Eksklusif Tata Janeeta: Di Balik Sang Penggoda hingga Pengaruh Dhani-Maia

Rivan Yuristiawan diperbarui 09 Mei 2018, 08:08 WIB

Fimela.com, Jakarta Kesuksesan sebuah karya musik tak hanya ditentukan oleh satu-dua faktor. Selain kualitas, kejelian musisi dalam merangkai lagunya juga menjadi penentu. Namun ada kalanya yang mengiringi sukses itu adalah momentum, hal yang sepertinya kental mengiringi kesuksesan lagu Sang Penggoda milik Tata Janeeta dan Maia Estianty.

***

Ya, dalam waktu singkat semenjak dirilis ke pasaran, lagu Sang Penggoda mendadak menjadi fenomenal. Gubahan lirik lagu yang menggambarkan curhatan Tata Janeeta sebagai pencipta yang kemudian disambungkan dengan fenomena pelakor yang saat ini tengah marak di sosial media, menghasilkan lagu tersebut sebagai perbincangan hangat. Ditemui di kediamannya di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Senin (7/5/2018) malam, wanita 35 tahun itu pun menjelaskan tentang cerita dibalik lagu Sang Penggoda.

Eksklusif Tata Janeeta (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Belakangan isu pelakor memang sepertinya masih banyak diekspos sedemikian rupa di social media. Namun menurut Tata, saat lagu tersebut tercipta ia sama sekali tidak memanfaatkan fenomena pelakor yang tengah jadi buah bibir di masyarakat.

"Ya kalau orang ada yang nyambung-nyambungin (lagu Sang Penggoda dengan fenomena pelakor) yaa bisa jadi, tergantung pendapat masing-masing orang dan itu terserah orang mau mikirnya arahnya kemana, silakan. Tapi sebenarnya launchingnya pun nggak pas loh, maksudnya pas lagi nggak booming juga. Jadi kita bukan yang sengaja dibikin-bikin, memang kita keluar pas waktunya siap keluarin single, jadi nggak disengaja," ucap Tata Janeeta pada Bintang.com.

Istri dari Mehdi Zati itu juga menambahkan, butuh proses diskusi yang cukup panjang antara dirinya dengan Maia Estianty sebelum lagu Sang Penggoda benar-benar siap dirilis. Mantan personel Dewi Dewi ini pun tak kaget, karena ia tahu Maia merupakan produser yang perfeksionis.

Eksklusif Tata Janeeta (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

"Sebelumnya benar-benar kita matangin banget, musiknya diulang lagi karena bunda tuh perfeksionis banget sampai bunda pikir siap dan ada label yang siap untuk mempublish lagu ini baru dikeluarin," tambahnya.

Lantas, apa sebenarnya yang ingin diceritakan Tata Janeeta di lagu Sang Penggoda? Melalui sebuah wawancara eksklusif, ibu dua anak itu mau bercerita tentang proses di balik pembuatan lagu Sang Penggoda dan kebulatan tekadnya untuk menjadi seorang solois di industri hiburan tanah air. Di sesi ini Tata juga mengungkap kesannya ketika berhadapan dengan Ahmad Dhani dan Maia Estianty dalam berkarya.

2 dari 3 halaman

Kisah dan Momentum Sang Penggoda

Eksklusif Tata Janeeta (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Diakui Tata Janeeta, cerita lagu Sang Penggoda memang merupakan curhatan hatinya yang sempat mengalami sakit hati dalam sebuah perjalanan cinta. Keterlibatan Maia Estianty dan Abdul Qodir Jaelani dibalik lagu tersebut pun menjadi sebuah keuntungan tersendiri yang membuat lagunya menjadi akrab di telinga masyarakat.

Lagu Sang Penggoda sukses di waktu yang singkat, bagaimana reaksi kamu?

Yaa alhamdulillah seneng dong pastinya sebagai orang yang berperan dalam suatu hal pastinya kita bangga, seneng, bahagia karya kita diterima baik oleh masyarakat. Itu kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri sih, makasih buat semuanya.

