Jakarta Punya karir selama 21 tahun sebagai aktris tidak membuat aktris Natalie Portman berpuas diri. Aktris berdarah Israel ini juga mencoba kemampuannya untuk menjadi seorang sutradara. Natalie yang berusia 34 tahun melakukan debutnya dengan menyutradarai film berjudul A Tale Of Love And Darkness. Istri penari balet Benjamin Millepied ini juga bertindak sebagai salah satu pemerannya.
Premiere film ini pun terbilang tidak biasa karena Natalie memilih kota Jerusalem, Israel, sebagai tempat peluncurannya. Yang bikin premiere film ini semakin istimewa adalah kehadiran mantan Presiden Israel, Shimon Peres, di acara tersebut. Natalie, yang tampil sangat elegan dan chic dengan little black dress dan makeup yang natural, nampak sangat berbahagia saat berbincang dengan sang mantan Presiden.
Lulusan Harvard University ini berperan sebagai Fania Oz di dalam film ini. Proses pembuatannya yang dimulai dari riset sudah dimulai sejak tujuh tahun yang lalu, Fimelova. Demi totalitasnya dalam berperan sebagai seorang perempuan Israel, ibu dari Aleph Portman-Millepied ini juga mempelajari lebih dalam lagi bahasa Hebrew yang merupakan bahasa asli orang Israel. Sebenarnya, Natalie lebih memilih aktris berdarah Yahudi, untuk memerankan peran Fania.
Film ini diangkat dari kisah nyata dimana Amos Oz, ayah Fania Oz, adalah seorang wartawan sekaligus penulis yang menyaksikan bagaimana konflik antara Palestina dan Israel berlangsung selama bertahun-tahun. Konflik ini sudah menimbulkan banyak dampak, salah satunya adalah dampak sosial. Film ini sebelumnya juga sudah pernah diputar di Cannes Film Festival dan Toronto Film Festival.
“Amos is an extremely kind, warm human being and so he didn’t make me feel like I was on trial. I really had to show him my passion and commitment to the material and all he asked was that I don’t make any sort of simplified explanations, “ ujarnya dalam sebuah wawancara saat ditanya tentang Amos Oz.
Film ini mengangkat hubungan tidak harmonis antara dua negara tetangga yaitu Palestina dan Israel. Konfilk paling panas di kawasan Timur Tengah ini juga menampilkan bagaimana hubungan Israel dengan sekutunya yaitu Amerika Serikat. Amos Oz sendiri hampir memenangkan hadiah nobel kalau tidak terhalang faktor politik. Amos mengangkat perubahan orang Israel dari sekedar sebuah komunitas hingga menyebar (diaspora) ke negara-negara lain.
Selain menempatkan banyak warga Palestina sebagai korban, konflik ini juga membuat warga Amerika Serikat keturunan Israel menjadi serba salah. Seakan-akan mereka dihadapkan pada pertanyaan, pilih mana antara Amerika Serikat atau Israel?
Well, Fimelova, hal ini ternyata sudah dihadapi Natalie sejak lama. Penerima Academy Award 2011 untuk pemeran utama perempuan terbaik ini memiliki dua kewarganegaraan yaitu dari dua negara tadi. Ayahnya berdarah Israel dan ibunya adalah seorang Amerika.