Kembang Kirana: Batik Pekalongan, Tegal, Indigo dalam 4 Gaya yang Modern

Jessica Esther diperbarui 06 Okt 2015, 18:28 WIB

Jakarta Jeffry Tan

Sebanyak 22 desainer papan atas Indonesia memamerkan karya batik mereka di panggung “Kembang Kirana” pekan lalu. Didi Budiardjo tampil sebagai pembuka, dan ditutup oleh karya gemilang Adrian Gan. Ke-20 desainer lain, lewat 5 sequence, bergantian menampilkan koleksi batik teranyar mereka ke hadapan para tamu yang hadir di FimelaFest Batik Fashion Week 2015.

“Kembang Baharu” (Baharu diambil dari kata bahasa Jawa Kuno)  yang dalam bahasa Indonesia-nya berarti modern, adalah tema yang diambil untuk sequence pertama di dalam fashion show “Kembang Kirana”. Jeffry Tan tampil pertama kali. Didukung oleh Galeri Batik Jawa, desainer muda satu ini menggunakan kain batik Indigo untuk berkreasi. Warna biru dan putih menjadi dua warna dominan. Oleh Jeffry Tan, nuansa modern begitu terasa lewat potongan-potongan asimetris. Mengedepankan gaya minimalis, para tamu dibuat terkesima oleh karyanya.

Mazuki

Mazuki merupakan sebuah brand baru yang digawangi oleh Miranda Mazuki. Pengalamannya magang pada rumah mode ternama seperti Saint Laurent dan Altuzarra, rupanya membawa spirit dinamis bagi brand-nya sendiri, termasuk saat mengolah kain batik Tegal. Gaya minimalis khas perempuan urban yang modern bercampur dengan filosofi tradisional membuat koleksi Mazuki wajib dimiliki oleh para fashionista Indonesia.

Yosafat Dwi Kurniawan

Karya batik yang berbeda juga ditunjukkan oleh Yosafat Dwi Kurniawan. Unik, pasalnya Yosafat membalik realita mendesain kain batik. Kain lace yang biasanya menjadi penghias dan aksen diubah menjadi material utama. Kain batik dari Pekalongan, kampung halaman Yosafat sendiri, digunakan menjadi aksennya. Dengan gaya Hollywood glamor yang terinspirasi oleh film “Noir” di tahun 1950-an, sukses membuat ratusan pasang mata terkagum.

Priyo Oktaviano

Nama Priyo Oktaviano sudah tak asing lagi di kancah fashion Indonesia maupun internasional. Sedari awal, Priyo Oktaviano sudah tahu kalau karya batik-nya kali ini akan menggabungkan dua kultur berbeda. Perpaduan Jepang dan Jawa terbesit di 5 pasang baju berwarna pastel. Batik Pekalongan juga menjadi aksen di mana Priyo Oktaviano membuatnya menjadi karya appliqué bergaya 3 dimensi.

 

#fimelafest #festivalfashionkainindonesia