Jakarta Di ujung timur Indonesia terdapat rangkaian empat gugusan pulau yang berdekatan dan berlokasi di bagian barat Kepala Burung Pulau Papua membentuk sebuah kepulauan mistis bernama Raja Ampat. Kepulauan ini sekarang menjadi tujuan utama para penyelam yang merindukan keindahan pemandangan bawah laut yang kaya warna.
Ketika mata dan hati dipikat oleh pemandangan alam yang luar biasa di Raja Ampat, tidak satupun orang mampu menahan diri untuk memuji semesta ataupun diam terkesima menyaksikan salah satu keajaiban alam yang pernah ada di bumi. Lautan jernih sebening Kristal dan ombak lembut yang menyapu pasir putih, itulah pemandangan yang akan terlihat apabila kita berkunjung ke Raja Ampat. Seperti dalam mimpi, tetapi bukanlah ilusi.
Kondisi alam Raja Ampat sangat unik dan berbeda karena memiliki struktur tanah endemik, keanekaragaman biota laut, ekologi pantai, serta kebudayaan. Keindahan alamnya semakin disempurnakan dengan kekayaan tradisi penduduk dan kearifan lokalnya.
Laut Raja Ampat merupakan perairan yang paling menakjubkan di dunia. Saat mencemplungkan diri menyelam ke bawah laut Raja Ampat maka ikan-ikan anemon dan badut yang berwarna-warni akan menghampiri. Bisa jadi kuda laut kerdil mendekati jemarimu seakan ingin menyambut berjabat tangan.
Kita bisa berenang bersama dengan manta ray, ikan hiu karpet wobbegong (jangan khawatir, Fimelova, dia tidak agresif!), ikan tuna, snapper, dan bahkan barakuda. Kalau itu belum cukup, bagaimana bila ada teman baru yang ramah, yaitu ikan dugong yang akan mengajak kita berdansa di alam air? Ketika berenang, mungkin kita juga akan menemukan sibuknya ikan-ikan kecil yang menjaga wilayahnya hilir-mudik. Kalau beruntung, kita bahkan bisa melihat penyu laut tua, Fimelova.
Pulau Raja Ampat merupakan fenomena alam yang menawan dengan keanekaragaman hayati melimpah. Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. Ini menjadikan 75% spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun tempat dengan luas area yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini.
Raja Ampat memang penuh dengan peninggalan sejarah. Di kawasan gugusan Misool ditemukan peninggalan prasejarah berupa cap tangan yang diterakan pada dinding batu karang. Uniknya, cap-cap tangan ini berada sangat dekat dengan permukaan laut dan tidak berada di dalam gua. Menurut perkiraan, usia cap-cap tangan ini sekitar 50.000 tahun dan menjadi bagian dari rangkaian petunjuk jalur penyebaran manusia dari kawasan barat Nusantara menuju Papua dan Melanesia.
Tidak hanya itu, tidak jauh dari tempat ini kita juga bisa menikmati pulau-pulau dengan pasir yang unik yang disebut “Zandplaat”. Tempat ini merupakan habitat unik dari vegetasi lokal yang ada di Raja Ampat. Kita akan menemukan beberapa jenis burung, seperti burung kakaktua putih jambul kuning, cenderawasih, maleo, julang irian, bayan, dan kasuari.
Selain itu fimelova juga bisa menyaksikan “Hantu Laut“, yang merupakan fenomena alam yang unik serta menarik, yang letaknya berada di bagian Timur Waigeo. Fenomena ini terbentuk oleh sebuah sinar yang berasal dari air laut yang bisa disaksikan di atas perahu dengan mengitari permukaannya dalam kurun waktu 10 -18 menit. Fenomena ini hanya bisa dilihat setiap akhir tahun saja.
Sebagai lokasi wisata yang sebagian besar wilayahnya adalah perairan, masakan khas Raja Ampat tentunya banyak menggunakan sumber bahan olahan yang diambil dari laut seperti ikan, rumput laut, cacing laut dan lain sebagainya. Masakan khas Raja Ampat yang terkenal adalah Cacing Laut goreng yang gurih sekali rasanya. Makanan ini diolah dari bahan dasar cacing laut yang digoreng sampai kering menyerupai keripik. Hidangan lain yang harus dicoba adalah Udang Selingkuh. Menu yang sangat populer di wilayah Wamena ini disebut Udang Selingkuh karena berbentuk udang namun memiliki tangan atau capit seperti kepiting. Penyajiannya bisa dengan digoreng, dibakar atau direbus.
Selain makanan laut, ada pula Sate Ulat Sagu. Ulat Sagu ini didapatkan dari tempat hidupnya di batang pohon sagu yang telah menua. Di masyarakat asli Papua yang telah terbiasa hidup di alam, ulat sagu ini seringkali dikonsumsi langsung dari pohonnya tanpa diolah terlebih dahulu. Dalam perkembangan penyajiannya saat ini ulat sagu ini seringkali diolah dengan cara dibakar menyerupai sate. Rasa gurih dan asin yang keras merupakan ciri dari ulat sagu ini.
Sagu juga diolah masyarakat setempat menjadi martabak khas Raja Ampat. Martabak ini terbuat dari sagu yang dihaluskan kemudian digoreng dan diberi gula merah. Martabak yang berasal dari Kabupaten Fakfak ini berbeda dengan martabak yang biasa kita temui di daerah lain seperti martabak manis atau martabak telor. Hal yang paling membedakan adalah bahan pokoknya, sagu. Rasa makanan khas ini cukup enak dan manis dengan sensasi gurih yang berbeda dari jenis martabak pada umumnya.
Terakhir dan tidak boleh ketinggalan adalah Papeda! Masakan khas wilayah timur ini terbuat dari bahan dasar sagu dan diolah menyerupai bubur dengan warna putih dan bertekstur lengket hingga menyerupai lem. Rasa aslinya hambar, tapi biasanya dimakan dengan ikan tongkol atau mubara yang dimasak dengan kunyit, sehingga kuahnya berwarna kuning.
Nah, Fimelova, sudah siap untuk berangkat ke Raja Ampat?
#pesonaindonesia