Apakah sudah ada ekspektasi Sang Penggoda bakal jadi fenomena?

Nggak sih, maksudnya kalau lagu itu kan nggak bisa diprediksi, kita nggak pernah tau, karena lagu sebagus apapun kadang nggak jadi jaminan untuk bisa hits dan diterima masyarakat. Makanya awalnya Bismillah aja karena memang ini sebuah karya yang benar-benar jujur menurut aku karena dilagu ini aku bercerita tentang hal yang memang ada sebagian yang aku alami sendiri. Jadi ibaratnya kayak pengen curhat aja sekalian bikin karya dan Alhamdulillah Bunda Maia mau untuk kerjasama dan produseri aku, itu nilai plusnya.

Eksklusif Tata Janeeta (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Kerjasama sama Bunda Maia awalnya bagaimana?

Awalnya dari curhat-curhatan, jadi aku curhat sama Bunda. Waktu itu aku lagi pisah sama seseorang, kebetulan bunda jadi orang yang mau menerima keluhanku. Berawal dari situ, terus aku bilang sama bunda, 'Bun ini jadi cita-citaku dari jaman dulu setelah keluar dari manajemenku yang lama, aku memang punya keinginan, punya cita-cita kolaborasi sama Bunda. Nyanyiin lagu Bunda kek atau apalah, pokoknya partner dalam hal musik, aku pengen banget'.

Waktu itu Bunda Maia langsung mau?

Memang tanggapan bunda saat itu memang belum iya, lama. Karena Bunda jujur memang orang yang udah sibuk sama bisnisnya dan nggak concern lagi di musik. Nah dimulai dari curhatan dan godaan aku sama dia itu akhirnya Bunda jiwa musisinya kayak mulai bangun lagi, yaudah dia bilang, 'yaudah deh'. Jadi dia bilang kalau aku sembuh dari sakit hatiku, 'kamu boleh coba ada karya yang bagus nanti aku produserin, gitu'. Sudah lama aku pingin tapi pas pulang Umrah baru kejadian. Sejak itu kan aku sering main ke rumah Bunda lebih sering, akhirnya terjadilah kolaborasi itu, ada Dul juga yang bikin harmoninya kan. Lalu bunda bilang, 'lu aja yang bikin lirik, gua mah udah bahagia nggak mau bikin lagu yang sedih-sedih', pokoknya bunda bilang lagunya tentang pernah dicintai. akhirnya aku berimajinasi juga dari apa yang aku alami dan berkembang akhirnya jadilah lirik Sang Penggoda dan bunda terima.

Respon Bunda Maia saat baca lirik lagu Sang Penggoda?

Aku sharing ke bunda, dia bilang, 'waduuh', agak syok juga dia. Yaa pas aja karena pas kejadian itu lagi marak-maraknya pelakor. Aku nyebutnya Penggoda. Bunda bilang, 'jangan-jangan orang nyangkanya gua yang belom move on nih'. Tapi ya akhirnya jadi juga lagunya.

Sebagai pencipta, lagu Sang Penggoda itu sebenarnya tentang apa sih?

Sebenernya ini tuh lagunya kayak curhat. Aku akuin sebagian adalah apa yang aku rasakan saat itu, tapi sebagian lainnya aku berimajinasi dan buah dari curhatan temen yang ngalamin. Waktu itu juga lagi heboh-hebohnya bunda Sarita, lihat dari situ dan digabungin. Ya itu artinya imajinasi dan tidak tertuju pada satu orang, tapi lebih pada apa yang terjadi saat itu dibenak aku dan apa yang aku rasakan.

Eksklusif Tata Janeeta (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Kalau akhirnya lagu Sang Penggoda disambungin sama fenomena pelakor gimana tanggapannya?

