pencegahan terhadap difteri secara maksimal. Maka dari itu penting adanya melengkapi tahapan imunisasi, dan menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal. 

 

(Pic : Getty Images)

What's On Fimela