Ya kalau orang ada yang nyambung-nyambungin yaa bisa jadi, tergantung pendapat masing-masing orang dan itu terserah orang mau mikirnya arahnya kemana, silakan. Emang lagi booming banget sih waktu itu ya jadi pas banget. Tpi sebenernya launching-nya pun nggak pas loh, maksudnya pas lagi nggak booming juga. Jadi kita bukan yang (sengaja) bikin-bikin (tema), memang kita keluar pas waktunya siap keluarin single, nggak disengaja. Bener-bener kita matang banget musiknya sampai diulang lagi karena Bunda tuh perfeksionis banget sampai bunda fikir siap dan ada label yang siap untuk mem-publish lagu ini baru dikeluarin. Jadi bunda orangnya memang nggak gegabah.

Tata Janeeta yang ciptain lagu, terus peran Dul dilagu Sang Penggoda itu apa?

Harmoni. Dia kan main piano jadi dia yang cari notasinya, itu Dul.

Sebelum lagu Sang Penggoda itu ada lagu Korbanmu, kok Tata Janeeta lagunya sedih terus?

Nah kalau Korbanmu itu dia seakan kena tipu. Di Sang Penggoda itu nggak seekstrim Korbanmu. Kalau di Korbanmu itu dia menjudge, tapi di sini dia (Sang Penggoda) kayak curhat, dan pasrah. Aku kayak lagi bercerita kalau waktu itu aku pernah jadi orang yang kamu cinta, gitu. Jadi ngingetin si laki seakan-anak lagu ini flashback kebelakang itu indah banget. Bahkan si pelakor pun aku tulis sang penggoda, itu indah kan, nggak kasar. Lagu ini tuh mau aku persembahin untuk laki-laki yang pernah sayang sama aku dan pengen orang itu tuh flashback, 'kenapa pergi?'. Biar laki-lakinya tuh keinget jaman dulu dan itu sedih tapi manis loh, nggak kasar.

Diidentikan dengan lagu sindiran untuk pelakor?

Bukan pelakor loh, tapi lebih ke laki-lakinya. Ini salah kalau dibilang menghujat pelakor menurut aku yang nulisnya sih nggak ya, aku lebih bertujuan pada nyentil perasaan si laki-lakinya.

Menurut kamu sendiri fenomena pelakor itu seperti apa?

Pelakor kan emang nggak ada matinya ya, dari jaman dulu emang udah ada lah. Orangtua kita aja dulu misalnya pernah digodain, jadi memang udah ada kan. Cuma masalahnya kenapa sekarang bisa booming karena sosial media yang membuat semua terbuka.

3 dari 3 halaman

Grup dan Solo, Dari Dhani hingga Maia

Eksklusif Tata Janeeta (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Jauh sebelum menapaki karier sebagai solois, Tata Janeeta sudah lebih dahulu dikenal sebagai salah satu personel Mahadewi, grup musik yang dilahirkan oleh Ahmad Dhani. Kini, setelah kontraknya di Republik Cinta Manajemen berakhirn Tata Janeeta pun mantap menjalani karier barunya sebagai seorang solois.

Suara Tata Janeeta diidentikkan dengan lagu ballad, mau coba genre lain?

Aku sih suka semuanya (genre musik), tapi kayaknya rumah aku memang kenyamanan aku ballad ya. Aku seneng bawain lagu kayak gini yang bikin orang baper. Karena jujur aku adalah orang yang sensitif, kalau masalah cinta aku gampang nangis dan Bunda Maia tau itu. Aku cengeng banget, sensitif banget kalau soal cinta. Dibalik mukaku yang sangar, gayaku yang kayak laki, tapi hatiku tuh rapuh banget kalau soal cinta.

Lebih nyaman jadi solois atau grup?

Solois lah. Karena 100 persen buat kita (honornya), kalau grup kan dibagi-bagi, Hahaha. Salah satunya lebih enak solo yaa kita bertanggung jawab sama diri kita. Kadang kalau grup itu kan suka ada beda pendapat karena beda kepala ya, beda pemikiran, beda kemauan, jadi kadang itu yang susah untuk meruntuhkan tiga ego yang beda akhirnya clash, gontok-gontokan, bete-betean padahal harus sepanggung, itu nggak enak. Tapi kalau kita sendirian, yaa itu tanggung jawab kita sendiri. Berhasil atau tidaknya show itu ya tergantung saya.

Eksklusif Tata Janeeta (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Sedikit flashback, kalau boleh tau sebenarnya ada apa dengan Mahadewi?

Baik-baik aja. masa lalu itu gausah dibahas.

Tapi komunikasi sama Purie dan Ina?

Masih. Sama Ina masih, kita masih komen-komenan di IG, tapi kalau Purie nggak tau ya karena dia udah nikah juga dan nggak tinggal di Jakarta jadi jarang komunikasi, nggak pernah sih.

Dulu pernah ngeband, terus masuk grup, sekarang jalan solo, apa yang beda?

Enakan solo sih jujur. Bedanya kalau sendirian saya harus puter otak sendirian. Kalo dulu kan saya tinggal terima beres aja karena Mas Dhani yang urus. Kalau sekarang abis Sang Penggoda saya udah mulai mikir nih setelah ini mau ngapain? Ngeluarin lagu apa? Duet sama siapa? Itu udah difikirin. Dan sebisa mungkin setiap karya yang dikeluarin itu bagus, jangan sampai asal-asalan ngeluarin lagu.

Waktu Mahadewi serjasama sama mas Dhani, sekarang sama Bunda Maia, bedanya apa?

Kayaknya nggak begitu beda jauh ya karena bunda pun udah lama sama Dhani jadi ada kemiripan diantara Dhani dan Maia. Yaitu kayak dia nggak asal cari notasi, notasinya pun mahal, mas Dhani kan juga gitu kan. Mereka memang pernah hidup bareng lama ya kan, bunda juga mengakui jika mas Dhani itu gurunya. Bunda selalu bilang, 'diakui memang Dhani guru buat gua'. Jadi cara dia mentorin pas take vokal pun hampir mirip-mirip juga. Bedanya kalau Mas Dhani kalau kita take vokal 'wiss, wiss', kalau bunda nggak, dia lebih detil. Tapi untuk kualitas hampir mirip menurut aku, sama-sama punya kualitas, Dhani dan Bunda masing-masing punya kualitas yang nggak bisa di-compare.

Memutuskan untuk jadi solois, melihat persaingan penyanyi solo saat ini seperti apa?

Bukan persaingan, yaa kita harus bisa berada diantara generasi-generasi baru dan gimana caranya kita tetap punya pasar sendiri. Caranya? Yaa kita keluarin karya dengan genrenya kita. Manusia tuh ada rejekinya masing-masing, nggak usah takut.

Eksklusif Tata Janeeta (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Bintang.com)

Lalu, bagaimana cara Tata Janeeta bisa terus eksis sebagai solois?

Yaa kalo penyanyi mah intinya harus berkarya terus. Minimal 6 bulan sekali lah sehingga orang bisa ngelihat kalau kita masih tetap berkarya. Kita kan musisi, penyanyi, jadi harus karya yang dikeluarin, ya keluarin single.

Next project setelah Sang Penggoda?

Single. Ada sih ke arah album karena kemaren labelku yang baru ini memang dia inginnya album, jadi album itu udah gampang karena aku single itu kan uda banyak, tinggal tambahin dua lagu juga udah jadi. Tapi aku kemaren juga bilang, sebelum keluarin album pun nggak apa-apa kita keluarin single aja karena sekarang jamannya digital, jamannya orang download dan jarang yang beli fisik. Tapi nggak apa-apa juga kalau aku dikasih rejekinya harus bikin album ya Alhamdulillah.

Makna Album buat seorang Tata Janeeta di era digital sekarang?

Album itu kaya jatidiri, kebanggaan, identitas seorang penyanyi jadi why not kalau emang udah waktunya. Cuma nggak ngoyo, nggak maksain. Yang penting tiap tiga bulan atau enam bulan keluarin single tanda kalau kita masih ada dan masih berkarya.

Saat ini video klip Sang Penggoda Tata Janeeta telah menembus 10 juta views dan terus meroket. Belajar dari pengalaman dan melibatkan orang-orang hebat, karier solo Tata Janeeta mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia.